Angin musim gugur begitu kencang, menerbangkan daun maple kering dan menjatuhkannya ke atas tanah. Di komplek pekuburan Cimetiere Du Montparnasse, seorang gadis belia berdiri menatap sendu batu nisan. Helaian perak yang di biarkan tergerai berkibar indah, sepasang pupil abu-abu dingin nampak bergetar seolah banyak menahan kesedihan. Tangan kecilnya di gandeng seorang pria dewasa berambut merah terang, dan dia memiliki sepasang netra biru yang indah.
Sebuah puisi milik Mary Elizabeth Frye melintas sekilas dalam pikirannya, tiap kata yang tersusun menguatkannya semenjak ia mulai belajar membaca.
Do not stand at my grave and weep,
I am not there, I do not sleep.I am a thousand winds that blow.
I am the diamond glint on snow.
I am the sunlight on ripened grain.
I am the gentle autumn rain.When you wake in the morning hush,
I am the swift, uplifting rush
Of quiet birds in circling flight.
I am the soft starlight at night.Kepala kecilnya mendongak, menatap langit Paris yang terlihat biru menyenangkan. Sangat cocok dengan suasana pemakaman yang teduh dan menenangkan. Dia tidak pernah bertemu dengan sosok yang terkubur di dalam tanah di depannya. Dia hanya di ceritakan bahwa, liang lahat ini kosong. Dia di besarkan untuk menjemput seseorang di masa depan. Di besarkan oleh orang yang berbeda-beda setiap minggunya.
"Mlle Potter, il est temps de rentrer."
[ Nona Potter, sudah waktunya kembali. ]
Dia mendongak, memandang pria yang biasanya selalu bersama dengan seseorang yang memiliki wajah serupa dengannya.
"Je veux grandir bientôt, pour rencontrer 'l'élue'." Ucapnya pelan.
[ Aku ingin segera besar, agar bisa bertemu 'orang itu'. ]
Si pria dewasa mengulum senyum simpul, satu tangannya mengusak puncak kepala gadis kecil. Kemudian ia berjongkok menyamai tingginya dengan Si kecil- usianya sebentar lagi lima tahun.
"Elle te manque beaucoup?" Tanyanya, Si kecil mengangguk mantap.
[ Apa kamu sangat merindukannya? ]
"Oui."
Si rambut merah kembali mengulas senyum, membawa Si kecil kedalam gendongan beruangnya. Berjalan menjauhi area pemakaman yang seharusnya tak mereka kunjungi, "We can travel to England for a while to see him."
Pupil silver itu melebar saat mendengarnya, "can I?"
"Yes, You can; I'll keep it a secret from Karkarof's grandfather. It's a secret between the two of us."
Bibir tipis dan merah itu merekah lebar, pipi kemerahan itu semakin merona. Dia tampak bahagia, "I can see it! He is okay, right? He's healthy, right? I miss him, and I want to see him once before I pick him up in the future!" Katanya penuh antusias, jarang-jarang dia melihat gadis kecil ini sebegini antusias.
"I'm sure he's fine, Mlle. You don't have to worry so much."
"Oui, je pense qu'elle devrait s'en sortir."
[ Ya, kurasa dia pasti baik-baik saja. ]
🎭
Bersambung
Siapa yang menyangka Issue berdesimal akan kembali muncul di tengah kebahagiaan yang sedang tumbuh?
Terima kasih atas apresiasinya, sampai jumpa di Issue selanjutnya 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Mille Fleur | Drarry
FanfictionKaburnya Draco dari tanggung jawab perusahaan, secara tak sengaja mempertemukannya dengan cinta yang telah lama hilang dan ia cari. Besar harapan Draco dari pertemuan tak di sengaja itu untuk bisa terus bersama dengan si pemilik hati, hanya sayangn...