Pupil mata itu bergetar saat sumpah pernikahan terucap. Secuil rasa takut menyelinap dalam sudut hatinya, apakah akan baik-baik saja kalau dia menjalani kehidupan layaknya manusia normal?
Pagi ini, Harry di kejutkan oleh kedatangan Draco, Lucius — beliau terlihat sangat berantakan, terburu-buru pulang karena mendengar hal nekad yang akan di lakukan putranya– Narcissa, Scorpius — Si kecil masih mengenakan piyama tidur omong-omong — dan seorang Pastor. Lelaki pirang platina itu mengatakan bahwa mereka akan menikah hari ini, sungguh mengejutkan. Beruntung Harry tak memiliki penyakit jantung.
Sejak dua puluh menit lalu, Draco telah selesai mengucap sumpahnya. Menunggu Harry yang masih saja terdiam, Pastor mengelus bahu Harry lembut. "Apa yang kamu tunggu, Nak?" Tanyanya lembut, Harry menatap wajah tua Pastor.
Beliau tersenyum, pandangan teduh meyakinkan semua baik-baik saja. Seolah beliau ini bisa membaca apa yang Harry pikirkan, pandangannya beralih. Menatapi Lucius, Narcissa, dan Scorpius bergantian. Kemudian, tatapannya menyapu ke arah jendela di pintu. Ada dua kepala mengintip lewat celah, mereka tersenyum sumringah. Seorang gadis kecil berambut perak melambaikan tangan penuh kebahagiaan saat emerald dan kristal perak saling bersibobrok. Harry sangat mengingat anak itu, dia mulai menerima Scorpius dan saat ia kembali melihatnya setelah sekian lama. Hati Harry semakin mencelos.
'Mereka merawatnya dengan sangat baik, dia cantik....'
Sayangnya, Harry tak dapat memberikannya pada Draco hari itu. "Love, apa kamu baik-baik saja?" Tegur Draco melihat Harry tampak melamun, ia mengikuti kemana kekasihnya melihat. Pintu, tidak ada siapapun di sana.
"Y-ya... Aku baik." Jawab Harry sedikit tergagap, ia meneguhkan hatinya. Harry hanya harus sedikit bersabar agar bisa membawanya pulang, gadis kecil itu akan menikmati hangatnya di rengkuh seorang ayah dan kakak.
"Bapa, tolong tuntun aku untuk mengucapkan sumpahnya." Pinta Harry.
Pastor menuntun Harry dalam pengucapan sumpah pernikahannya, Draco duduk di bibir ranjang pesakitan. Menggenggam tangan Harry erat, menyalurkan rasa cinta yang begitu besar pada kekasihnya. Ini adalah hari besarnya, Draco akan menyimpan kenangan ini dalam memorinya.
"Kalian resmi menjadi pasangan suami-istri." Pastor tersenyum, Scorpius berjingkat bahkan sampai menangis ketika akan menyerahkan kotak cincin pada ayahnya.
Harry menatap cincin yang melingkar di jari manisnya, ia tersenyum lirih. 'Kurasa... Tak apa jika aku mencicipi sedikit bagaimana rasanya membangun keluarga.' Pikir Harry, kemudian memasangkan cincin di jari Draco.
Draco memberikan sebuah ciuman di bibir Harry. Bukan ciuman panas dan menggairahkan, hanya sebuah ciuman penuh sayang. Draco merasa lega akhirnya ia bisa menempatkan Harry dalam sela hidupnya, ia berjanji akan sangat menjaga pria ini. Tak akan Draco biarkan Harry merasakan semua kepahitan seperti apa yang telah di lalui sebelumnya.
Mata Scorpius di tutup agar tak melihat adegan dewasa tersebut. Draco beranjak dari ranjang, ia menggendong Scorpius dan mendudukkannya di samping Harry. Lucius dan Narcissa bergantian memeluk dan mencium kening Harry, perasaan kedua orang tua itu menjadi lega. Rasanya tak perlu ada lagi yang harus di khawatirkan mulai hari ini, semua akan baik-baik saja. Kan?
Harry melirik ke arah jendela pintu, dua orang itu masih berada di sana. Harry tersenyum lembut, Scorpius memeluknya erat. Telapak tangannya bergerak menepuk di punggung putranya pelan, tidak ada yang menyadari apa yang Harry lakukan- orang awam mungkin akan mengira apa yang Harry lakukan adalah hal umum layaknya seorang ibu yang sedang memberikan tepukan penenang di kala hendak tidur, tanpa maksud tertentu. Semuanya terlalu larut dalam kebahagiaan sederhana yang tercipta dalam bangsal. Pria berambut merah itu mengangguk kemudian ia membalas dengan ketukan teratur tanpa suara pada kaca, hingga akhirnya mereka pergi dari sana.
Lucius dan Narcissa berpamitan untuk mengantarkan Pastor kembali. Meninggalkan tiga manusia yang akhirnya mendapatkan kebahagiaan mereka, "banyak hal yang terjadi pada menantu mu sebelumnya." Ujar Pastor saat mereka telah keluar dari bangsal, Lucius tak menampik hal tersebut. Membenarkan dalam hati.
Setelah mengantar Pastor sampai tempat parkir, dan memberi pesan pada supir pribadi keluarga Malfoy untuk berhati-hati dalam membawa kendaraan. Lucius dan Narcissa melihat seorang pria berambut merah dan anak perempuan seusia Scorpius duduk di anak tangga pelataran rumah sakit.
Wanita yang berasal dari keluarga Black itu menghentikan langkahnya, memandang lekat pada anak perempuan yang tertawa karena perkataan si pria berambut merah.
"Ada apa?" Tanya Lucius.
"Anak itu." Tunjuk Narcissa, tanpa menunjuk menggunakan jari. Lucius juga melihat dua orang itu.
"Kenapa dengan anak itu?"
"Dia terlihat sangat mirip dengan Draco..." Narcissa menjeda, "tapi, ini versi perempuannya. Dia sangat cantik."
Lucius mendengus geli, "Harry hanya memberi Draco seorang putra. Tidak ada anak lain, mungkin... Itu hanya kebetulan."
Narcissa mengeratkan genggamannya pada Sang suami, saat melewati mereka matanya tak bisa lepas dari keduanya. Anak perempuan itu menatap Narcissa, memberikannya sebuah senyum yang mengingatkan ia pada senyum milik Harry.🎭
Intermezzo :
Dalam kisah dongeng klasik yang sering Draco temukan dalam buku bacaan anak-anak, akhir cerita mereka selalu berakhir happily ever after. Hari ini, Draco pun merasa demikian. Setelah sekian tahun ia menunggu dan bersabar, akhirnya ia mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan dari perjuangannya selama ini.
Harry menganga lucu di atas ranjang pesakitan saat Draco datang bersama seorang pastor di belakang— jangan lupakan Malfoy senior yang tampak berantakan. Rambut panjang yang selalu tersisir rapi itu terlihat kusut, Draco tercengir lebar, sebelah pipinya terdapat cap tangan besar. dari amukan Malfoy senior subuh tadi, begitu katanya.
Sementara itu, Si kecil masih mengenakan piyama biru bermotif beruang. Wajahnya berseri-seri, di tangan kecilnya ia membawa sebuah kotak berudlu. Nampaknya, Malfoy junior bolos sekolah hari ini.
"Jadi, ada apa ini?" Tanya Harry menuntut penjelasan pada kekasihnya.
"Mama dan Father akan menikah hari ini!" Pekik Scorpius.
"Itulah jawabannya." Ucap Draco.
"Aku minta maaf atas kelakuannya, Harry. Seharusnya kamu fokus saja dulu pada kesembuhan mu," kata Lucius. Dia terlihat sangat lelah, kemudian menyambung kalimatnya. "Aku tidak tahu, dimana anak ini menaruh otaknya."
"Father tega mengatakan itu pada anakmu sendiri?" Tanya Draco dramatis, Lucius menggeleng sembari mengusap wajahnya.
Draco berbalik pada Sang Pastor, "mulai sekarang pemberkatannya."
"Apa kau tidak meminta persetujuan dari ku untuk pernikahan dadakan ini, Draco?" Tanya Harry.
Draco mendengus, "Halah... Persetan dengan itu, Love. Hari ini kita menikah, aku tidak mau menundanya lagi atau kamu akan menghilang seperti sebelumnya."
⌛⌛⌛
Bersambung
Sampai jumpa di Issue selanjutnya, terima kasih atas apresiasinya 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Mille Fleur | Drarry
FanfictionKaburnya Draco dari tanggung jawab perusahaan, secara tak sengaja mempertemukannya dengan cinta yang telah lama hilang dan ia cari. Besar harapan Draco dari pertemuan tak di sengaja itu untuk bisa terus bersama dengan si pemilik hati, hanya sayangn...