Sekembalinya dari restoran semalam, Draco langsung pulang ke penginapan. Kembali tidur pasca perutnya kenyang, lalu bangun dalam keadaan lebih segar pada pukul tujuh. Ia pergi ke beberapa toko untuk membeli pakaian juga makanan, sebelum memutuskan untuk berkeliling.
Siang ini, matahari tidak begitu terik. Draco membawa langkahnya ke pesisir pantai, membuat jejak di atas pasir lalu jejak itu terhapus hempasan ombak. Beberapa kali Draco mengambil potret pemandangan di sekitarnya, bagaimana burung camar terbang di udara atau berebut makanan di atas batu karang. Hal lainnya yang kamera Draco tangkap adalah aktivitas nelayan yang baru saja pulang melaut, para lelaki saling bergotong royong membawa hasil tangkapan mereka menuju daratan. Senyum merekah indah karena mendapat banyak ikan di peti es mereka.
Melihat ulang bagaimana hasil jepretannya ia tersenyum kecil, memuaskan. Fotografi adalah hobi Draco sejak kelas dua menengah akhir, dan ini adalah kamera pertama yang ia dapat dari ibunya. Lalu ia mengarahkan lensanya menuju tebing besar di sisi Utara pantai, ada satu pohon tumbuh di sana.
Dahi Draco berkerut melihat sesuatu yang bergerak-gerak di bawah curamnya tebing, ah! Itu bukan sesuatu melainkan seseorang, terikat pada sebuah tali di bawahnya ada batu karang tajam, dia bergerak-gerak seolah-olah akan jatuh kapan saja. Kalau dia betulan terjatuh bisa di pastikan perutnya akan hancur tertancap tajamnya batu karang di bawahnya, Draco membiarkan kameranya tergantung di leher. Ia berlari menghampiri tebing tersebut, deburan ombak begitu besar menabrak batu karang. Memercikkan air hingga membasahi tubuh orang itu, Draco berlari memutar menuju ke arah lain bukit batu karang agar ia bisa naik.
Dalam hati Draco benar-benar menggerutu merutuki napasnya yang pendek-pendek karena berlari, kenapa ia jadi se-payah ini? Ia sungguh memerlukan olahraga rutin. Dengan hati-hati ia memanjat, saat di permukaan Draco menarik udara dengan rakus. Kedua bola matanya memutar jengah, "astaga, aku sudah seperti orang kena asma." Sungutnya, tubuhnya membungkuk kedua tangan mencengkram erat lutut. Kepala ash-blonde itu menatap lurus ke depan, sebuah tali terikat pada batang pohon.
Draco mendesis, "jangan bilang dia kehilangan keseimbangan,"
Di rasa napasnya sudah lebih baik, Draco berjalan lurus menuju ujung tebing. Mengintip ke bawah, di mana seorang laki-laki berkulit putih kemerahan sedang berusaha menyeimbangkan diri dan berusaha meraih dinding batu karang untuk mencari pijakan. Draco membatu, orang itu sangat tidak asing untuk dirinya. Seseorang yang selama ini Draco cari dan rindukan. Dia memiliki rambut hitam berantakan, bibir tipis, hidung mancung, dan matanya sedang di sipit-sipit kan. Draco yakin penglihatan orang itu masih seburuk apa yang ia ingat. Iris giok itu mengintip malu-malu di antara kelopak mata, Draco segera tersadar dari keterkejutannya saat orang itu berteriak, "kalau kau hanya menonton saja dari sana. Maka, pergilah!"
Draco tersenyum miring. Di letakkan nya kamera DSLR yang menggantung pada lehernya di bawah pohon, ia mendapati sebuah ransel biru tua ada di sana. "Apa yang di lakukan orang bodoh seperti dirimu di bawah sana!? Apa kau sudah bosan untuk hidup, Pottah!?"
Tubuh orang itu sedikit berjengit saat Draco memanggilnya dengan nada sinis, Draco menyeringai, "diam lah dan bantu aku sekarang, Gecko!" Orang itu menyahuti tak kalah lantang, berusaha sangat keras agar suaranya tak teredam debur ombak.
Oh, julukan itu bahkan tidak pernah berubah. Dulu sekali Draco protes karena nama panggilannya yang begitu aneh, saat di tanya kenapa dia memanggilnya begitu hanya ada satu jawaban. Nama Draco terdengar seperti Gecko di telinganya, telinga lelaki itu tersumbat kotoran sebesar apa? Sampai-sampai namanya yang tampan dan gagah berubah menjadi sejenis kadal.
Draco nyaris tertawa keras sebelum akhirnya ia membantu orang itu naik. Di tariknya tali yang membuat orang ini bergelantungan, mengerahkan seluruh tenaga dari sarapannya tadi pagi Draco bersusah payah menarik orang itu dari bawah ke permukaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mille Fleur | Drarry
FanfictionKaburnya Draco dari tanggung jawab perusahaan, secara tak sengaja mempertemukannya dengan cinta yang telah lama hilang dan ia cari. Besar harapan Draco dari pertemuan tak di sengaja itu untuk bisa terus bersama dengan si pemilik hati, hanya sayangn...