🍁 Chapter 5

80 9 2
                                    

Jatah pulang ke rumah dalam empat minggu adalah tradisi lama di Hugostone Academy. Aturan yang sudah menjelma menjadi kebiasaan dan tradisi para penghuni akademi itu telah dilakukan selama ribuan tahun—bisa jadi sejak akademi itu didirikan.

Sederhana saja isinya, yaitu setiap pelajar di akademi itu memiliki jatah untuk kembali ke rumah di akhir pekan sebanyak sekali dalam empat minggu. Masing-masing pelajar punya waktu yang berbeda, semua tergantung dari kapan mereka mengambil jatah pulang ke rumah itu. Hal itu menjadikan akademi tidak pernah sepi sekalipun di akhir pekan.

Tapi, kebanyakan pelajar baru selalu mengambil jatah pertama setelah minggu ke empat mereka tinggal di menara. Kenyataan bahwa baru pertama kali meninggalkan rumah membuat semuanya memutuskan untuk pulang ketika kesempatan datang. Menjadikan hampir seluruh penghuni tempat itu memiliki jatah waktu pulang yang sama. Dan membuat sebuah akhir pekan dalam empat minggu di akademi itu sepi total—hampir tidak ada satupun yang tinggal. Jika ada yang tinggal, orang-orang itu akan bersikap seakan mereka tidak ada di tempat itu.

Empat minggu yang lalu adalah jatah yang diambil hampir seluruh pelajar untuk pulang. Artinya, minggu ini mereka dapat pulang lagi.

Tapi, hal berbeda sepertinya dipikirkan oleh Chris.

Lelaki dengan surai hitam pekat itu berencana untuk tinggal. Entah kenapa, ia merasa akan menemukan sesuatu jika ia tinggal. Sesuatu itu apa, ia juga tidak tahu.

“Jadi, kau benar-benar akan tinggal?”

Pertanyaan itu datang dari Hyunjae. Seperti biasa, keduanya kini tengah duduk bersama untuk berbincang layaknya sahabat pada umumnya. Namun kali ini, mereka tidak memilih untuk duduk beralaskan rumput di bawah salah pohon yang tumbuh di tengah area akademi. Kali ini, mereka memilih duduk di bangku kayu yang ada taman belakang bangunan kelas.

Ratusan tahun yang lalu—sebelum waktu penyerangan kembali—bagian belakang bangunan kelas hanya terdiri dari koridor kosong dan sepi. Tidak banyak orang yang akan memilih untuk pergi ke perpustakaan atau kembali ke menara melalui jalan itu. Memang sudah ada beberapa bangku kayu di sekitar tempat itu, tapi tidak ada yang ke sana juga karena pemandangan di depannya adalah hutan gelap. Tidak ada batas jelas antara hutan dan area akademi—kala itu.

Namun kini, bagian belakang itu sudah dijadikan taman. Koridor itu tidak terasa sepi lagi, bangku-bangku kayu sudah lebih banyak diletakan dengan beberapa pohon besar yang dipindahkan sebagai batas jelas antara hutan dan akademi. Tapi walaupun demikian, tidak banyak yang datang untuk sekedar duduk dan menghabiskan waktu di situ.

Masih sama seperti dulu, koridor belakang bangunan kelas yang segaris dengan perpustakaan masih sepi. Tidak banyak juga yang datang ke sana. Yang berubah hanya suasananya saja.

“Ya. Kupikir, aku akan suka tinggal.”

Jawaban itu Chris berikan beberapa saat kemudian. Manik abu-abunya kini mengarah pada jejeran tanaman mawar yang tumbuh berbaris di depan koridor.

“Kau tidak salah bicara?” Chris tidak tahu apa yang sahabatnya itu pikirkan, tapi Hyunjae yang menatapnya dengan tatapan sangsi membuatnya mendengus. Penyihir bersurai coklat itu terkadang menyebalkan dengan apapun ekspresi wajahnya. “Kenapa kau akan lebih suka tinggal di sini? Dua tahun hampir berlalu dan kau selalu pulang ketika waktunya tiba. Kenapa tiba-tiba jadi akan suka tinggal?”

Tapi pertanyaan lanjutan yang sang sahabat ajukan membuatnya terkekeh. Tangannya kanannya lalu menengadah, menerima seekor kupu-kupu bersayap biru yang baru saja datang.

“Karena tidak ada yang bisa kulakukan di rumah.” Jawab penyihir bersurai hitam itu kemudian. “Aku mungkin sudah lama menyadari ini, tapi menyangkal terasa lebih menyenangkan. Akan ada saatnya ketika aku ingin berkata jujur dan sekarang adalah saatnya.”

DOMINUS AXELDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang