🍁 Chapter 13

48 10 0
                                    

Saat ia membuka kedua matanya ketika pagi sudah kembali datang, Chris tidak dapat menghalangi sebuah memori tentang kejadian semalam yang langsung menyerangnya. Dan ingatan itu kembali membuatnya berpikir lagi tentang apa yang sudah terjadi padanya. Semakin lama, semakin banyak hal aneh yang terjadi. Padahal, hari yang berlalu masih bisa ia hitung dengan jari di salah satu tangannya saja.

Pertama, tentang tatto bunga lotus di lengan kirinya yang bercahaya itu. Chris masih belum menemukan alasan yang membuat tatto itu bercahaya hingga hal aneh yang kedua datang. Yaitu ia bisa mendengar para tanaman yang tumbuh di sepanjang hutan berbicara dan membalas ucapan-ucapan mereka. Padahal, yang ia dan semua penghuni Hugostone ketahui, hanya axeldian yang mampu melakukan itu.

Lalu, di tengan tanda tanya yang semakin banyak, penglihatannya tentang Minho yang membunuh ibunya juga membuatnya terus berpikir. Bukan pertama kali ia mendapat penglihatan itu sejak ibunya meninggal. Itu sudah sering dan ia masih tidak memahami pola kapan penglihatan itu datang.

Dan yang terakhir adalah apa yang dilihatnya semalam. Chris sungguh tidak percaya, tapi pohon maple besar berdaun kemerahan dengan cahaya keemasan terang itu benar-benar muncul dalam kegelapan dan menghilang begitu saja. Dan saat pohon itu menghilang, yang ada di depan matanya hanya bukit batu kecil dengan serumpun bunga edelweis yang tumbuh di atasnya.

Sungguh, ada apa dengan dunia ini?

Ya, Chris tahu jika Hugostone bukan sembarang wilayah. Tempat itu diselimuti sihir dan kekuatan ajaib sejak awal terbentuk. Tapi, apa yang terjadi padanya sungguh di luar kebiasaan—membuatnya terus bertanya tentang apa yang salah. Ia benar-benar ingin tahu tapi tidak tahu ke mana ia harus melabuhkan semua tanda tanya itu demi mendapatkan jawaban yang diinginkan.

Hasilnya?

Penyihir aquasera itu hanya mampu melangkah dengan kepala yang terus berpikir tentang semua itu. Walau langkahnya di lorong sepanjang lantai menara tempat kamarnya berada terasa tanpa tujuan berarti. Tapi Chris terus melakukan itu hingga tubuhnya berputar saat kakinya menapak pada sebuah ubin berwarna biru gelap dan ia tiba di depan pintu keluar menara. Lalu, Chris baru menghentikan sesaat pemikirannya tentang hal itu ketika ia baru keluar dari menara tinggalnya dan langkahnya langsung dihadang oleh seorang penyihir yang tidak asing.

Chris kenal penyihir bersurai merah jambu ini. Ia datang dari golongan plantasera dan merupakan salah satu sahabat Juyeon. Beberapa orang sering salah mengiranya sebagai peri.

“Kau Christopher bukan? Sahabat Hyunjae?”

Chris mengerutkan keningnya begitu penyihir bertubuh kurus di depannya itu mengajukan sebuah pertanyaan dengan menyebut dua nama yang jelas sudah ia ketahui siapa saja pemiliknya. Ada apa sahabat Juyeon ini mencarinya?

“Ya.” Jawab Chris pelan. “Kenapa?”

“Aku ingin menyampaikan pesan yang dititipkan.”

Kerutan di kening Chris semakin dalam terbentuk. “Pesan apa?” Tanyanya begitu saja.

“Hyunjae sedang sakit saat ini, jadi ia tidak bisa kembali ke akademi. Ia minta tolong kau menyampaikan kepada pengajar kelas kalian dan kepala menara.” Jawab Chanhee begitu saja.

Sakit? Hei, selain hal aneh yang terjadi padanya, apa Hyunjae juga mengalami hal aneh hingga sahabatnya itu harus sakit dan tidak bisa kembali ke akademi?

“Sakit?”

“Ya, dia sakit.”

“Lalu, kenapa bisa pesannya disampaikan lewat kau? Dia bisa mengatakannya sendiri jika aku membuat kontak dengannya.”

“Sebenarnya, dia mau melakukan itu. Tapi katanya, kau belum membuat kontak sama sekali dengannya sejak dia pulang, jadi dia menitipkan saja pesan ini. Dia juga baru sadar diri hari tadi sebelum aku dan yang lainnya berangkat ke akademi.”

DOMINUS AXELDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang