Waktu sudah kembali bergulir. Matahari baru saja kembali ke peraduannya, membuat kegelapan kembali menyelimuti. Keadaan menara dan area akademi malam ini lebih sepi dari malam yang lain. Dikarenakan banyaknya pelajar yang pulang, tempat itu jadi terlihat seperti bangunan tua tanpa penghuni. Bahkan para hewan terbang menyala juga tidak berkeliaran di mana-mana. Semuanya seakan pulang ke rumah masing-masing dan beristirahat.
Chris—sebagai salah satu penyihir yang tidak pulang—melangkahkan kakinya keluar menara. Jam makan malam sudah selesai cukup lama, sekarang sudah menuju tengah malam. Tidak ada lagi penghuni akademi yang terlihat—para pengajar bahkan entah ada di mana. Penyihir aquasera itu berjalan pelan ke sudut belakang area menara.
Ada dua pohon besar yang tumbuh dekat dengan bangunan menara. Yang paling dekat adalah pohon ekaliptus besar yang tinggi menjulang. Para pengajar pernah bercerita jika pohon itu sudah berusia ribuan tahun dan selalu menjadi teman axeldian. Hubungan pohon itu dan axeldian bisa dikatakan cukup unik karena tidak akan ada yang membayangkan jika mereka bisa berteman seperti itu. Tidak ada mahluk yang dikendalikan axeldian yang bisa melawan peri setengah penyihir itu, tapi si ekaliptus itu mampu melakukannya. Diceritakan juga jika axeldian sebelum Minho, saat masih menjadi pelajar juga berteman dengan ekaliptus itu. Entah Minho juga berteman dengannya atau tidak.
Sementara di posisi yang sedikit lebih jauh dari menara, pohon oak besar tumbuh di sana. Menurut beberapa sumber yang Chris ketahui, pohon oak itu memang tidak punya relasi khusus seperti yang dimiliki si pohon ekaliptus dengan sang axeldian. Tapi pohon itu yang selalu menyimpan dengan baik cerita lengkap tentang si axeldian dari masa ke masa—bahkan ketika axeldian berada jauh darinya sekalipun. Sumber-sumber itu menyebutkan jika pohon itu mengumpulkan semua informasi dari semua saksi yang melihat axeldian untuk dijadikan satu. Lalu, cerita itu akan ia bagikan dengan dominus axeldian ketika mereka sudah bisa berinteraksi.
Selama menatap kedua pohon besar itu, Chris sesekali melirik ke arah menara tempat tinggalnya—tempat Minho tinggal juga. Sebenarnya, penyihir bermanik abu-abu itu masih sedikit—oh, sepertinya lebih dari sedikit—penasaran tentang apa yang terjadi pada Minho di gedung utama yang mengarah ke gerbang akademi. Axeldian itu kesakitan tanpa alasan yang jelas lalu secara tidak langsung mempersalahkannya atas apa yang terjadi. Chris tidak terima. Tapi melihat bagaimana Minho ketakutan sebelum mereka berpisah tadi membuatnya urung untuk menuntut jawab. Dan ia akan menganggap itu tak pernah terjadi selama beberapa waktu ke depan—entah sampai kapan.
Dan kehadirannya di luar menara—di jam malam seperti ini—dikarenakan sesuatu hal aneh yang terjadi padanya. Chris menganggap ini aneh—jelas. Tatto bunga lotus yang menghiasi lengan bawah kirinya terus bercahaya dengan warna keemasan sejak matahari terbenam. Chris tidak tahu apa yang menyebabkannya. Ia sendiri bahkan tidak pernah melihat tatto itu mengeluarkan cahaya sejak ia memilikinya ketika dilahirkan. Lantas apa yang baru saja terjadi? Tatto itu hanya bercahaya ketika Minho menyentuhnya siang tadi. Pikirnya itu bisa jadi karena kekuatan axeldian. Lalu, kenapa sekarang juga terus bercahaya?
Sejujurnya, Chris tidak tahu akan ke mana ia mengurus tattonya ini. Ia hanya merasa tidak senang dan berniat keluar dari menara. Ia memang tetap tidak akan mendapatkan jawaban karena tidak akan ada petunjuk di hutan nanti. Tapi entah kenapa, kakinya seperti melangkah dengan sendirinya untuk keluar.
Chris masih terus melangkah. Penyihir itu lalu berhenti sebentar di bawah pohon ekaliptus. Kembali menatap ke arah menara, lelaki bermanik abu-abu itu lalu mendongak untuk menatap ke arah dahan-dahan pohon di atas sana. Dahan-dahan pohon itu lalu bergerak pelan—gerakannya berbeda dari pohon lain di sekitarnya—seperti sedang menyapanya dengan hangat. Hal itu membuatnya tersenyum kecil sebelum melangkah ke arah pohon oak tadi.
Berhenti di bawah pohon oak, Chris kembali melemparkan tatapannya ke sekelilingnya. Penyihir aquasera itu tidak menemukan apapun sejauh manik abu-abunya bergerak karena hanya ada kegelapan. Lalu, saat kakinya akan kembali bergerak, setetes air yang jatuh ke pipinya membuatnya tersentak kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/324515892-288-k981204.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DOMINUS AXELDIAN
Fanficbanginho ft. jumil Ratusan tahun sejak penyerangan kembali yang dilakukan penyihir hitam, sesuatu kejadian yang tak pernah dipikirkan terjadi, membuat semua mata tak lagi melihat axeldian sebagai penyeimbang apa yang ada di dunia. from THE LAST AXEL...