🍁 Chapter 9

67 11 0
                                    

“Kau...”

Hyunjae tak dapat melanjutkan ucapannya. Karena Juyeon lebih cepat menggumamkan sebuah mantra hingga ia terhempas ke belakang dan melepas lengannya dari penyihir aqausera yang lain itu. Hal itu juga membuat matra yang sebelumnya ia berikan pada Juyeon patah dan pemilik manik sewarna langit malam itu langsung berlari pergi darinya.

Hyunjae yang kaget dengan serangan tiba-tiba Juyeon kelabakan. Ia lalu bergerak cepat untuk bangun dari posisi jatuhnya untuk mengejar saudara kembar axeldian itu. Tapi lagi-lagi, gerakannya kala cepat dengan kedatangan seorang perempuan dengan sayap kupu-kupu besarnya. Perempuan itu—jelas peri—dengan surai hijau kuningnya—menunjukan dengan jelas dari ras mana ia berasal—berdiri tegap di hadapan Hyunjae. Wajahnya cantik tapi memasang ekspresi dingin dan tidak ramah, membuat Hyunjae menatapnya malas.

“Mau ke mana kau?”

Perempuan itu bertanya lebih dulu, membuat Hyunjae mendengus begitu saja. Dua detik kemudian, manik kebiruannya menatap ke belakang tubuh perempuan itu. Tapi, ia sedikit kesulitan karena sayap besar perempuan itu menghalangi pandangannya.

“Dan apa yang kau cari?”

Lalu, Hyunjae yang tak kunjung menjawab pertanyaan sebelumnya membuat peri dwenrodian—perempuan—itu kembali mengajukan pertanyaan lain. Hal itu membuat Hyunjae tersenyum licik. Ia masih bisa menemukan Juyeon tanpa harus mengejar penyihir itu sekarang.

“Aku tidak punya urusan denganmu.” Menjawab pertanyaan perempuan itu dengan malas, tatapan Hyunjae kini sudah kembali pada peri itu. Ekspresinya sudah lebih tenang—ia kini bersikap seakan ia memang tidak harus melanjutkan langkahnya untuk mengejar Juyeon. Berusaha untuk meyakinkan perempuan itu jika ia tak akan ikut campur. Karena Hyunjae semakin yakin jika ada yang tidak benar di sini. “Aku penyihir dan kau peri. Urusanku bukan denganmu. Jadi, untuk apa kau menghalangi jalanku?”

Tidak ada jawaban yang perempuan itu berikan. Karena sedetik setelah Hyunjae mengajukan pertanyaan itu, kedua sayapnya langsung mengepak kuat. Akibatnya ujung kedua sayap itu mengenai Hyunjae. Si penyihir aquasera itu tidak siap sehingga ia harus kembali merasakan sakit saat tubuhnya terhempas ke arah tanaman-tanaman yang tumbuh di tempat itu. Dan saat ia belum sempat beranjak, peri itu dengan cepat terbang ke arahnya dan kembali menyerangnya. Serangan peri itu datang bertubi-tubi dan Hyunjae yang sejak awal keadaannya tidak benar-benar siap tentu tidak dapat melawan dengan baik dan hanya bisa menerima setiap serangan itu hingga semua yang ia lihat di depannya mendadak hilang dan hanya kegelapan yang ada di sana.


-dominus axeldian-


“Bukankah seharusnya kau tersenyum dengan indah untuk menemui pagi yang cerah ini, axeldian? Di mana salam selamat pagimu?”

Minho baru melangkah keluar dari menara ketika suara si ekaliptus sialan itu langsung menyapanya. Suara itu terdengar seperti tengah mengolok-ngolok dirinya, membuat niatnya yang memang ingin menemui dua pohon di sudut belakang area akademi dan perbatasan hutan itu semakin menjadi-jadi. Axeldian itu mempercepat langkahnya hingga ia berhenti tepat di hapadan pohon ekaliptus itu.

“Selamat pagi, axeldian.”

Saat Minho belum mengeluarkan semua yang ingin ia katakan pada dua pohon itu, si pohon oak lebih dulu bersuara menyapanya. Sapaan pagi nan manis itu ditemani dengan semilir angin yang berhembus mesra dan gerakan melambai dari pohon-pohon di sekitar mereka.

“Oh ayolah. Untuk apa kalian menyapanya? Axeldian ini tidak punya sopan santun dan rasa memiliki dalam kehangatan. Tidak perlu tunduk padanya.” Lalu, suara ketus si ekaliptus kembali terdengar. Membuat tatapan tajam dari manik keemasan Minho semakin menusuk sat menatapnya. Tapi pohon itu bersikap tak peduli dengan menggerakan dahan-dahannya dengan acuh. “Aku benci padanya. Aku lebih suka hidup di masa axeldian masih bersembunyi dari dunia, semuanya terasa lebih menyenangkan.”

DOMINUS AXELDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang