🍁 Chapter 8

70 12 0
                                    

“Oh, maaf. Aku melupakannya.” Satu suara kembali terdengar. “Hai, kawan dengan bunga lotus di tangan. Aku—kami yang berbicara padamu. Aku adalah si pohon ekaliptus.”

“Dan aku pohon oak yang menaungimu.”

“Apa?”

Chris tidak tahu apa suara yang kembali terdengar di kepalanya itu benar atau tidak. Itu sesuatu yang terlalu sulit dipercaya. Bagaimana bisa ia mendengar apa yang hanya bisa didengar axeldian? Itu terlalu tidak mungkin.

“Ya, itu benar.” Salah satu suara kembali terdengar. Chris masih berwaspada, ia tidak boleh lengah sedikit saja apalagi dengan kenyataan yang dikatakan suara itu dan masih terlalu tidak masuk di akalnya. “Aku tidak menyangkah jika hari ini akan datang juga. Aku benar-benar senang. Kau tahu, kawan? Axeldian itu benar-benar menyebalkan. Dia axeldian paling menyebalkan yang pernah kutahu.”

“Aku memang tidak suka membicarakan apapun tentang axeldian, tapi dia memang menyebalkan.”

Bahkan kaupun mengakuinya, sobat. Bagaimana bisa dia tidak mau berbicara apapun dan mendengarkan kita? Dia benar-benar berniat menghancurkan dunia. Ngomong-ngomong, berhenti bersikap waspada seperti itu, kawan! Kami bukan sesuatu yang berbahaya.”

“Siapa namamu?”

“Sialan, Hwang seharusnya memberi tahu siapa namamu.”

“Berhenti bicara! Seharusnya kau pikirkan cara agar dia percaya bahwa dia benar-benar mendengar kita dan bukan sesuatu yang mengacaukan.”

“Oh, kau benar.”

Chris menarik ujung bibirnya, tersenyum sinis dalam diam. Kedua suara tanpa wujud yang terdengar di telinganya itu terus berbincang sendiri dengan satu informasi yang membuatnya berpikir bahwa mereka jelas bodoh. Dalam diamnya juga ia mengatakan bahwa ia tak akan mempercayai apapun yang mereka katakan sampai ia menemukan bukti nyata kenapa dirinya bisa mendengar mereka. Selama ia tidak tahu alasan itu, ia akan tetap berwaspada dan berpikir mereka bisa saja menghancurkan dunia ini.

“Tapi ini terlalu sulit. Dia tak akan percaya pada kita.”

“Ah, seharusnya axeldian mengatakan padanya.”

“Axeldian mungkin tidak tahu ini.”

Oh astaga. Aku akan menganggu axeldian itu.”

“Apa yang mau kau lakukan?”

Chris masih menyimak dengan waspada. Tapi ketika sebuah suara yang tak asing terdengar di antara dua suara itu, ia seketika membalikan tubuhnya, kembali menatap ke arah menara. Hanya pintu utama menara yang terlihat, jendelapun hanya sampai di lantai dua. Tapi samar-samar ia bisa menangkap cahaya entah di lantai berapa.

“Apa ini, axeldian? Kau bicara denganku?”

“Lalu, kenapa? Kau keberatan?” Tidak salah lagi, itu suara Minho. Cahaya samar-samar di atas menara itu datang dari jendela kamarnya.

“Kita tidak seharusnya bicara, axeldian.”

“Maka kau tak perlu menjawabku.” Ada jeda, selama itu dahan si pohon ekaliptus bergerak gusar—seperti tidak senang.

“Kau yang tak perlu menjawabku.”

“Aku juga tidak berniat melakukan itu. Aku hanya ingin menegur karena kalian terlalu ribut. Ini sudah larut, aku mau tidur.”

Manik Chris masih menatap ke arah jendela kamar Minho dari balik daun-daun pohon. Dan sesaat setelah suara Minho terdengar di telinganya, cahaya samar-samar itu menghilang—Minho sudah menutup jendela kamarnya.

DOMINUS AXELDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang