🍁 Chapter 30

171 15 6
                                    

Beberapa hari sudah terlewat. Akhir pekan juga sudah terlewati lagi. Dalam beberapa hari yang sudah berlalu, tidak ada apapun yang terjadi. Penyihir hitam tidak datang dengan serangannya atau memberikan tanda-tanda jika mereka akan datang.

Juyeon sendiri tidak mendengar kabar angin tentang kedatangan para penyihir itu. Bukan karena kekuatan sihir hitam sudah tidak ada lagi pada dirinya. Tapi yang angin bawa hanya berita jika apa yang ia rencanakan sebelumnya berjalan dengan baik. Ada kekacauan di antara para penyihir hitam terkait munculnya Minho malam itu. Dan mereka memilih untuk tidak bergerak sampai mereka merasa lebih aman.

Tapi, bukan berarti itu membuatnya lebih santai. Nyatannya, axeldian itu menjadi lebih waspada karena ia tahu betul jika ada satu orang di antara para penyihir hitam yang mengetahui dengan jelas tentang Minho. Ia tidak bisa meminta berita dari angin tentang orang itu sehingga kewaspadaannya menjadi lebih banyak. Dan jika ia sampai kecolongan, ia bisa benar-benar kehilangan Minho.

“Juyeon?”

Juyeon juga sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Hyunjae di sekitarnya. Dominusnya itu sungguh mengikutinya ke manapun dan tak membiarkan mereka berpisah lama. Bahkan sahabat Chris itu nyaris pindah ke kamarnya di menara sana. Sebenarnya agak merepotkan, tapi bukan masalah bagi Juyeon. Axeldian itu bisa menerima Hyunjae dengan baik karena penyihir aquasera yang satu itu benar-benar membantunya.

“Apa?”

Saat ini—masih seperti hari sebelumnya—sang axeldian sedang bersama dengan dominusnya. Setelah hari di mana mereka mengeluarkan sisa sihir hitam yang tertinggal di dalam tubuh Juyeon, mereka lebih sering menghabiskan waktu untuk berdiskusi dan berlatih di hutan. Akademi benar-benar seperti tempat singgah untuk makan dan tidur. Sesekali Chanhee dan Kevin akan bergabung—juga Changmin dan Changbin. Chris juga pernah tapi tingkahnya masih sama seperti sebelumnya.

Kini, keduanya tidak terlalu jauh di dalam hutan. Hanya di bawah pohon oak dan berdiskusi di sana.

“Kau baik-baik saja?”

Pertanyaan itu diajukan Hyunjae bukan tanpa alasan. Penyihir edelweis yang satu itu sudah membicarakan banyak hal tentang apa yang terjadi di masa pembantaian pertama dan apa saja yang bisa mereka jadikan pelajaran untuk menghadapi penyihir hitam nantinya. Tapi, axeldian di sampingnya itu nampak tidak mendengarnya dengan baik. Hyunjae tidak yakin, tapi seperti ada hal lain yang Juyeon pikirkan saat ini.

“Ya, aku baik-baik saja.” Tapi, jawaban yang Juyeon berikan benar-benar tidak sama seperti apa yang dilihat dominusnya. Hyunjae tidak buta, Juyeon hari ini tidak sama seperti hari sebelumnya. Axeldian itu nampak tidak bersemangat dan seperti sangat banyak beban.

“Tapi, kau tidak sedang terlihat baik, Juyeon.”

Apa yang keluar dari mulut Hyunjae membuat axeldian itu menghela napas berat. “Mungkin karena aku sedang memikirkan banyak hal.” Dan jawaban itu cukup membuat Hyunjae tahu jika dugaannya memang benar.

“Apa yang kau pikirkan?”

“Semuanya.”

“Apa yang paling berat?”

“Minho.” Menyandarkan tubuhnya pada batang pohon oak yang besar, penyihir bersayap itu mendongak dan menatap dedauan yang menaungi mereka. “Aku takut dia terluka.”

“Terluka?”

Diam selama beberapa saat, Juyeon lalu kembali menegakan posisinya untuk menatap sang dominus.

“Kau mengatakan kalau Chris tidak akan menyakitinya. Tapi kenapa yang aku lihat dalam diri sahabatmu itu hanya kemarahan kian besar untuk Minho? Bahkan setelah dia tahu jika bukan Minho yang membunuh ibunya.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DOMINUS AXELDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang