Waktu terus berjalan. Tidak terasa jika matahari sudah kembali ke peraduannya. Entah apa yang terjadi di akademi sana, yang Hyunjae tahu hanyalah rasa sakit yang menderanya sepanjang hari tadi sudah menghilang.
Semuanya. Bahkan rasa sakit yang masih tertinggal karena serangan peri akhir minggu kemarin juga menghilang begitu saja. Entah ke mana rasa sakit itu pergi.
“Kau sudah baik-baik saja?”
Hyunjae tidak menjawab pertanyaan yang diajukan sang ayah. Sepanjang hari ini, pria itu tak meninggalkannya sedikitpun. Pria itu tetap di sampingnya bahkan ketika nyonya Ji—peri berlvarodian yang membantunya kemarin—datang dan menolongnya lagi. Ayahnya benar-benar khawatir dengan keadaannya.
Untuk mengusir rasa khawatir ayahnya, penyihir aqausera itu mengangguk. Sesaat setelahnya, ia berusaha untuk beranjak dari posisi berbaringnya—sesuatu yang sangat sulit ia lakukan sebelumnya. Kali ini ia bisa melakukannya dengan mudah.
“Astaga, kau sudah bisa bergerak.” Gerakannya itu tentu mengundang kelegaan luar biasa dalam diri ayahnya—Hyunjae tahu itu.
“Ayah?”
Tapi sesuatu yang ia rasakan membuatnya terpaksa menghentikan kelegaan sang ayah. Ditatapnya pria itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
“Ada apa, nak?” Tanya ayahnya dengan kening yang berkerut.
“Aku...” Menjeda ucapannya sesaat, manik kebiruan Hyunjae menatap ayahnya lekat-lekat, “aku ingin ke kediaman nyonya Kang.”
“Apa?”
Hyunjae tahu dengan jelas jika keinginannya itu tentu tak akan disetujui ayahnya. Ia berakhir di tempat tidur selama beberapa hari tanpa bergerak sedikitpun setelah pergi ke rumah di pinggir desa itu. Tentu ayahnya tak akan mengijinkannya untuk pergi lagi.
“Aku ingin pergi ke kediaman nyonya Kang, ayah.”
Tapi, Hyunjae perlu melakukan itu. Ia juga memikirkan tentang kontak terakhirnya dengan Chris siang tadi.
“Kau tidak boleh ke sana! Apa kau lupa tentang apa yang sudah terjadi padamu?” Ucap pria itu begitu saja.
“Tapi, ayah, aku merasakan keberadaan axeldian di sana.” Jawab Hyunjae cepat. Banyak hal yang ia pikir harus dilakukan saat ini juga. Bahaya besar sedang menanti mereka. “Aku harus bertemu dengannya.”
“Tapi ini sudah malam, Lee.”
“Dia sekarat.”
“Apa?”
“Kekuatannya lemah sekali. Bahkan lebih lemah dari biasanya.”
Sang ayah belum memberikan jawaban, tapi pemilik manik kebiruan itu bergerak cepat untuk beranjak dari duduknya. Ia sempat oleng tapi berusaha untuk berdiri dengan benar. Gerakannya membuat sang ayah juga ikut beranjak dan menatapnya khawatir.
“Aku pergi dulu, ayah.” Hyunjae sudah akan melangkah pergi—tapi sebelum itu, ia berbalik dan menatap ayahnya lagi. “Aku tidak yakin, tapi ayah bisa pergi menemui tuan Sergio untuk berjaga-jaga.”
Selanjutnya, tanpa peduli dengan segala larangan yang ayahnya katakan, Hyunjae bergerak cepat untuk keluar kamar. Bahkan untuk menghindari halangan ayahnya, penyihir edelweis itu menggunakan sihir teleportasi yang merupakan salah satu sihir tingkat tinggi yang sulit dikuasai penyihir pelajar sepertinya. Salah sedikit saja ia tak akan sampai ke tempat yang ia mau.
Beruntung bagi sahabat Chris itu karena ia sungguhan tiba di depan pintu rumah nyonya Kang.
Mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman yang ada di halaman depan rumah itu, Hyunjae hanya menemukan kegelapan. Hanya beberapa bunga ajaib yang bercahaya dalam gelapnya malam. Kakinya lantas melangkah sedang ia berkonsentrasi untuk mencari tahu di mana Minho sekarang. Kemampuannya mendeteksi keberadaan sesuatu membuatnya lebih mudah merasakan di mana keberadaan sang axeldian sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOMINUS AXELDIAN
Fanficbanginho ft. jumil Ratusan tahun sejak penyerangan kembali yang dilakukan penyihir hitam, sesuatu kejadian yang tak pernah dipikirkan terjadi, membuat semua mata tak lagi melihat axeldian sebagai penyeimbang apa yang ada di dunia. from THE LAST AXEL...