CHAPTER 31

115 18 0
                                    

Setelah menyelesaikan makan siang bersama keluarga Singto, Krist lalu diajak Singto ke kamarnya

“oohhhh.... kamar Singtuan terlihat sangat menyeramkan” – Krist
“Benarkah?” – Singto
“em, kenapa semuanya berwarna hitam?” – Krist
“Apa nong tidak suka?” – Singto
“Tidak juga tapi bukankah ini agak tampak menyeramkan phii?” – Krist
“Baiklah, nanti setelah kita menikah nong boleh mendekorasi kamar kita nanti sesuai keinginan nong” – Singto
“oiiihhhh Singtuannnn.....” – rajuk Krist dengan wajah yang memerah
“Kemarilah nong” – panggil Singto sambil duduk di tepi tempat tidur
“Khab... hwaaa....” – kaget Krist, karena Singto langsung menarik tubuhnya hingga terjatuh dan tertidur bersama Singto di tempat tidur
“P-phii Singg” – cicit Krist
“Khab sayang, kita tidur dulu yah. Phii ingin tidur memelukmu nong” – Singto
“Kh-khab phii” – ucap Krist sambil menyamankan posisi tidurnya di dalam dekapan Singto

*****

Waktu telah menunjukkan pukul 18.00 saat Krist pertama kali membuka matanya yang didapatinya hanyalah kekosongan Singto tak ada lagi di sampingnya tak lama pintu kamar mandi terbuka menampilkan Singto keluar dari sana hanya memakai handuk yang dililitkan di tubuh bagian bawahnya dan rambut yang masih basah dengan air yang masih mengalir sampai ke dadanya

“Sudah bangun nong?” – Singto
“Kh-khab su-sudah” – jawab Krist gelagapan karena tadi sedang fokus mengamati tubuh Singto
“Kenapa melamun sayang?” – tanya Singto sambil membelai wajah Krist
“hah!? Ti-tidak kok ak-aku mau mandi phii bolehkah?” – tanya Krist sambil mengalihkan wajah merahnya dari pandangan Singto
“Tentu sayang, phii akan menyiapkan pakaian untukmu” – Singto
“Baiklah aku pergi dulu phii” – ucap Krist sambil lari ke dalam kamar mandi, sedangkan Singto hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang pacar

“huhhhh..... sungguh tidak baik bagi kesehatan jantung!” ~ batin Krist

Setelah menyelesaikan kegiatan mandinya Krist baru sadar kalau tidak ada handuk yang tersedia di dalam kamar mandi, akhirnya Krist harus berteriak memanggil sang kekasih

“Singtuannnnn......” – Krist
“Khab sayang, ada apa” – Singto

“Singtuan dan kata sayang sungguh kombinasi yang buruk bagi jantung!” ~ batin Krist

“Sayang.....” – panggil Singto
“Kh-khab phii, itu aaa di sini tidak ada handuk phii bisakah phii membawakanku handuk?” – Krist
“ohh maaf sayang phii lupa menaruhnya, tunggu sebentar yah” – Singto

“Shiaaa!!! Ini burukkk jantungku lama-lama tidak akan kuat jika P’Sing selalu memanggilku sayang aaaaa.....” ~ batin Krist

“Nong sayanggg, buka pintunya sayang phii bawakan handuknya” – Singto

Setelah menetralkan wajahnya Krist akhirnya membuka pintu kamar mandi masih dengan keadaan basah dan tidak mengenakan apapun Krist membuka pintu tapi inggat hanya membuka pintu sedikit hanya sebatas wajahnya saja

“awww, kenapa hanya dibuka sekecil ini?” – goda Singto
“Singtuannnn.....” – rajuk Krist dengan wajah yang memerah
“Phii bahkan sudah melihat semuanya nong untuk apa malu” – Singto
“Singtuannnnn.... aaaaa....” – rengek Krist
“Baiklah, ini sayang handuk dan pakaian ganti untukmu cepatlah jangan sampai masuk angin” – Singto
“Khab” – Krist

huhhhh..... bisa mati berdiri aku jika P’Singg terus seperti ini” ~ batin Krist

Setelah mengeringkan badan dan berganti pakaian Krist keluar dari kamar mandi akan tetapi tidak menemukan Singto di sana meski sudah mencari ke seluruh kamar Krist tetap tidak menemukan Singto (ohooiiii kamarnya Singto luas yah guysss, bukan cuma ada kamar mandi aja di dalam kamarnya Singto tapi ada ruangan khusus buat baju-baju sama aksesorisnya Singto bahkan ada ruangan musiknya juga oh dan jangan lupakan dapur mini yang ada di kamar itu. Author: nih kamar apa apartemen sih lengkap banget wkwkwkkkk)

Karena tidak menemukan Singto akhirnya Krist memutuskan untuk keluar kamar ke lantai bawah mencari Singto dan benar saja setelah menuruni tangga ia melihat Singto tengah bicara dengan kedua orang tuanya

“Swasdii khab thuk khon(halo semuanya)” – sapa Krist sambil memberikan waai(sapaan tangan khas di Thailand)
“ohh... anak imutnya Mae sudah selesai mandi yah, aduuhh tambah imut saja” – ucap Mae Sun dengan heboh
“Khab Mae” – ucap Krist dengan senyum merekahnya
“Pho dengar Singto akan mengajakmu makan malam di taman belakang sebagai hadiah hari jadi kalian, Pho hanya ingin bilang jika Singto berbuat macam-macam langsung teriak saja yah Pho akan datang dan melemparnya ke kandang singa” – Pho Bounrod
“PHO!! Aku tak seperti itu” – Singto
“Krist sayang jangan dengarkan Pho yah ini Mae kasi ini untukmu” – Mae Sun
“hah!? Sebuah pulpen? Ini untuk apa Mae?” – tanya Krist kebingungan
“Lihat ini sayang” – Mae Sun

SHUUUUSSHH....💨

Tiba-tiba dari bagian ujung atas pulpen muncul pisau kecil yang kelihatannya sangat tajam

“Ma-mae i-ini?” – ucap Krist dengan gagap
“Kalau menunggu Pho datang pasti sudah terlambat jadi gunakan ini saja yah sayang, oh ia ini juga bisa jadi kalung yang modis loh” – ucap Mae Sun tanpa dosa sambil mengalungkan pulpen ajaib tadi di leher Krist
“naahhhh... lihat bagus kan? Bagaimana Pho bukankah ini cocok di pakai Krist?” – Mae Sun
“Iaa, cocok sekali istriku memang pintar” – ucap Pho Bounrod

Sedangkan Krist masih menatap tak percaya pada calon mertuanya ini? Apa mereka serius memberikan benda seperti ini kepadanya? Bagaimana kalau ia benar-benar melukai Singto dengan pulpen ajaib ini?

“waahhh!!! Kenapa mereka terlihat bahagia sekali memberikan benda ini kepadaku? Apa mereka tidak takut jika aku benar-benar melukai P’Singg dengan ini?” ~ batin Krist, sambil menatap Singto

“wahhh aku makin merasa tidak dianggap disini” – protes Singto
“Siapa suruh membawa pulang pacar seimut ini kan Mae jadi tidak tega jika ia dirusak olehmu” – Mae Sun
“Aku tidak begitu! Sudahlah ayo sayang kita pergi makan malam sekarang” – ajak Singto
“Ta-tapi phii aku belum minta ijin ke Pho dan Mae bagaimana kalau mereka khawatir apalagi ini sudah mulai malam” – krist
“Tak apa sayang, tadi saat Kitt masih tidur Mae Nan menelpon dan phii sudah bilang Kitt ada bersama phii, phii juga sudah minta ijin untuk mengajak Kitt makan malam” – Singto
“Benarkah phii?” – Krist
“Ia sayang” – Singto
“Baiklah kalau begitu Pho, Mae Kitt pergi dengan P’Singg yah” – Krist
“aw aw awww... apa itu!? Pho lihat dia memanggil dirinya sendiri dengan nama Kitt bukankah ini sangat imut? Apa boleh Mae memanggilmu Kitt juga?” – Mae Sun
“Khab Pho dan Mae boleh memanggilku Kitt. Kitt itu nama kecilku” – ucap Krist sambil tersipu malu
“Aduhh imut sekali calon menantuku” – Pho Bounrod
“ohoooo kalian sangat drama, Pho ingat Kitt itu milikku. Sudah Kitt jangan dengarkan kakek tua ini” – ucap Singto sambil menarik Krist menjauh dari kedua orangtuanya
“YAAKKKK SINGTOO!!!” – teriak Pho Bounrod yang dibalas tawa nyaring oleh anaknya
“Sudahlah Phoo anak kita sedang berbahagia, aku tak pernah melihat Singto tertawa selepas itu sebelumnya” – Mae Sun
“haaahhhh.... aku butuh darah segar untuk menjernihkan pikiranku” – Pho Bounrod
“em.. ayo ke tempat penyimpanan darah” – ajak Mae Sun












“ahhhh... ini sangat segar, jadi sayang kenapa kau memberikan benda pusaka itu kepada calon menantu kita?” – Pho Bounrod
“Tentu saja untuk berjaga-jaga” – Mae Sun
“Dari Singto?” – Pho Bounrod
“Mai chai(bukan)” – ucap Mae Sun sambil menggeleng
“Mendengar cerita Singto tentang makhluk berbulu yang mencoba mendekati calon menantuku membuat tanganku gatal ingin melenyapkannya, jadi kuserahkan saja pusaka itu kepada calon menantuku jika nanti makhluk berbulu itu berulah lagi calon menantuku akan menghabisinya. HUH! Menyebalkan” – Mae Sun
“Tenanglah sayang, Ratu cantik sepertimu tak pantas marah karna makhluk rendahan seperti itu, aku yakin anak kita bisa menanganinya” – Pho Bounrod
“Tentu saja Singto mampu, tapi seperti yang kita tau Krist itu spesial ia tak bisa dilacak dan kita tak bisa tahu isi kepalanya karena RAMUAN KESEMPURNAAN itu, jadi senjata itu kuberikan untuk berjaga-jaga jika Singto tak ada di sampingnya” – Mae Sun
“Istriku memang yang terbaik! Chers!?” – Pho Bounrod
“Chers!!” – Mae Sun

THE VAMPIRE BRIDE (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang