"bagaimana kalau pernikahan kita dipercepat saja, hm?"
"Hah?"
Magha tak mau melepaskan genggaman itu. Ditariknya lengan Haxell hingga pipinya menubruk dadanya yang jenjang.
Wajahnya merona. "Eh, apa yang kau lakukan"
Dagunya mengunci pucuk kepala Haxell agar ia berhenti berontak, lalu beringsut dan menempatkannya ke posisi yang lebih nyaman.
A warm back hug while sitting on the sofa.
"jauh darimu itu menyiksa, my Princess" gumamnya melow.
Si bungsu Darmash tak bisa berkutik, kedua lengan kekar itu mendekapnya dengan erat. Ia bisa menikmati pemandangan veins manly milik Magha---persis dibawah dagunya---dengan sangat jelas. Salah satu bagian tubuh menile yang ia sukai. Bibirnya bergerak gelisah.
"kau kan sudah janji... "
Magha mengecup pucuk surai keunguan beraroma bunga mawar tersebut. "kau meragukanku??"
Bulu di tengkuk Haxell berdiri akibat husky voice yang menyapanya dari belakang. Cuping telinganya memerah.
"bukan, kalau kita... sudah menikah, aku... tidak mau berhubungan jarak jauh. Lebih baik kau selesaikan dulu kuliahmu" Haxell mendorong Magha dengan punggungnya. Ia sudah kesulitan bernafas dari tadi.
Lagipula Aroma tubuh Magha terlalu memabukkan.
"baby, apa menikah denganku bukan sesuatu yang kau inginkan?"
Jleb
Hatinya tertohok. Sama sekali bukan itu maksudnya---Haxell mengerjapkan matanya cepat, ia panik.
"bukan Prince, bukan begitu. Aku masih perlu banyak belajar, aku juga tidak mau kau menyesal karena menikahi orang sentimental sepertiku, suka berkata kasar dan tidak mau diatur"
"memangnya kenapa kalau kau sentimental, suka berkata kasar dan tidak mau diatur?"
Haxell kesal dengan dirinya sendiri. Yang mudah sekali terkalahkan dengan perkataan pangeran bermata biru perak nya. Ini berbeda dengan dirinya yang dahulu, persisnya sebelum ia mendapat ciuman panas di penthouse kala itu.
"pokoknya... aku belum siap"
Haxell gemetar, karena takut perkataannya melukai.
"lalu, kenapa kau jauh-jauh kemari? Pergi ke istana, bahkan menemui Tetua Hades?"
"karena aku ingin" cicitnya.
De Javu.
Ia teringat jawaban Magha sewaktu menemuinya di kediaman Darmash. Dia juga mengatakan hal yang sama.
'apa ini karma?'
"baby, oke baiklah, kalau itu kemauanmu. Aku tidak bisa memaksakan diri. Seperti rencana awal, aku akan memberimu waktu sampai aku lulus kuliah" Haxell meneteskan airmata---secara refleks, tidak tahu mengapa. Ia mengutuk ucapannya yang kelihatannya menyakiti lubuk hati sang menile. Sosok gagah itu berjalan mendekati jendela tempat ia melamun tadi malam. Sekarang pemandangan telah berganti dengan guyuran sinar matahari yang benderang.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR UNIVERSE : COLLAMAIDEN ✔️
Fiksi PenggemarHaxell Darmash (Lee Haechan) adalah femile pewaris hormon murni.Tetapi ia tak menghiraukan hal itu. Ia awam mengenai semua hal tentang jati dirinya sebagai femile murni dan berprinsip tidak mau dibuahi seumur hidup. Sampai akhirnya ia bertemu dengan...