Sebelumnya maaf, bisa updatenya cuma segini aja. Badan Kkoi lagi flare jadi kuatnya segini aja :') Tapi cepet kan? Hehe. Vomentnya jangan lupa ya, buat penyemangat Kkoi lanjutin ceritanya. Makasih :)
⚫⚫⚫
"Ha ha ha. Cot lo, Pin."
Dengan santai Ryan mengangkat kaki sebelah kanannya dan menumpukannya di kaki yang sebelah kiri tepat di hadapan Alvin. Alvin yang melihat itu hanya mengeluarkan senyuman formal.
"JUST STAY AWAY FROM MY LIL SISTER NJING!"
BUGH
Satu bogeman mentah telah terjun di wajah oriental Alvin. Para pengunjung cafe seketika tersentak kaget, bahkan ada yang sampai refleks teriak melengking.
Ya, baru saja Ryan meluapkan amarahnya dengan meninju tulang pipi kanan Alvin. Amarahnya benar-benar memuncak sekarang, sengaja dia tadi tidak menunjukannya di depan Vanya. Karena takut akan membuatnya khawatir. Dengan sekuat tenaga saat di rumah tadi Ryan menahan diri untuk tidak menyakiti tangannya sendiri pada tembok di sampingnya.
Dia merasa puas sekarang.
Andai saja Vanya melihat, dia akan sangat kecewa sekarang dengan abangnya itu. Dan malah akan membuatnya semakin tertekan dengan keadaan.
"Jadi lo mau ketemu gue cuma buat ini, Yan? Bisa aja sekarang gue telfon polisi kalo lo mau." Ucap Alvin dengan tatapan menantang pada Ryan. Ryan mendengus meremehkan ucapan Alvin lalu membuang muka ke arah jam di tangannya.
"Gak akan selama lo masih gencar buat ganggu hidup adek gue. Mau lo tuh apasih sebenarnya, Vin? Gak paham gue sama jalan pemikiran lo itu. Maksud lo apa lo tiba-tiba ngajar di sekolah adek gue, HAH?!"
Alvin sibuk memainkan lidah di dalam mulutnya pada tulang pipi sebelah kanannya yang mulai terlihat memar membiru.
"Just forgive me. Too much easy, right? That's all." Ryan menatap Alvin dengan tidak percaya atas ucapan santai yang keluar dari mulut Alvin barusan.
"Sinting, lo hidup emang ditakdirkan buat sinting, Vin. Psycho!"
"Yes, I am."
Ryan menggeleng mendengar jawaban Alvin. Dia benar-benar sudah habis pikir dengan Alvin. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu! Layaknya orang yang telah di tinggalkan oleh masalah terberat dunia.
"Yang gue minta cuma satu, stop buat gangguin adek gue. Dia masa lalu lo, Vin! Bahkan adek gue dengan gampangnya udah melupakan peristiwa kebejatan lo dulu itu! Cukup jaga jarak dengan Vanya. Udah, itu aja yang mau gue omongin. Gue muak ngeliat muka lo dalam durasi lima menit. MAKASIH!"
Ryan langsung bangun dari duduknya lalu beranjak pergi ke mobil sport hitamnya. Di dalam mobil Ryan malah sibuk menubrukkan dahinya pada stang mobil. Dia tidak menyesali perbuatannya tadi, tapi yang dia rasakan adalah takut. Takut apa yang dilakukannya tadi malah akan membuat Alvin semakin gencar untuk mengganggu Vanya.
Dia menggelengkan kepalanya kuat. Tidak, tidak akan terjadi apa-apa. Everything will be okay. Batin Ryan menenangkan dirinya agar dia tidak terlalu merasa khawatir.
Yang dia butuhkan saat ini hanyalah ketenangan. Ya, dia butuh merefresh otaknya kembali.
⚫⚫⚫
"Abang kemana sih, kok sampe jam segini belom juga balik." Aku terus mondar mandir di ruang tamu dengan mata yang tidak lepas dari jam dinding di hadapanku. Aku tidak tenang sekarang, bayangkan ini sudah pukul sebelas malam dan abang belum juga menampakan batang hidungnya! Aku benar-benar khawatir, takut akan terjadi sesuatu padanya. Takut emosinya lepas..
Maaf, nomor yang an-
AKH KENAPA NOMERNYA DIHUBUNGIN DARITADI GAK AKTIF SIH?! ABANG KEMANAIN SEBENERNYA?!
Aku menggerang frustasi di sofa. Babeh udah molor, pasti dia ngiranya abang udah balik. Mama sekarang ada di sampingku, lagi sama paniknya denganku.
Cklek
"Assalamu'alaikum.." ITU DIA!
"ABAAANGGGG! ABANG KEMANA AJA IH?! VANYA SAMA MAMA KHAWATIR TAU! KALO MAU PULANG MALEM TUH NGABARIN KENAPASIH?!" Melihat kepulangan abang, aku langsung berlari ke arahnya lalu memeluk abang dengan erat sambil memukulkan tanganku ke dadanya. Bang Ryan mengelus kepalaku lembut, Mama menghampiri kami berdua.
"Maaf, Dek. Hp abang mati, tadi abang ke kostan si Akra dulu. Ban mobil abang bocor soalnya, sorry ya." Aku memonyongkan bibir mendengar penjelasan singkat abang.
"Ya kan kamu bisa pinjam chargeran sama temen kamu, Yan. Kamu gak tau aja gimana heboh binti paniknya Vanya pas tau kamu belom pulang. Dasar badung nih anak Mama. Beruntung kamu, babeh udah molor, jadi gatau, kan." Aku mengangguk setuju dengan ucapan Mama.
"TAUK! AIUCING LO, BANG!"
Abang menatap kami bergantian dengan heran, "Gak kepikiran, Ma."
PLETAKK
Ugh, jitakan samson Mama yang paling aku hindari...
"ADAW! SAKIT MAMA PALA RYAN!"
"Biarin! Biar sadar! Otak kamu tuh udah geser berapa derajat dari normalnya sih, Yan? Masyaallah..."
Bang Ryan nyengir kelewat lebar, "Otw barat, Ma. Otak Ryan udah mau kiamat Kubro."
"Abang, lucu." Kataku datar. Mama lalu menggeleng prihatin ckck.
Kami saling menatap satu sama lain, "Sekarang apa?" Tanyaku polos.
"Ya tidur lah, Deeeek." Jawab Mama dan bang Ryan kompak.
Aku menatap abang dengan risih, "Lo mandi dulu kali bang. Muka lo buluk banget udah kaya bakpia basi." Mama mengangguk setuju hoho.
"Sialan lo, dek."
"Ya, sesama bang." Aku menepuk-nepukan bahunya pelan.
⚫⚫⚫
"Inget, pokoknya kalo si kunyuk udah mulai deketin lo lagi, lo langsung menghindar ye. Lari apa gak kalo bisa langsung salto aja sampe kelas. Jangan sampe dia nahan tangan lo, kalo ketahan langsung cekal aja. Kalo tetep gabisa, keluarin erangan maut lo yang bala itu, bilang aja sekalian kalo lo mau diperkosa sama dia."
Di awal kata sih aku senyum dengerinnya, tapi yang terakhir agak kejam minta diketekin gimana gitu.
"ANJER BEGO LO BANG, YAKALI GUE TERIAK KAYAK, AAAAAKK AKU MAU DIPERKOSA. SINTING LO, BANG!"
"Ya buat antisipasi aja, dek..."
"Gak gitu juga abangku sayang. Udah ah gue mau masuk kelas. Pamit ye, dan makasih atas saran ngaco lo. Assalamu'alaikum! Bhay, ati ati ada komo di jalan."
"Whatever you say, Nak. Good luck, okay?"
Aku mengangguk mantap pada abang lalu mencium pipi kirinya sekilas. Kemudian aku turun dari mobilnya dan melambaikan tangan ke arah mobil bang Ryan yang mulai keluar dari kawasan parkir sekolah.
Bismillah, wish me luck for today!
⚫⚫⚫
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanya
Teen FictionVanya, seorang cewek labil maniak sepatu Vans dan Bakpia Pathok yang hidupnya terus diganggu oleh dua makhluk yang bergender sama namun dengan umur yang jauh berbeda. Cowok pertama, yang bernotabene gebetannya dan cowok kedua si masa lalunya yang ti...