"Maaa, aku berangkat ya. Assalamu-"
"Eh bentar dulu, itu pipi kamu kenapa, Van?" Aku menatap Mama heran. "Kenapa emang, Ma?"
"Kayak bentol-bentol gitu. Kamu alergi makanan, ya?" Hah? Alergi? Pantesan daritadi aku garuk garuk pipi mulu. "Ah masa si, Ma."
Aku berlari kecil ke kamar, mengecek apa yang terjadi dengan pipiku. Dan ternyata benar, pipiku muncul bentol merah halus. Belom terlalu keliatan sih, yaudahlah ya penting amat.
Aku turun ke bawah lalu pamit pada Mama dan babeh.
'BRAKK'
"NYELO SETDAH." Aku nyengir lebar mendengar omelan abang. "Hehe, sorry bang."
"Eh itu mukelo kenapa nyuk?"
Aku mengelus pipiku pelan, "Gatau, bang. Alergi kali. Audah tadi Vanya makan apaan."
"Periksain ke dokter sono."
"Ogaaahh. Paling dibilangnya alergi dingin yeu. Beli obat aja di warung juga jadi."
Abang menepuk kepalaku pelan, "Pinter lo, Pan."
Aku mendengus, "Ck, baru tau lo?"
⚫⚫⚫
"Kalau ada yang ketauan nyontek, LJK akan di sobek sepanjang 10cm dari bawah. Mengerti?"
Yah hari ini si chipmunk yang ngawas. Males amat.
Aku menatapnya malas saat dia sedang membagikan kertas soal dan lembar jawaban di depanku dengan senyumnya yang tak kunjung pudar. Mau tau wajahku sekarang kayak gimana? Mata sengaja dibelerin dan bibir yang dibiarin memble. Kayak apaantuh audah, oh kayak spongebob yang eps mukanya beku. Ya kira-kira begitulah.
"Pipi kamu-"
"NIH MAY! BAGI BAGI, YE!" Teriakku lantang di hadapan chipmunk. Aku mengoper kertasnya dengan terburu buru ke belakang. Males amat ngeliatin muka sok unyunya itu yang padahalmah emang unyu.
"Kerjakan dengan benar, ikuti peraturannya. Ingat, 10cm."
"AUAMAT, PAK." Teriak Vino dari belakang. Anak sekelas seketika ngakak. Dasar murid durhaka memang mereka. "BERISIK WOY. KERJAEEENNN." Nah kalo yang ini baru aku-bukan, tapi Sisri. Nama masa Sisri ya, aneh. Kayak teh gitu yang enak. Teh emang enak kali, Van. Yaudah, mikirin amat.
Satu jam ulangan aku sudah lewati. Alhamdulillah, semoga hasillnya bagus, aamiinn. Pokoknya di mapel ini nilaiku harus banget tinggi! Matematika.......
Aku keluar kelas sambil memegang lks IPS. Mau ke kelas sebelah lah, ruanganku anak anaknya gak ada yang rusuh. Sekalian nengokin Gibran sih, hihihi.
"PAGE GUYSSSSS. PANYA IS HEREEEE." Teriakku dari ujung daun pintu kelas. Dengan santai aku memasuki kelas tanpa memperhatikan wajah wajah terkejut bocah kelas satu.
"BERISIK LO MAH IH. GUE MAU BELAJAR TAI."
"Yauds sih, nyelo ngapa, Soy."
Ya, yang barusan protes itu Aksoy.
Aku duduk di depan Wafa yang tadi di kelas anteng banget belajarnya. "Waaaa,"
Wafa masih fokus sama lksnya. Bahkan dia gak menyauti panggilanku. Huhu sedih.
Emang salah daku apa ya paduka raja, hamba tak tau. Kenapa wafa mencuekiku begini..
Stop.
"EH PANYAK!"
'GEDEBUG'
Awww my beloved boo..
Aku kaget ngeliat Wafa tiba-tiba mengarahkan wajahnya 10cm ke wajahku lalu berteriak begitu. Alhasil aku jatuh dari dudukku, sialan emang ini bocah. Bales dendam kali ya ini bocah sama soto yang waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanya
Teen FictionVanya, seorang cewek labil maniak sepatu Vans dan Bakpia Pathok yang hidupnya terus diganggu oleh dua makhluk yang bergender sama namun dengan umur yang jauh berbeda. Cowok pertama, yang bernotabene gebetannya dan cowok kedua si masa lalunya yang ti...