Aku termangu di atas meja makan. Tangannya ya, bukan akunya. Udah kayak kucing aku ntar nangkring di atas meja. Ok Vanya, stop.
Aku memandangi wajah tampan bang Ryan di hadapanku dengan bimbang. Yaaaa, pikiranku masih terpengaruh oleh kejadian kemarin. Ingat Vanya, kamu harus bersikap biasa aja.
"Gimana kemaren, Van?" Aku tersentak kaget mendengar suara abang yang tiba-tiba. "Gak papa, bang." Bohongku. Aku tersenyum tipis, sangaaaat tipis.
"Yang beneeerrr?"
"Iyaaaaa"
Dan sekarang kami berdua terlihat seperti orang yang ada di pengkolan gang rumah.
"Etdah elu bedua ya, babeh geli dengernya." Kami berdua dengan refleks menatap sinis babeh. Mama malah ketawa ngakak.
"Ha ha ha kalian......berisik." Kata Mama dengan suara datar?!
Dan sekarang jadinya bertiga, bukan berdua. Cengo melompong di depan Mama. Aku-abang-babeh.
"Udah ah! Ma, Beh Panya berangkat, yak! Baaanggg, anterin Panyaaaa" Setelah salim pada kedua orangtuaku aku merengek pada abang.
"Bawel. Iye iye, tapi inget, pulang ntar bakpia Mang Dadang udah ada di meja gue."
"SIAP BOSS!"
⚫⚫⚫
"Pesan gue masih sama sih, mau dengerin lagi?" Tanya abang saat kami telah sampai di parkiran sekolah. "Ogah, gumoh. Udah ye, gue turun. Assalamu'alaikum! Salam buat Mbak Keean. Biar itu orang makin kesemsem sama ente. Jangan lupa beliin dia ketoprak depan perusahaan. Jangan di kantin! Gak enak tau. Bilang, ini pesan dari calon adek ipar, okay? Muach!" Aku mencium singkat sebelah pipi bang Ryan. Dia dengan seenak jidatnya main ngapus aja, sedih mz sedih.
"Idih, bilang aja lo pengen minta di beliin siswant-"
"Sesuatu."
"Gue ketua club syahrini, mau apalu?"
Kakak gila.
'BRAKK'
Aku menutup pintu mobil. "Dadaaahhh. Ati-ati komo bang!" Bang Ryan membalas lambayan tanganku dengan mengklakson mobil, dih dikasih tau malah nyolot. Minta dibegal dia ternyata.
CKIT CKIT CKIT
Aku menoleh ke belakang saat mendengar suara itu. Suara sepatu baru nih...
'PUK'
"Hoi, pren!" Aksoy ternyata. Aku menatapnya dengan malas. Lalu mengangkat tanganku membalas tos kesejatian kami.
'PLAKKK'
"SAKIT, NJER!"
Yaaa, itu semacam tos yang niatnya mau ngebunuh orang secara tidak langsung sih. Aku mengangkat bahu cuek.
Dengan langkah cepat aku meninggalkannya yang sedang sibuk mengusap-usap telapak tangan merahnya. Hahaha rasain tuh kejahilan pertama di pagi hariku.
Sampai kelas, aku langsung duduk lalu menengok secara tiba-tiba sambil tersenyum lima jari pada Wafa.
Bayangkan betapa creepynya wajahku hoho.
'GEDEBUG'
"ANJENG PANYA!"
Huahahaha.
Dia terjun ke samping saking kagetnya liat mukelo Van.
"Wajah terseram yang pernah gue liat dari muka bibabi lo, Pan." Kata Wafa sambil terbangun dari jatuhnya. Ugh. Anak-anak sekelas pada gak ada yang berhenti ketawa.
"UDAH KALE CUKS. GIRANG BENER YAK YAAMPON." Teriaknya kesal. Duh, Wafa.. Wafa.. perutku sakit sekarang. Gak Gibran gak Wafa, sama aja. Gesreknya hampir kelewat ambang batas.
KRINGG!! KRINGG!!
Yaaahh bel laknat sekolahku sudah mulai berkumandang indah..
Belajar dulu lah hari ini yang bener. Lupain segala masalah yang tengah kamu hadapi, Vanya. Cukup di rumah saja hal pribadi diurusin. Vanya si anak samsons Depok.
⚫⚫⚫
"Tapi cara kamu ituloh, Yan. Salah! Tindakan kamu, malah membuat masalah Vanya jadi besar! Kamu tuh gimanasih? Bukannya dipikirin dulu main hajar aja, itu masih untung Alvin sabar. Coba kalo nggak? Masuk penjara beneran kamu ntar! Sering-sering tenangin diri kamu, Yan. Kontrol emosi, jangan kebawa nafsu mau marah. Kalo kamu udah ngerasa emosi kamu di puncak, kamu tarik napas sambil bilang Astaghfirullah. Begitu terus sampe kamu ngerasa tenang, paham sayang? Ini demi kebaikan kamu dan Vanya juga, Ryaaan! Aku bingung harus jelasin apalagi deh sama kamu biar langsung ngerti gituloh." Ryan mengusap tengkuknya mendengarkan omelan berguna dari calon istrinya, Keean. Dia benar-benar memikirkan atas ucapan Keean barusan. Keean benar-benar wanita sempurna di matanya.
"Eung, jadi cara nenanginnya begitu kalo aku mau marah ya?" Sekarang Ryan lebih terlihat seperti seorang anak yang sedang dinasehati oleh ibunya.
Keean tersenyum manis sambil mengusap punggung tangan Ryan lembut. Keean mengangguk, "Iya sayaaaanggg. Jadi kamutuh selama ini gak tau caranya ngontrol emosi? Yaampun Ryaaaann. Kamu pikun ada mas google apa gimanasih? Hahaha." Ledek Keean pada Ryan. Ryan yang mendengarnya malah mempouting bibirnya dan membuat Keean gemas sampai dia terbangun dari kursi kantin untuk mencubit pipi tirus Ryan kencang.
"Sakiiittt kikikuuu." Keean melepaskan cubitannya, "Kok jadi nama aku? Kan yang aku cubit kamu."
"Kikiku-pipiku. Gak beda jauh ah, dua-duanya sama sama punya akuuuu."
Keean memasang wajah risih, "Idih, belajar ngegombal darimana kamu?" Ryan tertawa meringis, "Eung.. Vanya hehe." Keean makin ketawa ngakak sekarang.
Benar-benar pasangan yang romantis dan sempurna..
Keean dan Ryan.
⚫⚫⚫
Hooooiii, Kkoi balik nih hihi. Gimana gimana? Seru gak? Kependekan? Iyalah inisih pendek banget bagi aku juga. Hehe tangan kkoi belom kuat nulis banyak-banyak nih. Kkoi apdetnya cepet kaaan? Nyampe dua hari gaaak? Haha Muncul pasangan unyu baru ya, Ryan dan Keean!
Oh iya, yang di mulmed itu Vanya dan Alvin ya. Gimana? Pas gak? Saran yaaaa! Part selanjutnya baru di fixin castnya ya.
Makasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanya
Teen FictionVanya, seorang cewek labil maniak sepatu Vans dan Bakpia Pathok yang hidupnya terus diganggu oleh dua makhluk yang bergender sama namun dengan umur yang jauh berbeda. Cowok pertama, yang bernotabene gebetannya dan cowok kedua si masa lalunya yang ti...