BAB 1

84 21 124
                                    

"Pagi, Gavin!" sapa Fanny saat sudah masuk ke dalam mobil Gavin. Seperti biasa, pagi ini Fanny akan berangkat ke sekolah bareng Gavin.

Setiap hari Gavin memang selalu berangkat dan pulang sekolah bersama Fanny. Sudah dari dulu seperti itu.

Padahal Fanny bisa saja berangkat dan pulang sekolah sendiri, tetapi Gavin selalu menolaknya.

Menolak dengan alasan katanya rumah Fanny searah dengan sekolahan, lagi juga Gavin bersekolah di sekolah yang sama dan satu kelas dengan Fanny, jadi sekalian saja Gavin jemput Fanny untuk berangkat sekolah barsama.

"Lo yakin udah sehat?" tanya Gavin sambil memperhatikan Fanny yang duduk di kursi penumpang sebelahnya sambil mengenakan sabuk pengaman.

Gavin heran, kemarin wajah Fanny itu pucat sekali saat dijam olahraga, tetapi dalam waktu sehari, Fanny sudah kembali ceria lagi.

Padahal waktu itu Fanny lemas dan wajahnya pucat, sampai pak Ikhsan menyuruh Gavin untuk membawa Fanny ke UKS dan mengizinkan Gavin untuk tidak ikut jam pelajaran olahraganya.

"Yakin lah! lo gak liat nih? wajah gue memancarkan aura semangat buat dateng ke sekolah." Fanny menghadap ke Gavin, memperlihatkan wajahnya.

"Iya lo semangat dateng ke sekolah, tapi cuman buat gosip, bukan buat belajar," ucap Gavin mulai menghidupkan mobilnya.

"Lo gak tau aja sih betapa serunya nge-gosip," ucap Fanny kembali duduk dengan benar dan sekarang ia sibuk memainkan handphone nya, sementara Gavin fokus menyetir.

Hubungan Gavin dan Fanny bukanlah sebagai sepasang kekasih, tetapi hanya sebagai sahabat.

Mereka berdua telah bersahabat sejak kecil, hal itu karena kedua orang tua mereka juga bersahabatan.

Jadi tidak heran jika Gavin dan Fanny selalu berdekatan setiap saat. Seperti prangko, nempel terus, tidak bisa dipisahkan.

Tak terasa mobil Gavin sudah memasuki parkiran sekolah. Fanny memasukkan handphone nya ke dalam saku baju seragam sekolah dan melepaskan sabuk pengaman yang ia pasang sebelumnya.

"Kita balap lari, siapa yang telat sampai ke kelas dia yang traktir makan di kantin, gimana?" Gavin sedikit terkejut, Fanny baru saja sembuh dan sekarang malah ngajakin Gavin untuk balap lari.

"Okay..." Fanny duduk dalam posisi tegap, siap untuk keluar dari dalam mobil Gavin dan mulai berlari menuju ke kelas ketika Fanny sudah selesai menghitung satu sampai tiga.

Gavin ingin membantah, tetapi Fanny sudah pergi berlari. Kalau begini ceritanya, yang ada Gavin harus traktir Fanny makan di kantin nanti.

Gavin hanya berharap semoga saja setelah lari nanti Fanny tidak kembali jatuh sakit. Memang aneh, sedari dulu setiap Fanny sakit, pasti Fanny hanya membutuhkan waktu sehari untuk sehat.

Tidak seperti dirinya ini yang malah kadang membutuhkan waktu seminggu untuk benar-benar kembali sehat.

Gavin keluar dari dalam mobilnya dan berjalan santai dengan tas yang ia gendong di sebelah pundaknya.

Ia tidak berlari untuk menyusul Fanny, lagi toh percuma saja lari, dirinya ini memang sudah tertinggal jauh dengan Fanny.

Keluar dari parkiran sekolah, Gavin berjalan menuju ke gedung sekolah dengan melewati lapangan sekolah.

Namun, saat di lapangan sekolah, tiba-tiba saja ada seorang perempuan datang menghampiri Gavin.

Perempuan itu berambut panjang warna cokelat dan bergelombang, rambutnya yang tergerai itu tertiup angin begitu saja.

"Hai!" sapa perempuan itu sambil tersenyum.

Gavin memperhatikan perempuan yang ada di hadapannya ini. Perempuan itu mengenakan seragam yang sama dengan seragam yang Gavin kenakan.

Gavin terpukau saat pandangan matanya tak sengaja bertemu dengan pandangan mata perempuan yang ada di hadapannya ini.

Pandangan mata perempuan itu begitu sendu dan senyuman yang perempuan itu berikan begitu lembut. Entah mengapa Gavin merasa waktu sedang berhenti berputar.

"Aku mau tanya, ruang guru ada di mana ya?" tanya perempuan itu dengan suara lembutnya yang membuat Gavin kembali sadar dari lamunannya.

"Ruang guru?" Perempuan itu menganggukkan kepalanya tanpa memudarkan senyum lembutnya.

"Itu ruangan nya." Gavin menunjuk lurus ke depan pintu ruangan yang mana adalah pintu ruang guru. Kebetulan Gavin berdiri di lapangan yang tepat di depan nya adalah ruang guru.

Ruang guru berada di koridor lantai satu, bersebelahan dengan ruang penyimpanan alat ekskul.

"Yang itu?" tanya perempuan itu untuk memastikan dan dijawab dengan sekali anggukkan kepala oleh Gavin.

"Oke, makasih!" setelah itu perempuan tersebut pergi menuju ke ruang guru dengan berjalan sambil melompat riang.

Gavin lagi-lagi dibuat terkejut, baru kali ini ia melihat gadis SMA yang seperti anak kecil.

* * * *

Fanny berlari sambil menolehkan kepalanya ke belakang dan melambatkan langkah kakinya yang tadinya berlari jadi jalan biasa.

Fanny menghembuskan napasnya saat ia mendapati bahwa Gavin tidak ikut berlari di belakangnya.

"Kayanya Gavin lebih suka traktir gue, Ezra sama Arya makan di kantin ketimbang menang balap lari," ucap Fanny yang sekarang sudah diam di tempat.

Fanny berjalan menghampiri pinggir batasan koridor lantai dua, untuk mengetahui apakah Gavin ada di lapangan sekolah atau tidak. Kelas Fanny berada di lantai dua.

Fanny mengedarkan pandangannya dan ia bertemu dengan Gavin yang sedang berbicara dengan murid perempuan.

Fanny tidak mengenali siapa perempuan itu, Fanny baru pertama kali liat perempuan tersebut. Namun, reaksi Gavin yang seperti terpukau itu membuat Fanny meremat besi yang ada di pinggiran pembatas koridor.

Tak mau berlama-lama, akhirnya Fanny memutuskan untuk pergi ke kelas saja. Setiba di kelas, Fanny langsung duduk di kursi nya dan mengabaikan kedua sahabatnya yang heran melihat kedatangan Fanny.

"Kok sekolah? Emangnya udah sehat?" tanya Ezra yang duduk di kursi depan Fanny.

"Seperti yang lo liat," jawab Fanny seadanya.

"Kok bisa sih udah sehat? Padahal kemarin tuh muka lo pucet, pokonya jelek banget deh kaya mayat hidup," ucap Arya dan langsung dipukul oleh Fanny, menggunakan buku yang entah milik siapa soalnya buku itu ada di atas meja Fanny.

"Ya bisa sehat lah, kan gue di rumah tuh makan, minum obat terus istirahat, enggak kaya lo, sakit pilek malah minum es terus, wajar aja sih semingguan lo gak sembuh-sembuh!" omel Fanny.

"Sama satu lagi, enak aja lo bilang gue jelek, muka gue ini tuh selalu cantik di segala situasi dan ekspresi tau!" Fanny meletakkan kembali buku itu ke atas mejanya dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Cantik dari mana? Oh! Iya lo cantik kok kalo diliat dari ujung lobang sedotan okky jelly drink," setelah mengatakan hal itu Arya langsung lari keluar kelas sambil tertawa.

"ARYA, JANGAN KABUR LO, SINI SIALAN!" Fanny melemparkan buku yang tadi ia gunakan untuk memukul kepala Arya, tetapi buku yang Fanny lempar justru malah mengenai kepala Gavin yang baru saja masuk ke kelas.

-

-

-

-

TBC
------_

Gimana kesan kalian setelah baca BAB pertama yang aku publish ini?

Seru?
Banyak typo?
Alurnya gak jelas?
atau gimana?

Langsung komen aja deh pendapat kalian, sekalian kasih tau ke aku juga ya kalo ada typo, biar nanti aku langsung perbaiki😉

Tolong dimaklumi ya guys, aku ini nulisnya modal nekat doang🤧

Oke jangan lupa ditap BINTANG🌟nya

Diary FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang