BAB 16

22 5 5
                                    

Hampir semua murid perempuan mengerubungi Arya saat dirinya baru saja tiba di koridor sekolah menuju ke kelasnya. Mereka semua mengerubungi nya hanya untuk mengumpulkan formulir pendaftaran Pentas Seni.

Fanny sudah lebih dulu kabur menyelamatkan diri, ia tidak mau dikerubungi oleh murid-murid yang ingin mengumpulkan pendaftaran Pentas Seni. Lagi itu bukan tugasnya.

Sampai jam istirahat pun para murid perempuan masih ada yang menghampiri Arya. Laki-laki itu si senang-senang saja, ia malah memanfaatkan hal ini untuk melebarkan sayapnya. Alias modus.

Murid perempuannya juga sama saja, mereka mengumpulkan formulir pendaftarannya sekalian mencari perhatian kepada Arya. Kebanyakan murid yang menghampiri Arya adalah perempuan dan mereka semua adik kelasnya.

Murid laki-laki juga ada yang mengumpulkan formulirnya ke Arya, Bagas, dan anggota OSIS lainnya.

"Kak Arya, ini formulir pendaftaran aku," ujar salah satu murid perempuan yang rambutnya dijepit dengan jepitan berbentuk bunga di sisi kanan rambutnya.

"Jepitan rambutnya cantik, sama kaya orangnya," ujar Arya sambil mengambil formulir pendaftaran dari murid Perempuan tersebut.

"Ini punya aku," ujar murid perempuan lainnya yang memakai bando di kepalanya dan ada 5 murid perempuan lain yang ikut menyerahkan formulir pendaftaran tersebut dengan tingkah manisnya.

Arya menerima semua formulir pendaftarannya sambil bertanya, "Pulang sekolah sama siapa?"

Gavin dan Ezra dapat melihat kedua bola mata murid perempuan-perempuan tersebut tampak berbinar, "Aku pulang sendiri," jawab Perempuan yang rambutnya mengenakan jepitan dengan semangat.

"Aku juga sendiri!" jawab Perempuan yang mengenakan bando di kepalanya.

"Aku juga!" jawab Perempuan lainnya.

"Kalo gitu pesen taksi online," jawab Arya  dan semua murid perempuan tersebut pergi menjauh dengan wajah muram dan kesal.

"Gue pikir, Kak Arya, mau ngajakin gue pulang bareng," ujar salah satu murid perempuan.

"Lo buat mereka semua berharap," ujar Ezra yang tidak sengaja mendengar ucapan perempuan tersebut.

"Suruh siapa berharap? Harusnya mereka tau kalo gue aja berangkat sekolah sama pulangnya nebeng mobil, lo," Benar apa yang dibilang Arya, mana mungkin kan ia mengajak mereka semua untuk pulang bersama. Kalau ia bawa mobil sendiri sih tidak masalah.

"Tapi gak apa-apa, soalnya, Kak Arya, muji jepit rambut gue ini!" ucap murid perempuan tersebut dengan kegirangan.

"Terus ngapain lo nanya mereka pulang sekolahnya sama siapa?" Sekarang giliran Gavin yang bertanya.

"Iseng aja," jawabnya tanpa merasa bersalah. Ezra dan Gavin hanya menggelengkan kepala dan kembali fokus makan.

Saat Arya sedang sibuk membereskan lembaran-lembaran formulir pendaftaran Pentas Seni, tiba-tiba saja Luna datang menghampiri Arya.

"Halo, Kak Gavin, Kak Arya, Kak Arya," sapa Luna sambil tersenyum.

"Halo, Luna," Ezra membalas sapaan Luna.

"Hai," Gavin juga membalas dan Luna tersenyum sambil menganggukkan kepalanya sedikit.

"Eh! Ada Luna," ucap Arya, "Kok tumben datang ke kantinnya telat? Kirain Kak Arya, Kak Gavin sama Kak Ezra, Luna gak istirahat di kantin," sambung Arya.

"Luna emang lagi gak mau istirahat di kantin dulu," ucap Luna.

"Terus ngapain ke kantin?" tanya Ezra.

Diary FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang