BAB 21

14 4 26
                                    

Hari ini Fanny senang karena ia tidak perlu absen lagi untuk tidak mengikuti pembelajaran. Berbeda dengan Arya, akibat Fanny yang mengatur jadwal rapat OSIS nya, ia jadi tidak bisa absen.

Di sepanjang koridor, Arya berusaha membujuk Fanny untuk mengubah jam rapatnya, tetapi usahanya itu tidak akan pernah membuahkan hasil walau sekeras apapun ia membujuk sahabatnya.

Sampai-sampai Arya jadi lelah sendiri dan memutuskan untuk duluan pergi ke kelas, meninggalkan Fanny dan Ezra yang masih berjalan santai di koridor.

"Ngambek tuh dia," ujar Ezra.

"Biarinin aja, entar juga gak ngambek lagi pas denger kabar dari Gavin," sahut Fanny.

Ezra menghentikan langkah kakinya, "Ada kabar apa emang dari Gavin?"

"Nanti lo juga bakalan tau," Fanny menjawab tanpa menghentikan langkah kakinya. Ia terus berjalan sampai menuju ke kelas.

Sementara Ezra masih terdiam di tempat, memandang punggung Fanny yang semakin menjauh, bahkan membuat jaraknya jadi terkikis, tetapi ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Maka dari itu, ia kembali berjalan untuk mengembalikan jaraknya yang sempat terkikis.

Baru sampai di ambang pintu kelasnya, Ezra sudah dikagetkan oleh suara Arya yang menggelegar, "Sumpah Gavin, lo gak bohong, kan? Ini lo beneran udah jadian sama Luna??"

Gavin tidak menjawab pertanyaan dari Arya, ia hanya terdiam menatap kedua bola mata sahabatnya dengan ekspresi wajah malas.

"Oh oke lo gak bohong," ucap Arya setelah memahami maksud dari ekspresi wajah Gavin.

Arya mengetahui hal itu karena ia mengintip ke ponsel Gavin, saat laki-laki itu sedang asik memainkan ponsel nya sambil tersenyum. Di sana Arya melihat Gavin yang sedang bertukar pesan dengan Luna.

Akibat suara Arya yang menggelegar, membuat seluruh pandangan teman sekelasnya jadi terpusat padanya dan Gavin. Semua murid perempuan yang ada di kelasnya terlihat patah hati saat tau kalau Gavin memang benar-benar jadian dengan Luna.

"Tapi lo bakalan traktir gue kan?" Arya memandang Gavin untuk menunggu jawabannya dengan mata yang berbinar.

"Lo tuh gak diajak," seru Fanny sambil membuka laptopnya dan menghidupkannya. Ia jadi sedikit kesal sama Arya. Masalahnya udah jelaslah Gavin bakalan traktir dia, mana mungkin tidak ditraktir.

"Lo, Fanny, sama Ezra bakalan gue traktir. Apalagi berkat lo ... gue bisa deket sama Luna," ujar Gavin, menghentikan Arya dan Fanny agar tidak ribut.

"Tuh! Gavin mah baik gak kek lo! Huuu!" Arya menyoraki Fanny diakhir ucapannya.

Fanny melirik sinis kearah Arya, "Apasih?! Kaya bocah deh," Fanny mulai fokus pada laptopnya yang sudah menyala.

"Jadi ini kabar yang dimaksud Fanny, berarti Fanny udah tau dari awal?" Batin Ezra yang kedua bola matanya secara bergantian melirik ke Fanny dan Gavin.

Arya menolehkan kepalanya ke belakang, mendapati Ezra yang masih berdiri diambang pintu, "Woi, Zra, sini! Lo harus denger berita bagus dari Gavin," Ezra pun berjalan masuk menghampiri Gavin dan Arya.

Fanny menghentikan tangannya, membuat kursor yang tadinya bergerak ke sana-ke mari menjadi berhenti di tempat. Ia tersenyum tipis mengingat kejadian semalam.

Flashback On

Setelah mengantarkannya pulang, Gavin pamit kepadanya untuk langsung balik ke rumah. Melihat mobil Gavin sudah tidak ada di depan mata, buru-buru ia menutup pintu rumah dan menguncinya, kemudian ia berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya dengan senyum yang merekah di wajahnya.

Diary FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang