BAB 25

15 3 0
                                    

Gavin mengantarkan Luna ke rumahnya setelah pulang sekolah, tetapi ia malah bertemu dengan Ibunya Luna saat memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Luna.

Saat itu Yunita sedang ingin membuang sampah dan kebetulan ia melihat ada mobil yang berhenti di depan gerbang rumahnya. Rasa penasaran pun muncul di dalam diri Yunita yang segera menyuruhnya untuk mencari tau mobil siapa itu.

Yunita mengintip terlebih dahulu sebelum membuka gerbang nya. Ketika melihat pemuda keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu mobil untuk Luna, barulah ia pergi membuka gerbang dan menyapa Luna beserta pemuda tersebut yang kita ketahui adalah Gavin.

Namun, sebelum itu ia membuang sampah terlebih dahulu ke tempat sampah yang berada di samping rumahnya.

"Mama?" Luna terkejut ketika melihat Ibunya keluar dari dalam rumah.

"Anak Mama udah pulang ternyata," ujar Yunita setelah membuang sampah, lalu ia melirik ke seorang pemuda yang berada di depan Luna, "Ini siapa?"

Gavin langsung memperkenalkan dirinya saat ditanya seperti itu oleh Ibu dari kekasihnya, "Halo, Tante, saya Gavin kekasihnya Luna," Luna membulatkan matanya dan memperhatikan Gavin yang sedang tersenyum tanpa dosa.

Luna tidak masalah jika hubungannya dengan Gavin diketahui oleh kedua orang tuanya, tapi untuk saat ini ia masih belum siap akan hal itu karena ini adalah pertama kalinya ia berpacaran dan orang tuanya langsung tau.

Ia tau bagaimana sifat Ibunya, pasti nanti ia akan digodain habis-habisan seperti waktu pertama kali ia diantar pulang oleh Gavin.

"Loh anak Mama ternyata udah punya pacar? Kenapa gak cerita?" Luna sempat bingung untuk menjawabnya, tapi satu kata yang muncul di kepalanya hanya kata 'Lupa'. Jadi, ia mengatakan bahwa ia lupa.

Yunita mengusap lembut pundak Luna dan tersenyum lembut ketika mendengar jawaban dari Luna dan melihat telinga anaknya yang sudah berubah menjadi warna merah muda hampir membuatnya tertawa.

"Oh iya, Gavin, ayok mampir dulu ke rumah sebentar. Kebetulan Mama tadi bikin kue pukis nya agak banyak," ajak Yunita dan Gavin pun mengiyakan.

Yunita langsung mengajak Gavin ke meja makan yang ada di dapur, tidak lupa ia memberikan sepiring kue pukis kepada Gavin. Sementara Luna izin pergi ke kamar dulu untuk menaruh tas sekolahnya dan mengisi daya ponselnya.

"Silahkan dimakan kue pukis nya. Ini kue kesukaannya Luna," Gavin mengambil salah satu kue pukis dari beberapa kue pukis yang ada di piring tersebut.

* * * *

Di dalam kamar Luna meletakkan tasnya di kursi meja belajarnya, lalu duduk di atas kasur sambil melepaskan sepatu yang ia kenakan.

Luna menghembuskan napasnya, "Kenapa Gavin harus ketemu sama Mama di saat Luna belum siap?" Luna berjalan kearah rak sepatu yang ada di sudut kamarnya untuk menaruh sepatu sekolahnya.

"Luna jadi gugup kalo kaya gini caranya. Kak Gavin harusnya tolak aja tawaran Mama buat mampir ke rumah," Ia meletakkan jam tangannya di atas meja rias.

Setelah itu Luna masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih, tak lupa ponsel nya ia isi daya terlebih dahulu.

Gavin sudah menghabiskan 3 kue pukis rasa pandan sambil menunggu Luna keluar dari dalam kamarnya. Yunita selalu mengajak Gavin berbicara, lebih tepatnya banyak bertanya.

Yunita sempat terkejut saat tau kalau Gavin adalah kakak kelasnya Luna. Ia tidak menyangka kalau anaknya bisa berpacaran dengan kakak kelasnya. Apalagi Luna masih terbilang murid baru.

"Kok kamu bisa suka sama Luna? Padahal kamu baru pertama kali bertemu," tanya Yunita penasaran.

"Awal ketemu Luna emang gak suka sama Luna, tapi terpesona. Saya terpesona sama senyuman dan tatapan teduh dari Luna," jelas Gavin tanpa ada rasa gugup.

Diary FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang