BAB 17

28 4 20
                                    

Fanny baru saja selesai rapat di ruangan OSIS. Kali ini rapatnya membahas konsep spanduk Pentas Seni yang ingin dibuat dan sekarang ia sedang berjalan menuju ke kantin bersama Arya.

Jalan menuju ke kantin melewati ruangan musik, ketika melewatinya, Arya dan Fanny dapat mendengar suara musik piano dari dalam sana. "Musik Canon iD," Batin Fanny.

Arya penasaran siapa yang memainkan musik piano di ruangan musik karena ini tidak seperti biasanya. Jadi, ia membuka pintunya sedikit dan mengintip ke dalam.

Awalnya Fanny tidak tertarik dengan tindakan Arya, tetapi ketika sahabatnya itu menyebutkan nama Gavin dan Luna, mau tidak mau ia juga ingin ikut mengintip.

Di sana ada Luna yang sedang duduk sambil memainkan piano dengan anggunnya dan di belakangnya ada Gavin yang sedang memperhatikan Luna sambil berdiri.

"Gak salah gue comblangin Gavin sama Luna. Liat deh, Fan, mereka serasi banget, kan?"

"Ya mereka keliatan serasi," jawab Fanny di dalam hati tanpa mengalihkan pandangannya dari Gavin dan Luna.

Melihat hal ini, Fanny jadi teringat kalau Gavin juga sering menemaninya bermain biola dan sekarang sepertinya tidak akan lagi karena sudah ada Luna yang akan menjadi prioritasnya Gavin.

Fanny tidak mempermasalahkan hal tersebut, ia sekarang sudah sadar saat melihat wajah Gavin yang terlihat sangat bahagia. Memang mungkin dirinya ini bukan jodohnya Gavin.

Arya ingin membuka pintu ruangan musik lebih lebar agar bisa masuk ke dalam, tetapi buru-buru Fanny menahannya dan menutup kembali pintu tersebut dengan perlahan.

"Lo apa-apaan sih, Fanny?" Arya sedikit sewot karena ulah sahabatnya.

"Lo yang apa-apaan!" seru Fanny sedikit berbisik agar Gavin dan Luna tidak menyadarinya.

"Lah apa? Orang gue cuman mau masuk buat nyapa Gavin sama Luna. Awas!" Fanny tetap menghadang Arya sambil Memelototinya.

"Gak usah nyapa-nyapa deh, ganggu orang aja! Udah ayok kita ke kantin! Nanti keburu bel bunyi," Fanny menarik tangan Arya agar laki-laki itu mengikutinya ke kantin.

Fanny mulai sekarang sedang membuang rasa cintanya kepada Gavin dengan perlahan-lahan, walau masih ada sedikit rasa cinta yang singgah di hatinya, tetapi ia yakin rasa cintanya akan segera hilang.

Setiba di kantin Fanny langsung melepaskan pegangannya pada pergelangan tangan Arya dan menyuruhnya  untuk langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan Ezra.

"Sakit anjirt! Lo jadi cewek kaga ada lembut-lembutnya pisan!" ujar Arya sambil mengusap pergelangan tangannya yang terasa sakit.

"Emang!" seru Fanny yang tampak sangat tidak perduli dengan ucapan Arya.

"Lo pada kenapa sih? Kok dateng-dateng malah ribut," tanya Ezra yang sudah lebih dulu berada di kantin, bahkan ia sudah menghabiskan setengah porsi siomainya yang ia pesan.

"Gue mau nyapa Gavin sama Luna, tapi dilarang sama Fanny!" jawab Arya yang setelah itu meminum es teh manis milik Ezra.

"Ya lo nyapa di waktu yang gak tepat, bodoh! Kalo lo tadi nyapa mereka yang ada ngerusak momen tau gak?!" Fanny menjelaskan bahwa ia tidak salah, tetapi Arya yang salah.

Ezra sedikit terkejut mendengar ucapan Fanny sampai-sampai ia berhenti menyendok siomai nya, "Fanny udah merelakan Gavin?" Ia bertanya-tanya di dalam hati.

"Lo kenapa, Zra?" tanya Fanny yang menyadari bahwa Ezra melamun.

Ezra langsung tersadar dari lamunannya,"Eum? Enggak, gue gak kenapa-kenapa." Ia lanjut menyiapkan siomay ke mulutnya.

Diary FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang