BAB 4

32 13 82
                                    

Hari ini untuk pertama kalinya Gavin mengantarkan perempuan lain pulang selain Fanny, ibunya dan juga bibinya.

Gavin merasakan perasaan yang entah itu apa, karena ia sendiri tidak dapat mengutarakan apa yang ia rasakan saat bisa mengantarkan Luna pulang ke rumahnya.

"Luna baru tau kalo kak Gavin itu ternyata kakak kelas," ucap Luna, ia ingat pertemuan pertamanya dengan Gavin tadi pagi di lapangan sekolah.

"Oh iya, kak Gavin OSIS juga, kah?" Luna menolehkan kepalanya ke Gavin, memperhatikan Gavin yang sedang fokus menyetir.

Soalnya Gavin tadi bareng sama Arya, dan Luna tau kalau Arya itu ketua OSIS. Jadi Luna pikir Gavin OSIS juga.

"Aku bukan OSIS," jawab Gavin dengan pandangan fokus ke depan tanpa menoleh ke arah Luna.

Luna menganggukkan kepalanya, "Kata kak Arya, kak Gavin rumahnya searah sama rumah aku, itu bener?" tanya Luna.

"Sebenarnya rumah aku enggak searah sama rumah kamu." Gavin menolehkan kepalanya ke Luna dan kebetulan Luna juga sedang menolehkan kepalanya ke Gavin, jadilah mereka saling pandang.

Saling pandang itu hanya terjadi beberapa saat saja, karena Gavin langsung memutuskan kontak matanya dengan Luna.

Ia masih ingat bahwa dirinya sedang menyetir, dan ia tidak ingin mati muda. Masih ada banyak hal yang ingin Gavin raih.

"Loh berati kak Arya bohong dong?" ucap Luna dengan polosnya.

"Memang," jawab Gavin.

"Maaf ya kak Gavin, Luna gak tau kalo rumah kak Gavin ternyata gak searah sama rumah Luna," ucap Luna dengan merasa bersalah.

"Luna pikir kak Arya gak bohong," sambung Luna.

Gavin tertawa kecil, "Santai aja, aku gak ngerasa keberatan kok nganterin kamu pulang," ucap Gavin disela tawanya.

Gavin menghentikan tawanya, dengan pandangan fokus ke depan, Gavin berkata, "Jangankan gak searah, rumah kamu ada di ujung dunia pun aku bakalan tetep anterin kok." Luna menolehkan kepalanya dan memperhatikan Gavin yang fokus menyetir.

Luna baru sadar kalau Gavin ternyata tampan dengan rahangnya yang tegas.

Tak terasa ternyata mobil Gavin sudah berhenti tepat di depan rumah Luna, "Luna, hey!" panggil Gavin, ternyata Luna melamun sambil memperhatikan Gavin sejak tadi.

Luna tertangkap basah, "Ah iya ada apa kak Gavin?" tanya Luna saat sadar dari lamunannya.

Gavin tersenyum, "Udah sampe di rumah kamu," jawab Gavin.

Luna melihat ke luar jendela dan benar, mobil Gavin sudah sampai di depan rumahnya.

Luna melepaskan sabuk pengamannya, sebelum keluar dari dalam mobil, Luna mengucapkan terima kasih kepada Gavin terlebih dahulu, baru setelah itu ia keluar dari dalam mobil.

Saat Gavin ingin melajukan mobilnya, tiba-tiba saja Luna mengetuk kaca jendela mobil Gavin.

Gavin pun menurunkan kaca jendela mobil sebelah kiri yang tadi diketuk oleh Luna, "Kenapa? Ada yang ketinggalan?" tanya Gavin, tapi dijawab dengan gelengan kepala oleh Luna.

"Gak ada kok, gak ada yang ketinggalan," jawab Luna

"Tapi Luna mau bilang ke kak Gavin, hati-hati dijalan, jangan ngebut," ucap Luna dengan tersenyum dan tak lama kemudian Gavin pun tersenyum juga.

"Siap!" mendengar jawaban Gavin, Luna menjauhkan dirinya dari mobil Gavin.

Gavin menutup kembali kaca jendelanya dan pergi melajukan mobilnya menjauh dari rumah Luna. Setelah mobil Gavin sudah tidak terlihat lagi dari pandangan Luna, ia pun langsung pergi masuk ke dalam rumah.

Diary FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang