Kebetulan hari ini para guru di sekolah sedang mengadakan rapat. Jadi, Fanny, Arya dan Bagas memanfaatkan keadaan ini untuk membagikan formulir pendaftaran Pentas Seni.
Fanny masuk ke dalam ruangan OSIS untuk mengambil formulir pendaftarannya, lalu setelah itu ia kembali keluar dan pergi ke setiap kelas 10 dan 11 bersama dengan Arya dan Bagas.
"Nih, lo yang bawa," Fanny menyerahkan formulir pendaftaran Pentas Seni ke Arya sebelum ia pergi.
"Lo aja nih yang bawa," Arya malah mengoper tugasnya ke Bagas.
"Kok jadi gue sih?! Kan lo yang di suruh Fanny," ucap Bagas tak terima.
"Udah bawa aja, gak boleh membantah sama ketua OSIS," ujar Arya sambil pergi meninggalkan Bagas.
"Anjir lo, Arya," mau tak mau Bagas membawa formulir pendaftarannya.
Pertama-tama, Fanny, Arya dan Bagas pergi ke kelas 10-1 terlebih dahulu. Baru setelah itu ia pergi ke kelas lainnya. Untuk pergi ke kelas tersebut, mereka bertiga harus turun ke lantai 1.
Setibanya di kelas, setelah Fanny, Arya dan Bagas memperkenalkan diri dan tujuannya, Arya dan Bagas langsung membagikan formulir ke ketua kelas yang ada di kelas itu.
Sampai pada akhirnya Fanny, Arya dan Bagas berada di kelas Luna. Di sana Fanny dan Luna sempat bertemu pandang, tetapi hanya sebentar.
"Selamat pagi semuanya," sapa Fanny yang langsung dibalas oleh murid-murid di kelas tersebut.
"Sebelumnya perkenalkan, saya Fanny dari kelas 11. Di sini saya sebagai ketua pengurus Pentas Seni," ujar Fanny.
"Saya Arya dari kelas 11 sebagai ketua OSIS," ucap Arya.
"Dan saya Bagas dari kelas 11 sebagai wakil ketua OSIS," ucap Bagas.
"Kami di sini ingin membagikan formulir pendaftaran Pentas Seni untuk kalian yang ingin mengisi acara di Pentas Seni nanti," Fanny menjelaskan tujuannya berada di kelas tersebut.
"Di setiap kelas harus memiliki 4 perwakilan untuk mengisi acara Pentas Seni, entah itu salah satu dari 4 perwakilan ingin berkelompok atau tidak karena walaupun berkelompok, itu akan tetap kami hitung sebagai 1 perwakilan," jelas Fanny yang di anggukkan kepala oleh murid-murid di hadapannya, tanda bahwa mereka semua mengerti.
"Formulir pendaftarannya kami titipkan ke ketua kelas. Bagi kalian yang mau menjadi perwakilan di kelas untuk mengisi acara Pentas Seni langsung saja minta formulirnya ke ketua kelas," setelah itu sekarang giliran Arya yang membagikan formulirnya ke ketua kelas.
Ketika sudah selesai membagikan formulirnya, mereka bertiga pun pamit dan pergi ke kelas berikutnya sampai di kelas 11 terakhir.
Tadi juga Fanny membagikan formulir ke kelasnya, di sana ia tidak perlu memperkenalkan dirinya sendiri, ia hanya perlu menjelaskan bahwa setiap kelas wajib memberikan 4 perwakilan untuk mengisi acara Pentas Seni. Untuk ke 4 perwakilan bebas ingin menampilkan apa saja.
Sekarang Fanny, Arya dan Bagas baru saja tiba di ruangan OSIS. Fanny langsung duduk di kursi dan menyandarkan pundaknya pada kursi, begitupun juga dengan Arya dan Bagas.
"Gila cape banget gue," ujar Fanny pada dirinya sendiri sambil menghembuskan napasnya secara perlahan.
Wajar saja Fanny merasa letih, itu semua karena ia berbicara terus dari kelas 10 sampai kelas 11 yang jika di total ada 20 kelas.
"Fan, tolong beliin gue air dong ... Haus banget nih," Arya menyuruh Fanny saat ia baru saja duduk di kursi.
"Lo gak denger tadi gue ngomong apa barusan?" Tanya Fanny dan dijawab dengan gelengan kepala Arya, "Gue cape anjrit! Mending sana lo beli sendiri aja!"
"Gak mau, gue juga cape lah gila!" seru Arya.
"Yaudah kalo gitu gak usah beli minum, ribet deh!" Fanny kembali memejamkan matanya.
Ketika Arya ingin membalas omongan Fanny, Bagas langsung menghentikannya. Sudah cukup badannya saja yang lelah, tetapi jangan membuat kepalanya menjadi pusing akibat mendengar pertengkaran antara Arya dan Fanny.
"Udah biar gue aja yang beli air minumnya," ucap Bagas yang mengambil jalan tengah.
Ezra yang baru saja masuk dan tak sengaja mendengar ucapan Bagas langsung berkata, "Gak usah, Gas, ini udah gue beliin air minum buat lo, Arya sama Fanny," ucap Ezra dan Bagas pun kembali duduk di kursinya.
Ezra membagikan air minum yang ia beli di kantin kepada Arya, Bagas dan Fanny. Namun, ia membuka tutup botol air minum yang ia beli terlebih dahulu sebelum memberikannya kepada Fanny.
Mereka bertiga pun langsung meminum air mineral pemberian dari Ezra dan Gavin, "Makasih, Zra," ucap Bagas.
"Sama-sama," balas Ezra.
Fanny menutup botol air minum setelah ia meminum airnya dan beranjak pergi keluar dari ruangan OSIS.
"Mau ke mana?" tanya Ezra saat Fanny masih berada di dalam ruangan OSIS.
"Ke toilet," jawab Fanny yang setelah itu keluar dari dalam ruangan.
Koridor yang Fanny lewati tidak terlalu sepi, ada beberapa anak murid yang sedang berlarian di koridor dan ada juga yang berbicara di depan pintu kelas mereka masing-masing.
Fanny masuk ke dalam toilet untuk membuang air kecil, lalu ketika sudah selesai ia pun keluar dari dalam toilet dan melihat ada seorang murid juga yang sedang mencuci tangan di wastafel
Ia melihat wajah orang itu dari cermin yang ternyata murid tersebut adalah Luna. Namun, Fanny berlagak tidak tahu-menahu. Ia memilih ikut sibuk mencuci tangan di wastafel tepat di sebelah Luna.
Luna menolehkan kepalanya ketika merasakan kehadiran orang lain di sebelahnya, "Kak Fanny?" Saat tau kalau ternyata itu adalah Fanny.
"Iya, kenapa?" tanya Fanny yang baru saja selesai mencuci tangan.
"Gak kenapa-napa kok, Kak," jawab Luna.
Fanny menganggukkan kepalanya dan membersihkan tangannya menggunakan tisu yang selalu ia bawa di saku baju seragam sekolah, "Mau?" Ia menawarkan tisu kepada Luna.
Luna terkejut ketika Fanny menawarkan tisu kepadanya, hal itu karena ia pikir Fanny tidak suka dengannya.
"Makasih," Luna mengambil selembar tisu.
"Sama-sama," jawab Fanny sambil kembali memasukkan tisunya kedalam saku.
"Kak Fanny, Luna boleh tanya sesuatu?" Sebenarnya Luna takut menanyakan hal ini ke Fanny, tetapi bagaimanapun juga ia harus bertanya agar hatinya lega.
"Apa?" Fanny menunggu pertanyaan yang ingin Luna tanyakan.
"Kak Fanny suka ya sama Kak Gavin?" Sedikit lega akhirnya pertanyaan tersebut berhasil keluar dari mulutnya.
Fanny sedikit terkejut dengan pertanyaan Luna dan kesal juga. Kenapa Gavin tidak menyadarinya sedangkan Luna malah menyadari akan hal itu.
Kalau Gavin yang bertanya, Fanny akan langsung jawab iya, tetapi ini Luna yang bertanya. Mengapa harus Luna? Itu pikir Fanny.
"Kalo gue jawab iya, gimana?" tanya Fanny setelah selesai berbicara di dalam hati.
"Luna bakalan menjauh dari Kak Gavin," jawaban Luna membuat Fanny hampir kelepasan tertawa.
Kemarin saja Gavin seperti patung hidup saat beberapa hari Luna mencoba menjauh darinya. Jadi, mana mungkin Gavin akan baik-baik saja kalau jauh dari Luna karena laki-laki itu sudah mengenal Luna. Berbeda dengan dulu.
"Lo gak perlu buat jarak sama Gavin, lagi gue gak suka sama dia," ucap Fanny pada akhirnya ia malah berbohong.
"Gue balik ke kelas duluan," ucap Fanny menepuk pundak Luna dan pergi menuju ke ruangan OSIS.
-
-
-
-
TBC
——————_Halo guy's aku balik lagi nih heheh
Gimana kabar kalian?Seperti biasanya nih, jangan lupa kasih BINATANG🌟 sama komen, oke? ;)
Oh iya, mampir juga yuk ke Instagram aku, ini username nya : @guuudnight_
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Fanny
Teen FictionBeribu-ribu kali Fanny mengatakan bahwa ia suka dengan Gavin, tetapi laki-laki itu hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja. Sampai suatu ketika Gavin bertemu dengan Luna dan mereka berdua saling pandang. Di saat itu Fanny tau bahwa Gavin memili...