Ana berjalan menuju sungai. Airnya deras. Bisa dipastikan dingin sekali. Mendengar suara gemericik air membuatnya senang. Ana memejamkan mata. Sudah tiga surat dikirim. Tidak satu pun dibalas Rian.
"Hai sayang, cantik sekali hari ini. Bidadari duniaku"
"Gombal", balas Ana
Rian hanya tertawa. Memeluk Ana dari belakang.
"Tidak gonbal, suatu saat kita akan menikah. Rian akan menjadi lelaki paling beruntung. Dan kita akan memiliki anak perempuan secantik ibunya. Secantik bidadari",rayu Rian pada suatu hari.
Ana melambung mendengarnya. Entah mengapa ia mempercayai lelaki itu. Jelas ia jatuh cinta.
"Suka berenang?", tanya Rian
"Suka sekali", balas Ana
"Berenang bersamaku!", pinta Rian sopan.
Lamunan Ana buyar. Ia mendengar suara cekikikan perempuan. Tidak mungkin ada hantu di pagi hari. Ana berjalan menuju suara. Ada dua orang perempuan muda dibalik pohon. Salah satunya seperti sedang melukis.
"Hai",sapa Ana
Mereka terkejut. Menutup buku gambar mereka dan berlari menjauh.
"Hei jangan pergi. Saya hanya ingin berteman",jerit Ana.
"Ahmmm....hmm kami sedang melukis", kata salah seorqng dari mereka.
"Boleh tahu apa yang kalian lukis?",tanya Ana lagi.
"Pemandangan. Disini sangat bagus", jawab perempuan satunya. Sepertinya dia lebih muda.
"Boleh saya lihat?", pinta Ana lembut.
Ragu-ragu perempuan yang lebih tua menyodorkan buku mereka. "Ini", katanya sambil menyodorkan lukisannya.
"Wow, lukisan ini luar biasa",seru Ana kagum.
Mereka tersipu malu.
"Saya Ana. Saya tinggal dirumah itu", terang Ana sambil menunjuk rumahnya.
Mereka terkejut. Mengambil buku gambar mereka dan memakai topi jerami. "Kami akan kembali bekerja". Mereka berlari menjauh.
"Nama kalian siapa?. Datanglah sesekali kerumahku. Ada minuman dingin", kerit Ana lagi. Takut mereka tidak mendengar.
"Aku Ros", sahut perempuan yang lebih muda. Wajahnya panjang dan tirus. Rambut ikalnya yang panjng dikepang dua. Kulitnya terang dan bersih. "Dan ini kakakku Tuti". Tuti bertubuh lebih tinggi dan lebih kurus dari Ros. Rambutnya lurus panjang dikuncir kuda. Kulitnya lebih gelap. Ia juga memiliki wajah panjang dan tirus. Mereka melambaikan tangan dan pergi.Beberapa hari berlalu. Ana sedang memanaskan sesuatu didapur. Jendela dapur yang besar menghadap kesungai.
"Haaaii", sapa Ros dan Tuti.
"Hai, tunggu sebentar",balas Ana melambaikan tangannya juga. Ana mengambil tiga botol Coca Cola dari dalam kulkasnya. Mengambil pembuka botol dan memasukkannya kedalam kantong celemeknya. Belum pernah ia segirang itu bertemu dengan seseorang semenjak menikah.
"Kalian dari sekitar sini?", tanya Ana
"Kami pekerja ladang suamimu", balas Tuti
"Suamimu ganteng", balas Ros tersenyum
"Kalian lahir disini?",tanya Ana lagi.
Mereka menggelengkan kepala.
"Kami dari Desa Tugu. Awalnya kakek kami transmigran. Memiliki lahan. Kemudian habis. Aku dulunya kuliah", terang Tuti.
"Oh ya?, dimana?",tanya Ana antusias.
"Seni Rupa ITB"
"Wow, mengagumkan",seru Ana
"Ya bapak kami berhutang pada rentenir, saat gagal panen. Untuk membeli bibit baru. Dan membayar uang kuliahku. Kemudian Ros juga kuliah. Ros di USU. Fakultas Sastra. Selalu suka bahasa"
Tuti terdiam. Ros melanjutkan.
"Akhirnya kami kehilangan tanah, ladang, hanya tinggal rumah. Kami menjualnya dan menjadi petani penggarap disini. Tidak tahan. Hutang kami sudah lunas seharusnya. Tapi mereka kerap datang dan saja tambahan yang harus dibayar. Kami menabung dan berharap suatu saat dapat membeli tanah disini"
"Amin, semoga tercapai", balas Ana."Saya juga kuliah di USU dulu, FMIPA".
"Sudah tamat?", tanya Ros
Ana menggeleng,"Mama sakit kanker. Saya ingin menjaganya. Kiki, kakak saya baru menikah. Jadi hanya saya yang harus bisa. Saya cuti kuliah. Sampai akhirnya menikah"
"Usia kandungannya sudah berapa bulan",tanya Ros
"Kelihatan yah?",Ana tersipu malu
"Ros, kamu tidak sopan",tukas Tuti
"Maaf", sesal Ros
"Tidak apa, sudah tiga bulan",balas Ana
"Kami bisa menjahitkan baju hamil untukmu. Ibu kami jago sekali menjahit. Dan Tuti juga",sahut Ros
"Kalau begitu kita bisa jalan kekota beli bakal baju, bagaimana?"
"Ya, bagus sekali. Kami libur dihari Selasa"
"Okay, saya akan beritahu suami kalau kita jalan kekota hari Selasa"
Mereka kembali bekerja dan Ana pulang dengan hati senang. Ia tidak sabar menunggu hari Selasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Orang Biasa
RomancePerjalanan rumah tangga Ana dan Ari. Ana gadis kota yang hamil diluar nikah. Untuk menutup malu, ia menikah dengan Ari. Lelaki desa biasa dengan cinta luar biasa untuk Ana. Dapatkah Ari membuat Ana mencintainya?. Bisakah Ana melupakan cinta pertama...