Babak Baru

21 3 0
                                    

Desember 1994,
"Hai Ana, Assalamualaikum"sapa Ros sembari melambaikan tangan didepan jendela dapur.
"Waalaikumsalam, masuk kalian berdua",balas Ana girang.
Tetapi akhirnya mereka memilih duduk diteras depan dengan Abu dan Coklat.
"Seperti kucing mahal", kata Ros ketika memperhatikan Abu dan Coklat secara seksama.
"Saya menemukannya disana", tunjuk Ana kearah pondok kayu,"pondok kecil itu".
"Pondok kecil yah, dulu kami punya rumah, pondok kayu. Tidak besar seperti ini tapi juga tidak kecil. Aku dan kakak punya kamar sendiri. Ada ladang coklat dibelakang rumah kami. Punya kami. Didepan ibuk menananm pokat, mangga, jambu dan pohon nangka. Sampai kemudian orang jahat itu merampas semua milik kami. Bahkan memaksa kami membersihkan rumah kami dan memasak untuk mereka", tukas Ros tiba-tiba.
"Ros, jaga bicaramu. Itu sudah rumah mereka",balas Tuti ketus.
"Mereka merampoknya. Hutang bapak seharusnya sudah lunas. Tetapi ada bunga melebihi hutang yang mereka tetapkan sendiri. Dari awal mereka memang mau merampok. Aku tidak akan berhutang seumur hidupku!", tegas Ros gusar.
"Ros, kuingatkan sekali lagi!",balas Tuti marah. Suaranya bergetar.
"Mereka orang kaya, tuan tanah, merampas, membuat mereka bertambah kaya. Bahkan jika separuh dunia sudah mereka kuasai, mereka akan berusaha mengambil separuhnya lagi".balas Ros cepat.
Tuti mulai meneteskan airmata. "Tidak seharusnya kau membicarakan aib keluarga. Bapak berhutang agar kita bisa kuliah. Kau terus merengek minta kuliah. Kitalah yang membuat bapak dan ibu kehilangan rumah mereka",balas Tuti
"Kak, kita tidak salah. Mereka merampok, merampas, menetapkan bunga tinggi. Walaupun hukum membungakan uang sudah jelas. Haram!".
Plak......Tuti menampar Ros. Ana menengahi mereka. "Sudah, tidak baik begitu. Tuti saya rasa saya sependapat dengan Ros. Tapi Ros semua masalah keluarga simpan rapat-rapat. Orang jahat seperti perampas tanahmu tidak akan senang mendengar keteranganmu. Biar Allah bekerja. Semesta bekerja lebih hebat untuk kita. Dan tidak semua orang kaya brengsek".
Ros tersenyum,"seperti kau contohnya".
"Saya tidak kaya, sepetak tanahpun saya tidak punya"balas Ana
"Apa kubilang",balas Tuti
"Kak Tuti ini seperti ibuk, selalu sopan, santun, menerima keadaan.", balas Ros
"Sudah seharusnya",balas Tuti
Tiba-tiba Ana merasa perutnya sakit. Mereka bisa melihat perut Ana bergerak. Yah, bayi dalam perut Ana bergerak.
"Lihat, bayi ini tidak suka melihat kalian bertengkar",kata Ana lagi.
"Ana, aku punya pacar. Rencananya mau kukenalkan padamu. Maukah kau berkenalan dengannya?", tanya Ros
"Kuharap kau tidak melibatkan Ana. Pacarmu hukan orang baik", balas Tuti ketus
"Ahh kak Tuti hanya cemburu",balas Ros.
Tuti mendengus kesal dan memhuang muka.
"Besok pagi bagaimana?", kami libur besok. Lihat dia memberiku gelang ini. Katanya ini dulu miilk ibunya", kata Ros sambil menunjukkan gelang miliknya. Luar biasa indah. Emas padu dengan mata berlian yang bisa bergerak dari satu ke sisi ke sisi lain. Mata berliannya bergerak jika pemakainya menggerakkan tangannya.
Ana merasa pernah melihat gelang itu. Tapi dimana dia lupa. Sekilas Ana menatap gelang dan cincin pemberian suaminya. Sangat indah ditangannya.
"Lihat, kita sama-sama punya gelang",pekik Ros.
Mereka tertawa bersama. "Kita harus membelikan Tuti juga", balas Ana lagi.
"Ayo kalian kuantar pulang. Sudah mau maghrib",tukas  Ana.
Ana menghidupkan mobil dan memeriksa indikator bensin. Kata Ari ada masalah di indikator tanki bensinnya. Selalu terlihat full tank. Ana tidak mau ambil resiko mogok dihari gelap. Menghidupkan mobil dan mengetuk indikator cepat dua kali. Benar saja. Jarumnya melesat turun.
Ari selalu mempersiapkan jerigen isi bensin di bak belakang beep beep. Ana mengisi hanya sepertiganya saja. Dan meninggalkan jerigennya didepan pondok. Terlalu berat ia mengangkatnya.

Keesokan harinya Ana menjemput mereka. Ada seorang pria bertubuh tinggi, tegap dengan otot menonjol. Wajahnya tampan. Kulitnya bersih. Rambutnya tebal dan agak gondrong. Poni depannya panjang menutupi sebagian wajahnya. Ada bekas luka dipelipis kanannya. Ana yakin ia pernah melihat pria ini.

Ana bisa meilhat pria itu memakai setelan baru. Safari warna coklat tua. Sedikit mencolok pakaian itu disini. Selera Ris pasti pikir Ana.
"Ana ini Adrian"kata Ros
"Hai Adrian", balas lelaki itu
"Ana"
Ada yang ganjil dengan tingkah lakunya. Pandangan matanya liar. Ros menggamit tangan Ana dan menariknya. "Ana bisakah kau mengantarkannyabke Tugu?".
"Tugu?, itu jauh sekali. Hampir delapanbelas kilo",balas Ana
"Tolonglah Ana, aku sudah bilang kalau kau akan menolongnya", pinta Ros memelas.

Cinta Orang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang