Kejutan

24 4 0
                                    

Ana membolak balik buku resep masakan yang dibelikan suaminya. Mencari sesuatu yang tidak terlalu rumit dibuat. Dirumah ada banyak telur, sedikit tepung. Nanti ia akan memhuat kue. Ada resep dadar sosis, Chicken Omlete, Gulai Telur, Bola- Bola Tahu Telur. Tapi Ana memutuskan Fuyunghai sepertinya paling cocok dan mudah. Terlebih semua bahan ada dikulkas.

Ana memetik cabai yang ditanam dibelakang dapur. Meski ia melihat cabai itu bentuknya aneh. Seperti cabai rawit tapi lebih besar dan gendut. Persis gahungan cabai merah kecil, rawit dan paprika. Ketika Ana sedang menggoreng telur, suaminya masuk.
"Baunya harum, masak apa?", tanya Ari penasaran
Ana terdiam. Dia terus mengaduk telurnya. Ana bisa merasakan suaminya mendekat. Ana membelakanginya. Kini ia bahkan hisa mendengar deru nafas suaminya. Ana menahan nafas. Ari menuju meja makan. Ana mengikutinya.
"Saya tuangkan air. Ini dia Fuyunghai",jelas Ana
"Pasti enak, baunya harum",balas Ari
Baru menggigit telurnya, mata Ari melotot dan ia mengipasi lidahnya.
"Saya lupa menambahkan gula. Pedas yah?, saya ambilkan susu dingin",tawar Ana.
Ari cepat menenggak segelas besar air putih.
"Kau menggunakan cabai yang kutanam dibelakang?", tanya Ari sambil mengeluarkan airmata.
"Ya, bentuknya lucu dan unik. Pasti enak",balas Ana
"Itu cabai katokkon dan rasa pedasnya lima kali rawit biasa",terang Ari.
"Maaf . Saya tidak tahu abang tidak suka pedas"
"Suka. Hanya tidak sepedas itu".
Terdengar suara kelontangan lantang. Bertalu-talu seperti hujan besi. Tanah bergetar seolah terkoyak.
"Traktor. Itu pasti Hamid"
Ari cepat melap mulutnya dengan serbet. Bergegas keluar dan memanggil mereka,"Oooiiiii".
Tidak lama masuk mobik Trooper biru tua. Dikendarai Aisha. Dia membawa dua orang anaknya.
"Assalamualaikum, ini anakku Fatima dan ini Hasan, adiknya"
"Assalamualaikum bibi"
"Waalaikumsalam Fatima, Hasan. Mari masuk"
"Kita kebelakang saja. Mereka mau menggali lobang. Katanya mau buat kolam renang", sahut Aisha
" Ha?, kolam?", tanya Ana bingung.
"Ya, lihat itu sepupu kami Dedy. Dia yang akan mengajari mereka",jawab Aisha.
"Ibu, aku kesana sama bapak yah", pinta Hasan
"Hati- hati nak, pergilah"
Mereka duduk bertiga dibelakang rumah. Melihat suami mereka memggunakan traktor tanpa keahlian.
"Ari tidak memberitahumu ia akan membuat kolam renang?. Katanya untukmu dan anak-anak"
Anak-anak?, pikir Ana dalam hati
"Bibi Ana, nanti anaknya akan diberi nama siapa?"
Ana gelapan. Ia tidak siap dengan pertanyaan Fatima.
"Fatima, jangan menanyakan hal yang tidak sopan"
"Tidak apa Aisha, kami belum memikirknnya", balas Ana tersenyum.
"Imah suka sekali nama Olivia. Keren. Ngga kayak Fatimah", sungut Fatima
"Nama Fatimah adalah nama yang bagus. Anak nabi kita, Muhammad SAW. Kalau dipikir-pikir nama itu cocok sekali buat kalian. Ibunya Aisha, anaknya Fatima",balas Ana. Kali ini dia tertawa senang. Fatima dan Aisha juga.
"Semoga saja sekarang dia akan menyukai namanya", balas Aisha
"Tapi bu, aku benci sekali panggilan Imah jadi Imeh diejek teman Memeh"., balas Fatimah
"Kalau begitu panggilannya kita rubah. Gimana kalau Sifa?, dari si Fatimah", balas Ana
"Iya iya, aku suka suka itu",seru Fatima sambil bertepuk tangan.
"Aisha, rumah diatas bukit itu rumah siapa?",tanya Ana.
"Itu dulu rumah kakek nenekku. Dan rumah panggung menyatu dibelakang rumah kalian dulu rumah orangtuaku".
"Kalian tidak pernah meninggalkan desa ini?", tanya Ana lagi.
"Kami lahir dan besar disini. Adik kami Abdul dulu. Dia suka berkeliling. Melihat tempat lain. Tapi akhirnya adikku meninggal kecelakaan pesawat. Akhir dari perjalannya".
"Kecelakaan bisa menimpa siapa saja Aisha",hibur Ana.
"Bibi, mainan kalungmu itu bisa dibuka?",tanya Fatima.
"Oh bibi bahkan lupa memakainya", balas Ana sambil menyembunyikan kalung itu dibaoik kemejanya.
"Fatima, jangan bertanya yang seperti itu lagi",geram Aisha.
Tiba-tiba terdengar bunyi dentuman keras sekali. Dari arah traktor. Terlihat traktor menukik tajam kedepan. Hampir terjungkit. Sesuatu yang berat dicakar raksasanya.
"Jatuhkan, cepat jatuhkan!", seru Hamid
"Yang mana tombolnya?",tanya Ari bingung.
"Sebelah kananmu!", jerit Dedy.
Dan traktor kembali normal. Mereka kaum lelaki tertawa terbahak- bahak.
"Apa tidak ada buku petunjuk cara mengoperasikannya?", tanya Ana khawatir
"Kalaupun ada apa kau kira mereka akan membacanya?",balas Aisha tertawa.
"Darimana traktor itu?", tanya Ana
"Ayahnya Dedy kontraktor jalan raya yang sedang dibuat itu. Mereka menyewanya beberapa hari. Belum digunakan lagi oleh mereka",balas Aisha.
"Seharusnya bang Ari tidak perlu susah membuatkan saya kolam renang. Mereka bisa celaka".
Aisha melihat Ana lekat-lekat dan tersenyum,"dia hanya berusaha menyenangkanmu".

Cinta Orang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang