Surat Dari Rian

17 4 0
                                    

Oktober 1994,
Beberapa bulan sudah berlalu. Ana sudah mulai merasa nyaman didesa. Selesai pekerjaan rumah, Ana berjalan dengan Tuti dan Ros mengendarai mobilnya.  Biasanya disore hari.  Siang hari ia bermain dengan Abu dan Coklat. Sambil menanam beberapa tanaman yang disukainya. Ada beberapa bunga Hortensia dibawa Ros.
Saat mengerjakan taman kecilnya, hujan turun. Amat deras disertai angin kencang. Teras tempias. Ana membawa masuk Abu dan Coklat. Bergegas menyelesaikan masakan semur ayam. Sesuai resep dan menurut Ana rasanya lumayan. Pagi tadi Ana juga membuat kue coklat. Tinggal mengeluarkannya dari oven. Selesai. Ia menunggu suaminya pulang.
Hari sudah gelap. Tidak biasanya Ari pulang setelat ini. Hujan  yang tadi mulai menipis kini kembali deras.  Ana takut kabut membuat Ari tidak dapat menyetir dengan baik.
Tidak berapa lama ia mendengar deru mobil masuk kepekarangan rumah. Suara pintu mobil ditutup.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, kena hujan bang?",tanya Ana sambil tersenyum.
Wajah Ari datar. Ia membawa buku agenda ditangannya. Ia melihat Abu dan Coklat. Terluhat kurang senang. Ari mengusir mereka.
"Hus...hus....keluar kalian, pergi",jeritnya kesal. Ia membantung pintu depan.
"Maaf, diluar hujan dan teras basah. Saya fikir mereka pasti basah dan kedinginan. Saya akan mengeluarkan mereka jika hujan sudah reda"
"Aku tinggal dirumah ini sejak aku lahir. Ibuku mengurus kami dan rumah ini. Tidak sekalipun ibu memasukkan hinatang kedalam rumah"
Amarah tampak diwajahnya. Ana heran bagaimana hal itu bisa membuat suaminya yang penyabar itu sangat berang. Ari mengambil agendanya dan mengeluarkan sebuah surat dengan amplop coklat.
"Surat ini untukmu. Tadi aku lewat kantor pos. Kurasa laki-laki ini tidak tahu kau sudah menikah huh. Nona manis Karina. Aku harus ke penggilingan padi. Kerja bakti musim panen hanya dua kali setahun. Tidak tahu pulang jam berapa. Tidak usah ditunggu", tukas Ari sambil keluar dari pintu depan.  Pintu dibanting dengan kasar. Hujan sudah reda. Suara mobil menderu kencang meninggalkan rumah. Ana membuka suratnya. Ia menangis sendirian malam itu. Tengah malam Ana mimpi buruk.
Ini pertengkaran pertamanya dengan Ari. Dan juga dimulainya kembali mimpi buruk yang selalu mengganggunya.

Cinta Orang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang