Makan Malam Perpisahan

19 2 0
                                    

Oktober 1994
Usia kandungannya akan memasuki tujuh bulan. Saatnya pergi. Aisha membuat makan malam keluarga. Awalnya untuk syukuran usia kandungan Ana.
"Ini acara syukuran, bukan hanya untuk satu orang, tapi untuk semua. Kita bergiliran mengucapkan hal apa yang paling kita syukuri, dimulai dari aku. Aku bersyukur panen kita berhasil. Dan semalam sapi kami melahirkan, dua ekor. Alhamdulillah",mukai Hamid
"Aku bersyukur keluargaku sehat, panen lancar, kita bisa berkumpul. Alhandulillah",sahut Aisha
"Aku bersyukur kursi disampingku terisi. Dan sebentar lagi kami akan punya anak",tukas Ari
Giliran Ana. Banyak yang harus disyukurinya, tapi tenggorokannya rasa tercekat. Sampai akhirnya Hamid merasa Ana tidak akan mengatakan sesuatu. Ia bermaksud membantunya.
"Saya sangat bersyukur kenal dengan kalian semua. Belum pernah seumur hidup saya dicintai segitu besar selama lima bulan saya disini. Saya akan mengingat kalian semua. Setiap dari kalian".
"Aku bersyukur karena sebentar lagi aku akan punya keponakan", sahut Fatima girang.
Semua tertawa kecuali Ana. Kenyataan bahwa ia akan pergi menusuk dadanya. Tapi hal terakhir yang akan dilakukannya adalah  menyakiti Ari. Tanpa disadarinya ia mai jatuh cinta pada suaminya.
"Ayo makan, bismillahirrahmanirrahim",seru Hamid.

Keesokan paginya Ana sudah bersiap. Barangnya sudah masuk koper. Tidak banyak yang harus dibawanya. Ana mengekuarkan kotak mas kawinnya. Kemudian memasukkannya kembali kedalam laci. Tidak merasa pantas mengambilnya. Ari menunggunya dibawah. Dia duduk dekat tangga dengan Abu dan Coklat. Ana mendekati Ari.
"Saya akan berpamitan dengan Tuti dan Ros.", kata Ana sembari menunduk tidak berani melihat suaminya.
"Ana, aku mau bicara sebentar. Sebelum kauboergi aku hanya ingin kau tahu perasaanku. Aku jatuh cinta kepadamu disaat aku melihatmu. Dan juga bayi dalam kandunganmu. Kau bisa pakai beep beep setiap hari.  Masih banyak tempat bagus diatas bukit yang belum kau datangi. Aku tahu masakanmu tidak enak, tapi aku bisa masak untukmu. Aku tidak masalah dengan itu. Kalau kau mau, setelah melahirkan, aku bisa bawa kau ke Medan. Bertemu papa dan kakakmu. Mengenai kuliah lagi, aku akan pikirkan caranya", kata Ari. Sudut matanya berkaca-kaca.
"Bang, kamu orang yang sangat baik, terlalu baik",kata Ana memulai. Ari mendengus.
"Masalahnya saya tidak tahu apa pernikahan kita ini bisa berhasil. Saya tidak ingin menyakitimu. Kamu pantas mendapat gadis baik-baik",balas Ana lagi.
"Pernikahan kita akan baik-baik saja. Kau hanya perlu memaafkan dirimu sendiri. Semua orang pernah buat kesalahan. Aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Kalau kau ingin menyakitiku, belajarlah memaafkan dirimu", balas Ari.
Ia mengeluarkan sesuatu. Kotak panjang beludru hitam. "Waktu kita menikah aku tidak tahu ada hantaran atau apapun itu namanya. Yang aku tahu perempuan suka emas. Aku beli yang terbesar yang ada di toko. Tapi kurasa kau tidak suka. Tapi kuharap kau akan suka yang ini",sahut Ari sambil mengeluarkan gelang dan cincin berlian. Gelang itu luar biasa indah. Gelang rantai dengan jajaran lima buah berlian. Berlian ditengah yang paling besar. Mengecil sampai keujung. Cincin mata satu dengan berlian besar dan berkilau. Ana melihat kotak beludru. Frank and Co. Tidak ada toko itu disini.
"Aku pergi membelinya bersama Dedy. Kuharap kau suka".
Ana terdiam. Perhiasan itu luar biasa indah dipakainya. Ari menatapnya memakai hadiah darinya. "Kau cantik", kata Ari serak.
"Perhiasan ini luar biasa indah",kata Ana
"Karena kau yang memakainya. Aku harus keladang. Tidak usah masak. Aisha buat rendang. Nanti siang kuantarkan. Assalamualaikum".
"Waalaikumslam"
Ana tersiam dan mengurungkan niatnya pergi.

Keesokan harinya paket dari Kiky sampai. Doa kotak besar. Isinya perlengkapan bayi. Baju bayi segala model. Dengan warna putih dominan. Kelambu, mainan boks bayi yang hisa berputar dan ada lagu jika diputar kuncinya. Bumper boks dengan tema Tiny Toons. Warnanya kuning lembut. Ana suka. Bantal dan guling dengan sarung bantal senada. Ada selimut dan seprai juga. Semua Tiny Toons.Bouncer, peralatan makan bayi. Botol susu semua warna. Ketel air listrik untuk masak air panas.
Kamar bati terlihat luar biasa mewah. Persis seperti di majalah.
Ana duduk dikursi goyang mengagumi jerih payahnya. Menunggu Ari. Perutnya lapar. Ia belum makan dari pagi.
Tidak lama Ana mendengar deru mobil suaminya. Belum pernah ia sebahagia itu Ari pulang. Ari mengagumi kamar bayi. Dia memandangi istrinya lama,"Aku tidak tahu kau suka kelinci".
Mereka tertawa bersama
"Banyak yang kamu tidak tahu. Tapi sekarang kita makan yuk".

Cinta Orang BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang