Hai hai haiii, Apa kabar guys?
Masih ada yang nungguin cerita ini gak sih??? Nih, aku up lanjutannya. Semoga pada suka!
Tandai kalau ada yang typo.
Jangan lupa vote and comment.
~Happy Reading~
.Ting!
Suara itu terdengar bertepatan dengan terbukanya pintu lift di sebuah gedung besar daerah ibu kota.
Seorang pemuda keluar dari ruangan kotak yang terbuat dari logam. Derap langkah kakinya menelusuri lorong apartemen lalu berhenti di depan pintu paling ujung lantai tujuh.
Setelah beberapa kali berusaha menekan bel pada hunian yang menjadi tujuan, akhirnya pintu terbuka menampilkan makhluk—
"Astagfirullah.." Rahm mundur satu langkah; terkejut melihat seseorang yang keluar dari dalam ruangan.
Terlihat seperti cewek. Eh, maaf memang cewek.
Tapi Rahm ragu. Cewek benaran atau..?
Rahm memperhatikan dengan seksama penampilannya dari ujung kepala sampai kaki. Hanya setengah badan yang terlihat, setengahnya lagi terhalang oleh pintu. Rambutnya di capol ke atas dengan bandana besar. Wajahnya dipenuhi warna hitam kecuali di bagian bibir dan mata.
Ekor mata Rahm bergerak ke bawah. Terlihat sebagian kaki yang dialasi sendal rumahan berbentuk lucu khas cewek. Alhamdulillah-nya, kaki itu masih napak bumi.
Syukurlah.. manusia.
"Aya? Itu lo kan?" Tanya Rahm menduga-duga.
Jari telunjuk Rahm terangkat; tepat berada di depan wajah penghuni kamar.
Gadis itu membuka pintu semakin lebar dan sedikit melangkah keluar. Lalu dia menepis tangan laki-laki yang sudah mengganggu acara bersantainya.
"Yaiyalah gue. Lo pikir siapa?" Tanya Aya balik dengan nada galak. Jangan sampai masker wajah yang baru di pakainya rusak.
Rahm tergelak.
"Gue pikir penghuni disini" jawab Rahm watados.
"Minggir dong. Gue mau masuk"
Rahm bersiap masuk ke dalam sebelum Aya yang notabenenya pemilik apartemen menghadang untuk masuk.
"Eh eh, mau ngapain lo?"
"Ke dalam"
"Gak" tolak Aya dengan gelengan.
Mengabaikan, Rahm kembali berusaha agar bisa masuk. Tapi Aya mendorong tubuh Rahm agar laki-laki itu tetap di tempat.
Hari ini adalah weekend.
Aya sudah memiliki schedule list untuk berada di apartemen seharian. Jadi dia tidak akan membiarkan Rahm mengacaukan rencananya.
"Mending lo pulang Rahm. Gue sibuk" kata Aya dengan nada perintah dan bersedekap tangan.
Rahm bertolak pinggang mengetahui Aya menolaknya untuk bertamu.
"Ngusir?"
"Bisa dikatakan begitu" Aya berucap santai. Masih dengan posisi yang sama.
Tak terima, tangan Rahm terangkat bersiap untuk menarik hidung Aya. Tapi Aya sudah lebih dulu menghindar dari serangan mendadak itu. Bisa rusak masker lulur yang baru saja dipakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHEM
أدب الهواةMerasa nyaman dan tak diusik, itulah keinginan Caca di sekolah barunya. Langsung ke chapter aja, Happy Reading♡