Adam didiagnosa mengalami amnesia karena mendapatkan trauma di otaknya. Tapi bukan itu masalah sebenarnya. Dijelaskan secara medis pun ini tidak masuk akal.
Kenzo menatap pantulan cermin yang ada di depannya.
"Gue harus pergi sekarang. Gue gak bisa diem aja. Amnesia apanya, nih gimana ceritanya roh gue ada di sini".
Mata Kenzo beralih menatap jam dinding yang tak berhenti berdetak. Sekarang pukul tiga sore, tiga puluh menit lagi anak-anak di sekolah akan pulang.
"Ngomong-ngomong soal pulang sekolah" Kenzo langsung beranjak dari tempat duduknya.
Dia berlari mengambil sepeda usang yang tersender di depan rumah lalu membawanya pergi.
"Jika sekarang gue ada di tubuh ini pasti orang ini ada di tubuh gue".
Kenzo menuntun hingga depan gang lalu menoleh kesana kemarin. "Btw. Sekarang gue ada di mana?".
*****
"Tu cewek harus dituntut atas kekerasan. Gara-gara dia Kenzo jadi lupa ingatan" rengek Farel dengan wajah kesal karena melihat temannya yang kini duduk diam seperti orang bodoh.
"Gak papa Ken. Gue akan membalas semua ini. Kalau bisa gue hantam tu cewek hingga jadi partikel-partikel debu" lanjutnya.
Nilo memutar matanya malas. "Gila Lo. Dia adiknya bang Bintang, Lo kali ntar yang digebukin sampe jadi remahan rengginang".
Adam hanya menatap dua orang yang ada di depannya dengan wajah bingung.
"Oke, kalian bilang aku, eh enggak maksudnya gue itu ketua geng" ucap Adam dibalas anggukan oleh Nilo dan Farel. "Tapi masalahnya. Gue gak bisa bawa motor".
"Nah itu" sahut Farel. "Itu cok, Lo aja gak bisa bawa motor apalagi baku hantam sama geng sebelah".
"Ya apalagi Lo lupa ingatan" sambung Nilo.
"Kenapa kalian tawuran. Kenapa gak damai aja".
Mendengar ucapan Adam, Farel langsung terkapar tak berdaya. "Argghhh... Wahai langit bumi dan semesta, kenapa bercandanya gak bisa santai aja"
Nilo menghela nafas panjang, percuma dia bolos sekolah untuk mengembalikan memori Kenzo. Hasilnya tetap nihil. Ini sama saja seperti membuang-buang waktu.
"Yok pulang, biarin Kenzo istirahat" ucap Nilo sambil menarik Farel yang masih memasang wajah melas.
"Gak mau, yametehhh... Yameteh kudasai senpaiii" desah Farel yang langsung disusul dengan satu pukulan di kepalanya.
"Lo berulah lagi gue jatuhin dari atas tangga Lo" ancam Nilo namun Farel sama sekali tidak perduli.
"Aaaahhh senpaiii kimochiii".
Nilo tersenyum kesal. Dia menendang kaki Farel lalu pergi meninggalkannya.
"Argh" erang Farel kesakitan. "Senpaiiii tunggu watashiiii" serunya sambil berlari dengan kaki pincang.
Adam hanya bisa tersenyum tak percaya melihat kelakuan mereka berdua. "Serius mereka geng motor. Setau aku geng motor itu nakutin, kayak..." Adam menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak ada gunanya memikirkan masa lalu yang kelam itu.
"Tapi, gimana kondisi tubuhku. Apa aku udah mati sampai bisa ada di sini".
Adam merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk yang tak pernah dia dapatkan selama ini. Bahkan luas kamar dan barang-barang yang ada di sini semuanya sangat bertolak belakang.
Semuanya sempurna. Rumah besar dengan banyak pembantu dan juga barang-barang mewah. Hanya saja di tempat besar ini entah kenapa terasa begitu sepi.
Dari kemarin Adam hanya bertemu orang tua Kenzo saat makan malam. Itupun mereka hanya sibuk dengan urusannya sendiri. Tidak ada waktu untuknya bertanya soal semua kebingungan yang menimpa dirinya.
"Tok... Tok... Tok..." Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu.
Adam membuka pintu kamar dan melihat seorang pelayan yang tampak sedang panik.
"Ada apa?".
"Anu tuan... Anu... Ada yang nyariin tuan muda".
"Siapa?" Tanya Adam.
"Saya juga tidak tau tuan".
"Baik, ayo turun" Adam pergi menuju halaman rumah diikuti oleh pelayan tadi.
Ketika sudah sampai betapa terkejutnya dia melihat dirinya yang penuh dengan perban dan juga wajah yang nampak marah.
"Tinggalin kita berdua".
Mendengar itu semua pelayan pergi meninggalkan mereka berdua.
Tanpa pikir panjang Kenzo menyambar kerah baju Adam.
"Woi... Apa yang Lo lakuin ke gue cok, sampai gue kayak gini".
Adam menggelengkan kepalanya. "E-engak. A-a-aku juga gak tau"
"Gak mungkin. Lo pasti pengikut aliran sesat kan. Pasti ini Lo yang ngelakuin kan" ucap Kenzo dengan suara tertahan. Sebenarnya dia ingin menonjok manusia yang ada di depannya ini. Namun itu juga tubuhnya, bisa-bisa nanti wajahnya yang tampan jadi lecet.
Karena takut mata Adam mulai berkaca-kaca. "B-bukan... Aku gak tau apa-apa " ucapnya sambil meneteskan air mata.
Karena merasa jijik Kenzo melepaskan cengkeramannya. "Ok, ok Lo berhenti nangis" ucapnya namun tangisan Adam malah menjadi-jadi.
"Woi cok. Lo, arghhh.... Muka gue yang ganteng. Woi, malu diliat orang".
Karena Adam tak kunjung berhenti menangis Kenzo langsung berusaha menyerang dengan keadaan. Dia mendudukkan Adam di kursi yang sudah tersedia di sana lalu menepuk-nepuk pundaknya.
"Yah gue tau ini berat. Jadi tenang ok".
Padahal Kenzo sudah tidak pernah menangis lagi sejak SMP. Tapi entah kenapa anak ini membuat wajah sangarnya menjadi penuh dengan air mata.
"Sungguh semesta bercandanya gak bisa kalem" gumam Kenzo dengan putus asa".
Adam mengusap semua air matanya dengan lengan bajunya. "Seinget aku, aku terjun dari atas jembatan dan tiba-tiba jadi begini".
"Yah di novel-novel juga begitu... Tapi kok gue beda ya. Kurang keren gitu kalau alasannya karena" Kenzo menatap selangkangannya Adam lalu menghela nafas panjang. "Shit... Gue masih inget jelas rasanya".
"Ah kata Nilo kamu di".
"Diam " Kenzo menutup mulut Adam dengan jari telunjuknya. "Gue gak pengen inget soal itu lagi" ucapnya dengan wajah suram.
*****
Hello guys... Kangen dengan ell kah?. Sorry banget baru bisa publis setelah sekian lama.
Gimana kabar kalian?. Baik?... Semoga baik yaaa..
Selamat membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
ROTASI (TRANSMIGRASI) On Going
Подростковая литератураAdam saputra merupakan anak kecil kurus yang sering dirundung oleh teman-temannya.karena putus asa dia berniat untuk mengakhiri hidupnya. namun sebelum itu terjadi dia bertukar tubuh dengan Kenzo Putra Ivander seorang ketua geng motor yang tampan da...