Part 6

366 30 11
                                    


Matahari bersiap kembali ke peraduan lembayung senja telah mulai menampakkan wajahnya dan akan kembali pulang ketempatnya sekitar 30 menit lagi namun tidak dengan pria tampan itu dia masih betah di kursi panasnya dengan setumpuk berkas berkas yang sudah mulai membuatnya bosan. Ia mengambil sebuah kertas dan membacanya namun sedetik kemudian dia membanting kertas itu dan mengusap wajah gusar.

Bersandar di sandaran kursi menengadahkan kepala seperti memikirkan sesuatu, berdecap tertahan lalu bangkit bermaksud mengambil jas yang tadi di letakkannya di atas sofa namun diurungkan. Kini dia malah merebahkan diri disofa itu memejamkan mata dan menutup matanya dengan lengan tangan. Gusar mungkin itu yang hatinya rasakan saat ini.

Berulang kali dia mencoba memejamkan mata berulang kali pula matanya enggan terpejam. Ia bangkit dan memberes kan berkas - berkas yg ada diatas meja mengambil beberapa map dan memasukkannya pada tas kantor hitam miliknya.

Baru saja kakinya ingin melangkah keluar ruangan suara Azan berkumandang mengurungkan niatnya.

Aldebaran

Aku begitu gusar hari ini, entah apa yg ada difikiranku aku pun tak tau, sejak kepergian putri dan aim ke singapur hatiku begitu kacau tapi aku tak tau apa alasannya. Jika dikatakan khawatir pada ibrahim tentu saja tidak karena 1 jam setelah jadwal penerbangan putri sudah mengabariku jika mereka sudah sampai di negara singa itu.

Soal pekerjaan..?

Tentupun tidak karena pekerjaan hari ini bisa dikatakan tak terlalu banyak. Aku hanya harus menandatangani beberapa proposal dari beberapa vendor yang mengajak kerjasama. Tapi kenapa hati ini seperti tak tenang entahlah apa alasannya.

Aku berdiri membenahi berkas - berkas yg berserakan dimeja dan mengambil beberapa berkas penting dan memasukkan berkas - berkas yang akan ku kerjakan dirumah ke dalam tas kantor. Dan bersiap pulang saat Azan maghrib berkumandang. Ku urungkan niatku untuk pulang. dan memutuskan untuk menunaikan sholat dimushola kantor duduk sebentar setelahnya lalu beranjak keluar kantor untuk pulang.

Aaah sepertinya aku akan pulang ke rumah saja hari ini. Agar tak perlu aku dengarkan pertanyaan - pertanyaan dari ibu tentang aku dan putri yang cukup membuatku berfikir keras untuk menjawabnya.

Aku memasuki mobil Hummer ku bersiap keluar dari area mall saat mataku tak sengaja menangkap sosok gadis itu. Ya gadis itu, gadis yang pagi tadi menabrakku. SPG di galaksy market tengah berjalan bersama jingga dan Ega, ah rupanya mereka berteman fikirku. Tak mengindahkan senyum mereka menginjak gas dan berlalu pergi dari sana.

Masih dibalik kemudi aku sedari tadi mengitari jalan - jalan disekitaran kota jakarta ini tanpa tau arah dan tujuan akhirnya berhenti pada satu kawasan dimana tempat itu menjadi tempat bagi sebagian besar warga jakarta menghabiskan waktu mereka untuk bersantai setelah seharian beraktifitas. Kota yang baru saja di revitalisasi kota yang biasa disebut dengan Batavia Lama, sejatinya merupakan kawasan wisata yang dipenuhi dengan bangunan berupa museum. Salah satunya museum bekas Kantor Gubernur Jenderal Vereenigde Ootindische Compagnie (VOC) pada zaman penjajahan Belanda dahulu kala.

Di sana juga terdapat Museum Wayang dan Museum Fatahillah. Yang setiap malam dipenuhi dengan banyak pasang mata. Dari pedagang kuliner, asongan hingga mereka yang hanya berniat menghabiskan malam disana.

Ku parkirkan Hummer ku tak jauh dari pelataran didepan sana terdapat beberapa tenda yang menjual berbagai macam kuliner yang menggugah selera. Ku putuskan untuk turun dan berjalan - jalan bermaksud melihat - lihat jika saja ada kuliner arau sesuatu yg menarik hati untuk dicicipi sebelum aku pulang kerumah yang tak berpenghuni itu saat itu. Namun jika tidak ya kembali ke pasal pertama pesan makan di aplikasi online seperti biasa.

Moon LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang