06

1.9K 149 4
                                    

Yn memijit pelipisnya, Kepalanya benar-benar pusing. Malam ini dia kembali mimisan dan juga tubuhnya terus menggigil.

Dia bahkan melewatkan makan malamnya karena terus mengurung diri dikamar.

"Sebenarnya apa yang terjadi denganku? Apa aku harus memeriksakan kesehatanku besok?" Monolog Yn sembari menatap nanar darah ditelapak tangannya.

***

Keesokan harinya, Yn pergi ke sebuah klinik kesehatan untuk memeriksakan kondisi tubuhnya. Setelah melewati beberapa Tes, Dokter mengatakan kalau hasil pemeriksaannya baru bisa diambil minggu depan.

"Huh.. Aku lelah sekali." Yn berjalan keluar dari klinik dengan lemas.

Dari kejauhan, ia seperti mengenali beberapa orang gadis yang sedang mengelilingi seorang anak kecil.

"Heh, cepat ambil tongkat ini, dasar buta!"

"Nunaa.. kumohon kembalikan tongkatku." pinta seorang bocah laki laki malang itu.

Yn perlahan mendekat. Ia terkejut saat dugaannya ternyata benar, Itu Aera dan teman temannya.

"Aera! Apa yang kau lakukan!" Yn langsung menengahi mereka.

Aera sangat terkejut, Yn ada disini. Bagaimana kalau nanti Bangtan tau sikapnya saat diluar?

"Eonnie?"

"Aera? Ini siapa?" tanya Eunji, teman Aera.

"Eonnie? Ohh jadi ini kakakmu ya? Yaampun dia pucat sekalu seperti mayat hidup." sahut Jina, teman Aera yang sangat bad attitude.

"Bukan! Teman teman! Sebenarnya dia ini pelayan dirumahku, aku memanggilnya eonnie karena memang aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri."

Yn terkejut dengan ucapan Aera. Tega sekali Aera menyebutnya pelayan didepan teman temannya.

"Heh! Jangan ikut campur dong!" Aera langsung mendorong Yn.

"Aera! Kau benar-benar keterlaluan!" bentak Yn.

"Hey! Kau itu cuma pelayan! Jangan melunjak!" Kali ini Jina mendorong Yn dengan keras hingga terduduk.

"Dia sepertinya mau jadi pahlawan si buta ini! Ambil tongkat ini! Ambil!"

BUGH!

BUGH!

BUGH!

"Akh! Hentikan!!" erang Yn, Eunji memukuli Yn dengan tongkat milik bocah yang tidak bisa melihat tadi.

Aera hanya diam, melihat semua itu. Sejujurnya dia tidak tega, tapi kalau dia menolong Yn teman temannya pasti akan menjauhinya.

"Cepat kita pergi dari sini! Biarkan saja dia!" Jina melempar tongkat itu hingga mengenai pelipis Yn hingga berdarah.

Aera dan teman temannya segera pergi sembari tertawa riang. Yn mengambil tongkat tadi lalu memberikannya pada bocah laki laki yang hanya diam karena tidak tau apa yang sedang terjadi.

"Nuna? Apa kau yang menolongku?" tanya bocah itu.

"Y-ya.. ambil tongkatmu ya? Ngomong ngomong.. kau tinggal dimana?" tanya Yn sembari menahan erangan karena pelipisnya terasa perih.

"Nuna, aku tinggal diapartemen didekat sini."

"Ah, aku akan mengantarmu pulang. Oke?"

"Tapi.. apa nuna baik baik saja? Tadi aku mendengar suara pukulan. Apa nuna dipukul oleh mereka?"

"Aku baik-baik saja. Mungkin tadi kau salah dengar, sudah ayo aku akan mengantarmu."

"Nee."

Yn mengenggam tangan kecil bocah itu. Lalu mengantarnya ke apartemen terdekat, Sepanjang jalan darah terus mengalir dipelipis Yn, orang orang menatapnya heran, tapi Yn mencoba mengabaikannya.

***

"Terimakasih, Nuna. Nama nuna siapa?" tanya Bocah itu setibanya mereka didepan Apartemen.

"Yn. Kalau namamu?"

"Namaku Na Jisung, Nun—."

"Jisung?" Seorang Pria yang tak asing keluar dari pintu apartemen.

"Jaemin?"

"Yn? Astaga! Apa yang terjadi denganmu?" Jaemin panik melihat wajah Yn yang dipenuhi oleh darah.

"Jae, darahku tidak bisa berhenti kalau sedang luka. Padahal lukanya cuma kecil." Ujar Yn yang masih sempat tersenyum.

"Aku akan mengobatimu! Cepat masuk!" Jaemin membawa Yn dan juga Jisung kedalam Apartemennya.

Rupanya, Jisung adalah adik Jaemin yang selama ini ia rahasiakan dari Yura dan Yn.

"Kenapa kau tidak bilang kalau kau punya adik." tanya Yn yang saat ini sedang diobati oleh Jaemin.

"Kau tau.. adikku itu buta."

"Lalu kenapa? Memangnya kenapa kalau dia tidak bisa melihat, Jae?"

"Aku takut kalian akan membenci adikku dan juga aku." Ujar Jaemin sendu.

"Itu tidak mungkin terjadi, Jae. Tidak ada yang bisa memilih harus jadi apa saat terlahir kedunia, semuanya sudah diatur oleh takdir."

Jaemin menatap Yn dengan tatapan dalam. Matanya berkaca-kaca, dadanya benar-benar menghangat saat menatap tatapan mata teduh Yn.

"Maaf, Yn."

"Maaf untuk apa? Kau tidak perlu minta maaf, Jae. Aku mengerti keadaanmu. Dan sekarang aku juga akan melindungi Jisung dari orang orang yang berniat jahat padanya."

"Gomawo.." Jaemin menguap matanya dengan tangan, lalu tersenyum.

"Aku beruntung bisa memiliki sahabat sepertimu. Terimakasih sudah terlahir kedunia ini, Yn."

Yn tersenyum mendengar ucapan Jaemin. Ia menganggukkan kepalanya.

"Yn?"

"Apa?"

"Boleh aku memelukmu?" tanya Jaemin yang kemudian tersenyum saat anggukan didapatkannya dari Yn.

'Aku mencintaimu, Yn.' batinnya. Sebuah kalimat yang selalu ia ucapkan dalam hati, tanpa bisa mengutarakannya secara langsung.

***

Aera pulang ke rumah tepat dijam 7 malam. Bangtan sudah sangat khawatir padanya.

Tepat saat Aera pulang, Tak lama Yn juga pulang kerumah.

"Aera kau kemana saja? Kenapa lama sekali pulangnya?" tanya Namjoon.

"A—aku tadi mengerjakan tugas sekolah, Oppa. Terus kami bertemu dengan anak yang buta, jadi kami menolongnya makanya jadi terlambat pulang." Dusta Aera.

Yn yang mendengar kebohongan Aera hanya diam, dan berjalan dengan santai menuju kamarnya.

Tanpa ia sadari Yoongi dan Seokjin menatapnya khawatir, apalagi mereka tak sengaja melihat plester tertempel didahi Yn.

"Hyung? Mau kemana?" tegur Jimin pada Yoongi.

"Bukan urusanmu." 

TBC!

Sebelum Aku Pergi [End] ✔ || BTS X READERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang