06

1.6K 48 0
                                    

"permisi mas, boleh minta Instagram nya?"

azhar yang sedang duduk bersama teman temannya di cafe pun tiba tiba di datangi oleh dua perempuan

setelah membeli pengeras suara azhar memang mampir dulu ke cafe yang tidak jauh dari tokoh bangunan

"maaf tapi saya tidak punya Instagram"

"WhatsApp aja gimana mas?"

ucap temannya lagi, jujur saja azhar  sangat risih ketika di datangi oleh dua perempuan itu. azhar hanya menjawab seadanya saja sambil menundukkan pandangan nya

"saya juga tidak punya WhatsApp, yang ada hanya WhatsApp istri saya"

"oh udah punya istri ya, sekali lagi kita minta maaf ya mas, permisi."

teman teman azhar yang mendengar itu
seketika tertawa karena kata kata azhar tadi

"memangnya sejak kapan ente punya istri  zhar?"

"kelak saya akan punya istri juga kan"

"haha iya iya, kocak dah"

bahkan sekarang saja sudah di calonkan dengan khanza. khanza rabithah alawiyyah, itulah istri azhar nanti.

"pulang yok, ane udah bosen"

"ayo"

azhar dan teman temannya itu langsung bergegas untuk pulang, untung saja saat pulang tidak kejebak macet saat di jalan.

"azhar, ente udah mau langsung ke rumah?"

"iya al, kenapa memang?"

"itu anak ustaz yusuf kamu tau?"

"iya tau"

"kagak, cantik ya, andai aja ane jadi suaminya zhar duh udah ane puja puja"

"udah di jodohin"

"yang bener ente? sama siapa?"

"nanti juga tau sama siapa"

"pamit ya wi"

"iya zhar"

kecantikan khanza memanglah di kagumi oleh para kaum adam apalagi alwi sahabat azhar, dia tidak tau saja bahwa yang dipuji itu nanti akan menjadi istri untuk azhar.

azhar merasa cemburu sedikit ketika alwi memuji khanza seperti itu tetapi azhar tidak terlalu ambil pusing toh juga dia adalah pemenang di hati khanza.

"zhar, sini"

"iya ustazah?"

"panggil umi aja nak, ini umi mau tanya bunda kamu ada di rumah?"

"ada umi, kenapa?"

"bentar ya, umi mau nitip sesuatu, kamu duduk dulu biar umi buat kan minum"

"iya umi terimakasih"

sudah 3hari dia tidak memasuki rumah ini wangi khas dari rumahnya masih sama seperti waktu di datang untuk menemui keluarga khanza

"dek, ini tolong bawakan pada azhar ya"

"kenapa gak umi aja?"

"umi mau atur baju buat lamaran kamu sama azhar sayang"

"Hah? umi ini baru 3 hari loh, kan harusnya 1 mg"

"iya sayang kan ga ada salahnya mempersiapkan dulu, udah mending kamu anterin ini ke azhar"

"iya umi"

sesungguhnya jarak ta'aruf ke khitbah itu adalah 1-3mgg akan tetapi ustazah tidak sabar lagi untuk mempersiapkan segala macam yang di perlukan saat khitbah datang

"ini tehnya"

"sudah baikan?"

"sudah, aku permisi ke dapur dulu"

"kamu tidak suka sama saya, khanza?"

"tidak bukan begitu, aku cuman ga enak aja soalnya di ruang tamu hanya ada aku sama kamu"

"saya hanya ingin melihat wajah kamu aja"

khanza terdiam sungguh dia benar benar tidak enak kepada azhar jadi mau tidak mau dia harus duduk di depan azhar.

"kenapa?"

"kamu tidak cinta sama saya?"

"azhar, cinta itu bisa tumbuh kapan saja, mungkin memang saat ini hati aku belum sepenuhnya terbuka untuk kamu tapi pasti pelan pelan dengan izin Allah akan membukakan hatiku untuk kamu"

"kamu wanita yang cerdas"

"maaf lancang, tetapi saya sangat menyukai kamu"

"sejak kapan? kita bahkan baru saja di pertemukan oleh takdir"

"sejak saya pulang dari pesantren, saya melihat kamu sedang mengikuti pengajian di musholla"

"sekarang kamu tau bahwa cinta akan tumbuh tanpa di minta kan? lalu kenapa kamu berkata seperti tadi"

"iya saya tau, saya hanya khawatir jika cintamu akan tumbuh di pria lain"

"hei! mana mungkin itu terjadi memangnya kamu pikir aku ini wanita seperti apa? abi bahkan gak pernah ngizinin aku buat menatap, berbicara, ataupun senyum kepada semua pria kecuali abi"

"kamu tau kamu adalah pria yang abi izinkan untuk berbicara denganku"

"maaf jika membuatmu kesal, aku tahu aku hanya sedang khawatir saja karena banyak yang mengagumi mu"

"tapi aku tidak. sudahlah, aku kembali ke dapur saja itu tehnya di minum dulu nanti keburu dingin"

dia sangat manis ketika kesal-batin azhar

khanza kembali ke dapur dengan cemberut, itu menimbulkan rasa penasaran ustaz yusuf kepada khanza.

"adek kenapa sayang?"

"azhar bilang dia sangat takut bahwa cinta khanza akan tumbuh di pria lain, abi. memangnya khanza ini wanita seperti apa sampai di bilang begitu itu oleh azhar?"

"benarkah dia bilang seperti itu? wah dia tidak tahu bahwa putri abi ini sudah di didik dengan benar oleh abi mungkin kalo bisa sudah abi pakaikan stiker yang ada logo halalnya"

umi yang mendengar itu terkekeh.  melihat khanza kesal itu sangatlah jarang sekali khanza juga seperti anak kecil ketika kesal maka dari itu umi sangat gemas , sedangkan abi benar benar pandai membujuk buah hatinya.

"azhar, maaf nunggu lama ya nak, ini bingkisan nya."

"tidak apa apa umi, kalo boleh tau ini apa?"

"ini baju untuk lamaran kalian berdua"

"seperti itu, kalo begitu saya pamit pulang dulu umi, sampaikan maaf saya pada khanza karena membuat nya kesal"

"haha tidak apa apa, sekarang dia di bujuk oleh abi di dapur"

"lucu sekali. terimakasih ya umi untuk teh dan bingkisan nya, bunda akan senang pasti"

"sama sama nak"

saat kembali ke rumah azhar merasa lega mengakui rasa kekhawatiran nya pada khanza, ternyata khanza juga sangat serius menjalankan Taaruf bersama azhar.




Taaruf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang