🤍

1.8K 43 4
                                    

[khanza part]
15:00 acara khatam Al-Qur'an di mulai
abi dan umi segera menuju ke lokasi khatam yaitu di musholla Al- Muhajirin
sedangkan aku dan azhar berada di rumah bunda dan ayah yang memang sedang masak masak untuk arisan keluarga

sekarang aku sedang bantu bantu bunda di dapur, bunda tidak mengizinkan ku untuk membantunya tetapi aku tetap kekeuh untuk membantu walaupun hanya sedikit saja

setelah semuanya selesai kini aku masuk di kamar azhar, kamar yang terdapat bau khas dari tubuh azhar.

"saya cariin ternyata disini"

"aku istirahat disini boleh?"

"boleh sayang"

akhir akhir ini aku selalu kecapean padahal aku tidak pernah melakukan aktivitas yang berat.

"mau tiduran?"

"iya"

"saya ke depan ya? kalo ada apa apa panggil saya"

aku hanya mengangguk pelan dan langsung segera tidur, aku tidak bisa tidur semalam jadi ngantuk waktu sore hari.

akhirnya setelah beberapa menit berlalu arisan pun di mulai, dengan melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an arisan yang di adakan di kediaman azhar pun langsung di selenggarakan.

azhar memasuki kamarnya dan menaruh pecinya di atas meja belajarnya itu langsung berbaring di samping ku
itu membuat aku terbangun dan melirik ke arah azhar

"maaf ya"

"udah selesai?"

"belum, itu lagi makan dulu"

aku menghadapkan tubuhku ke arah azhar. seperti biasa azhar langsung memelukku dan mengelus pelan kepala ku, itu membuatku nyaman saat berada di dekat azhar, pelan pelan aku tutup kembali mataku dan mulai terpejam

tetapi baru beberapa menit memejamkan mata tiba-tiba saja aku merasakan mual
segera aku meminta azhar untuk melepaskan pelukannya dan segera berlari ke dalam toilet yang berada di dalam kamar azhar

azhar yang kebingungan pun hanya bisa melihatku, tetapi dia mulai khawatir ketika mendengarkan aku yang mual di toilet. dia segera menghampiri ku dan mengetuk pintu toilet menanyakan apakah aku sedang baik baik saja

"khanza, kenapa?"

"buka pintunya dulu hei"

tidak ada jawaban dari ku dan itu membuat azhar gelisah dia segera membuka pintu toilet dan melihat aku yang terduduk di lantai karena lemas

"kenapa sayang? ada apa? ayo ayo berdiri"

azhar menuntunku keluar dari toilet tersebut. aku menangis karena takut akan terjadi apa apa denganku, azhar segera membawaku keluar kamar tetapi baru saja ingin membuka pintu tiba-tiba rasa mual itu datang lagi

aku berlari menuju toilet dan azhar langsung memanggilkan bunda untukku
aku berhenti mual dan segera membersihkan wastafel

bunda, azhar, ayah dan tante azhar sebut saja tante rahma langsung memasuki kamar dan menuntunku menuju sofa

"zhar coba ambilkan testpack di apotek tante nak"

tante rahma memang memiliki apotek yang berada di pertigaan jalan dan memang agak jauh dari rumah azhar, azhar pun buru buru pergi dengan mengendarai motor ayahnya.

"khanza minum ini dulu nak"

"iya bunda terimakasih"

aku meminum teh hangat buatan bunda itu meskipun hanya seteguk karena aku sangat takut jika mual itu menyerang lagi

"nak, baru baru ini ngerasain pusing sama kram di perut? atau ga kelelahan?"

"iya tan, khanza tidak tau bahwa kenapa sering mengalami hal itu"

tante rahma hanya tersenyum mendengarnya, aku bingung dengan apa yang di maksud tante rahma, apakah aku ada penyakit? lalu kenapa beliau menyuruh azhar untuk membeli testpack
mungkin kah aku hamil?

"assalamualaikum, tante ini testpack nya"

"khanza, di test dulu ya? silahkan ke toilet nak, kamu tau kan caranya?"

"t..tau tante"

aku memasuki toilet dan langsung melakukan test setelah selesai betapa terkejutnya aku bahwa testpack nya berwarna merah dengan dua garis

aku segera keluar dan langsung membawa testpack tersebut untuk di perlihatkan pada tante, bunda, ayah dan juga azhar

"gimana hasilnya nak?"

aku langsung memperlihatkan hasilnya pada tante rahma dan langsung terpancar kebahagiaan pada raut wajahnya

"kenapa tan?"

"selamat ya zhar"

"apa maksudnya?"

"selamat kamu akan menjadi ayah"

"hamil? Alhamdulillah Ya Allah"

azhar langsung memelukku begitu juga bunda dan ayah yang segera memelukku
tante rahma mengelus perutku dan mengucapkan selamat sama seperti yang di lakukan oleh azhar

azhar dan aku segera pulang ke rumah karena waktu sudah menunjukkan pukul 7malam, aku bingung untuk kasih tau abi dan umi apa yang terjadi tadi.

"nak, gimana arisan nya lancar?"

"l..lancar umi, abi."

"kamu kenapa pucat gitu?"

"ada yang mau khanza sampaikan pada umi dan abi"

"ada apa nak? kamu sakit?"

"enggak umi, ini"

aku langsung menunjukan hasil testpack kepada umi dan abi, beliau terkejut dan langsung memeluk. abi dan umi meneteskan air mata mengingat bahwa aku yang dulunya seorang. N anak sekarang adalah seorang ibu

makan malam bersama pun telah selesai
kini aku di panggil oleh abi untuk membicarakan sesuatu

"ada apa abi?"

"begini sayang, kamu tidak ingin memiliki rumah sendiri?"

"aku masih ingin dekat dengan abi dan umi"

"putri abi sekarang kan akan menjadi ibu pasti suatu hari atau dalam waktu dekat akan memerlukan rumah sendiri juga kan?"

"abi.."

"abi sudah menyiapkan rumah untuk khanza dan azhar, anggap saja hadiah pernikahan abi untuk kalian."

"apakah abi tidak mau bersama dengan khanza lagi?"

"bukan seperti itu sayang, abi ingin sekali dengan putri kesayangan abi ini, bahkan selamanya. tetapi kamu juga sudah memiliki suami jadi mau tidak mau harus belajar hidup mandiri"

"tapi jangan hari ini?"

"tidak sayang, besok akan abi bawa melihat rumahnya ya?"

"baik abi, kalau begitu khanza ke kamar dulu ya. selamat malam abi"

aku mencium pipi abi sebelum masuk ke kamar, orang yang paling aku sayang setelah umi. aku benar benar ingin sekali bersama mereka selamanya

Taaruf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang