"habis periksa kandungan kita ngumpul sama teman teman saya dulu ya?"
"iya, tapi kamu lama gak ngumpul ngumpulnya"
"engga dong sayang, kamu lagi hamil gitu masa saya lama sih"
"Alhamdulillah kamu ngerti, terimakasih sayang"
aku tersenyum sembari menatap azhar yang sedang menyetir, azhar yang melihatku tersenyum segera mengusap kepalaku dengan gemas.
"azhar, ini hijab aku nanti berantakan"
"maaf ya istriku"
mendengar ucapan azhar itu membuatku terkekeh kecil, melihat raut wajahnya yang tersenyum lebar sembari menyipitkan matanya.
sesampainya di klinik kandungan aku dan azhar segera masuk ke dalamnya dan untung saja klinik itu lumayan sepi dan tidak terlalu banyak antrian jadi aku dan azhar bisa langsung masuk ke ruangan.
"Assalamualaikum"
"wa'alaikumussalam, silahkan duduk mbak"
"iya, terimakasih"
"saya bingung mau panggil ibu atau kak soalnya cantik sekali"
"Aamiin, Masya Allah terimakasih"
"sudah berapa bulan kandungan nya?"
"jalan 7 dok"
"baik kalo begitu saya cek dulu kesehatan nya ya?"
"oh iya silahkan"
pengecekan telah selesai, aku dan juga azhar segera menuju ke tempat yang di tentukan oleh temannya azhar tersebut.
"saya takut bawa kamu di sana"
"kenapa?"
"kamu kan marah sama alwi ya?"
"kamu pikir aku marahnya sampe sekarang ya? aku gamungkin selama itu marah sama orang, mas"
"syukurlah, alwi benar benar merasa gak enak sama kamu"
"dia aneh sih haha"
kini aku dan azhar sudah sampai di restoran yang berada di kotaku, teman azhar tidak semuanya pria tetapi ada juga wanita yang mungkin saja istri istri dari teman teman azhar.
"Assalamualaikum para akhi"
Wa'alaikumussalam!
"zhar ayo duduk sini"
"terimakasih, udah pada pesan belum?"
"belum nih, mau bayarin ya?"
"boleh, pesan aja gih"
"ga enak sama khanza nih saya zar"
menatap gio ku sembari tersenyum.
"eh gapapa kok"
"makasih nih ya, semoga tambah rezekinya"
AMIIN!!
sorak mereka semua, suamiku benar benar memilih pertemanan yang tepat. aku meninggalkan azhar yang sedang mengobrol santai bersama temannya sambil menikmati minuman yang telah di pesan.
"hai, khanza ya?"
"iya, siapa ya?"
"gak kenal aku ya?"
"kamu saja pakai masker jadi gimana saya tau wajahnya"
"aku haikal"
"ikal?"
rasanya aku ingin kabur dari sini, bisa bisanya aku bertemu dengan pria ini lagi. dia haikal, haikal adalah teman SMA ku dulu sebelum aku benar benar ingin berada di jalan Allah aku pernah mengagumi haikal tetapi aku berhenti sebelum aku tercebur ke dalam dosa nanti.
aku mencoba menelpon azhar tapi tidak ada respon dari azhar.
"hey! kok bengong"
"maaf maaf, kamu ada perlu apa sama aku memangnya?"
"gak ada, tapi aku mau ngomong sesuatu"
"apa?"
"kalo kamu belum nikah aku mau jad-"
belum sempat melanjutkan perkataannya tiba tiba azhar datang memotong pembicaraan haikal, aku lega, dan juga merasa di selamatkan. aku bukan takut sama haikal tapi aku malu ketika mengingat masa masaku waktu mengagumi dia.
"ada apa sayang?"
"s sayang?"-haikal begitu terkejut saat aku di panggil sayang oleh azhar.
"ini suami aku, aku juga udah ngandung anaknya. kamu gak liat perutku? memangnya kamu pikir ini isinya cimol bukan bayi ya kal?"
"maaf za, kalo gitu aku pergi dulu ya"
azhar menatapku dengan keadaan bingung, raut wajahnya seolah olah memintaku untuk menjelaskan siapa haikal dan apa yang terjadi.
"sayang, kamu gak apa apa kan?"
"Alhamdulillah engga"
"syukurlah, saya khawatir sekali waktu lihat kamu gak ada di sebelah saya"
"waduh, aku ke toilet, tadinya mau bilang tapi kamu keasikan ngobrol"
"gak apa apa sayang kan tinggal bilang"
"maaf ya udah buat kamu khawatir"
"it's okay, ayo pulang"
"udah mau pulang?"
"iya, pamit dulu ya sama teman teman saya"
"iya"
aku segera menuju ke tempat yang di pesankan oleh azhar, aku juga tidak lupa untuk berpamitan dengan teman teman nya azhar.
"aku dan mas azhar pamit pulang duluan gapapa kan ya?"
"gapapa khanza, terimakasih ya sudah mentraktir kami makan"
"sama sama"
"hati hati di jalan ya zhar"
"siap, kalian juga pulang harus hati hati ya"
"oke zhar"
segera kita berdua menuju ke parkiran tempat mobil di parkir. tiba tiba azhar menghalangi ku untuk masuk ke mobil.
"eitss"
"ada apa mas?"
"kamu jelaskan ke saya dulu yang tadi siapa"
"Astaghfirullah, nanti di mobil aku jelasin"
"yasudah, naik"
di perjalanan aku menjelaskan semuanya ke azhar tanpa ada yang kurang, raut wajah yang di perlihatkan azhar pun beragam ada yang kaget, marah, dan senang saat aku bisa sadar kembali untuk tetap fokus ke jalan yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taaruf
Romancedua remaja yang tidak pernah merasakan yang namanya pacaran dan pada akhirnya di pertemukan oleh Allah dalam proses Taaruf happy reading!🤍🌷