Pria itu berlari.
Dia berlari dan terus berlari dengan setelan jasnya dan dalaman kemeja putih yang biarkan kancingnya terbuka hingga setengah dadanya terekspos. Dia memiliki kulit yang putih bersih dan nampak muda. Dia juga terlihat memakai beberapa tindik di telinganya. Peluh keringat membasahi sekujur tubuhnya. Sesekali pria itu menoleh ke belakang menengok sekelompok orang-orang yang mengejarnya.
GUBRAK!
Pria itu terjatuh tersungkur membuat telapak tangannya tergores. ''Ah, ANJING!'' umpatnya. Dia kembali bangkit dan menoleh ke belakang segera matanya membelalak saat pria-pria berpakaian stelan berwarna hitam semakin dekat. Pria itu buru-buru mengambil langkah dan berlari kembali sekencang yang dia bisa.
CIIIIITT.
''FUCK!'' Dia mengumpat lagi saat tahu-tahu sebuah sedan mewah melintas di depannya. Hampir saja dia tertabrak untung saja kakinya cepat-cepat mengerem agar tidak tertabrak dan sempat-sempatnya pria itu menyibak rambutnya yang penuh keringat dengan jari-jemarinya.
Dia memandang seorang pria lainnya di dalam mobil yang dia kenal di kursi penumpang. Wajah pria di dalam mobil itu nampak khawatir tapi tidak mengurangi kewibawaan dan ketegasan di wajahnya. Dia mengangguk memberi isyarat pada pria di luar mobilnya untuk segera masuk dan dia pun masuk.
''LAMA LU!''
''Maafkan saya, Tuan,'' sesalnya menoleh dan menunduk sebagai tanda permintaan maafnya.
''Udah ayok buruan!'' perintahnya sambil memasang seatbel.
Tanpa berkata apa-apa pria yang menjadi sopir segera melajukan mobilnya dengan kecepatan hampir di atas rata-rata membuat sekelompok pria yang mengejar tuannya itu mengumpat habis-habisan karena tidak bisa menangkap tuannya.
''MAMPUS LU PADA. HAHAHA!'' Dia tertawa, pria yang barusan berlari.
''Maen-maen sih sama tuan Enzo Crystal. Hahaha.'' Dia menoleh sambil terus tertawa sedang pria yang ada di sebelahnya hanya tersenyum simpul dan mengembalikan ekspresi wajahnya menjadi datar.
Enzo merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya di sana. Ponsel itu terus berdering sebuah nama terpampang di sana. Papa. Dari tadi papa menelpon Enzo tapi anak itu sengaja tidak menjawabnya dan menyunggingkan bibir melihat nama yang tertera di sana. Enzo menekan tombol pada pintu mobil membuat kacanya turun penuh membawa angin jalanan masuk dan menerpa wajah tampannya.
''Selamat tinggal, papa!'' ucap Enzo menyunggingkan bibir sebelum akhirnya melempar ponselnya keluar jendela mobil sejauh-jauhnya. Ponsel itu terlempar ke jalanan dan akhirnya terlindas mobil yang lewat. Enzo kembali menutup jendela mobilnya.
Tak butuh waktu lama mereka sampai di Bandara Newyork. Asisten pribadinya, sebut saja Eros yang menjadi sopirnya tadi, dia turun mengambil koper tuannya dibagasi. Setelahnya memberikannya pada Enzo. Sebenarnya dia sangat berat hati harus membiarkan tuannya pergi sendiri tapi, dia juga tidak bisa melihat tuanya terus tertekan jika berada di sini. Bagaimana pun Enzo sudah seperti adiknya. Mereka hanya terpaut tujuh tahun. Dari kedatangan pertama anak itu ke Newyork, Eros sudah menemaninya.
''Tuan harus jaga diri di sana,'' ucapnya memberikan koper Enzo.
''Thank, Eros.'' Enzo mengambil kopernya. ''Lo udah siapin semuanya di sini kan?'' tanyanya dan dianggukan oleh Eros.
Sebelum pergi Enzo memeluk Eros yang sudah dianggapnya seperti kakak sendiri. Enzo juga merasa berat harus meninggalkan Eros di sini. Apalagi setelah ia kabur ini sudah pasti Papanya akan menghukum berat Eros karena tidak bisa menjaganya tapi Enzo harus melakukan ini karena dia muak dengan doktrin papa selama dua belas tahun ini.
Setelah puas berpelukan Enzo segera masuk ke dalam bandara. Takut kalau anak buah papa akan menemukannya. Bisa-bisa dia akan segera diseret pulang dengan paksa. Enzo melangkah masuk dan berbalik melambaikan tangan pada Eros yang hanya dibalas dengan anggukan dan senyum simpul.
Enzo berbalik dan kembali meneruskan langkahnya masuk ke dalam bandara dengan pipi merona.
''Runa, sebentar lagi kita bertemu."
KYAAAAAAAAA
Aku njerit sendiri guys dikalimat Enzo itu kiw..
Gimana dengan kalian?.
.
.
Masih mau lanjut?
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Diary Aruna: Mentadabburi cinta ✔️
Roman d'amourSeries ketiga dari "Bidadari Yang Tak Diinginkan." Mempunyai seorang adik menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Aruna. Namun, siapa sangka adik yang ia sayangi tak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Ibrahim atau biasa disapa Baim sangat memb...