12. Kembali Ke Amerika

122 18 34
                                    

Hallo kembali lagi bersama Jyo

Semoga kalian suka dengan chapter kali ini dan ikutin terus kisah Enzo with Aruna

H A P P Y  R E A D I N G  G U Y S

______________________________________

Kini keluarga kecil Kai sudah berkumpul di meja makan ditambah tiga orang tamu, calon menantu dan dua teman putrinya. Enzo dan Eca yang terpaksa duduk berhadap-hadapan. Eca dibuatkan kesal karena harus duduk dengan pemandangan manusia paling menyebalkan yang sama sekali dibencinya ini. Sementara sifat jahil Enzo kumat dan menggoda Eca terus dari makan malam dimulai.

"Ecaaa gue boleh minta tolong gaaak?"

"Paan?"

"Suapin." Enzo memasang muka memelas.

"Lo kan punya tangan."

Mulut Enzo melengkung ke atas sambil menunjukkan tangannya yang masih diperban. Sebenarnya tangannya sudah baikan dua hari yang lalu dan sudah bisa dipakai setidaknya untuk menyuap makanan. Tapi dia suka saja menggoda Eca.

"Masih basah loh ini lukanya." Kalau yang ini Enzo memang jujur, jahitannya belum sepenuhnya kering.

"Gue gak mau. Kita bukan mahrom," elak Eca sebisa mungkin. Bukan urusannya juga untuk menyuapi manusia perik satu ini.

"Ya udah jadi mahrom gue Yuk." Pria itu menaik-turunkan alisnya sembari cengir sementara mata Eca membulat menampakkan keterkejutan dan seketika menelan saliva. Pipinya merona dan jantungnya berdegup kencang.

Memang sih sudah kesekian kalinya Enzo menggodanya terus setiap kali bertemu. Tapi dirinya tidak terpengaruh sama sekali. Tapi kenapa kali ini rasanya berbeda. Ada sesuatu yang menggelitik di hatinya. Ah~ ngapain juga dirinya harus baper. Eca buru-buru menendang kaki Enzo di bawah sana, kesal.

"Awwwh!"

"Khem!" Suara itu mengalihkan keduanya yang ternyata berasal dari Kai yang mengisyaratkan mereka untuk tenang. Habisnya mereka tidak berhenti bertengkar seperti kucing dan tikus.

Enzo akhirnya menikmati santapannya dengan tenang. Ia mencicipi sayur sup kesukaannya yang dibuatkan oleh bunda Arum untuknya. Ia benar-benar rindu dengan makanan yang satu ini. Cita rasanya yang gurih dan lezat menancap di pipinya. Mengingatkannya akan masa lalu saat makan bersama papa Kai dan mama Silvi. Hm.. Mama Silvi. Laki-laki itu sudah terlanjur benci dengan mamanya sendiri. Dia pun juga membenci papa kandungnya yang tak pernah memberikannya kasih sayang selayaknya ayah ke anak.

Sementara di meja makan ini yang ukurannya tidak lebih besar dari meja makannya saat di Amerika. Tidak ukurannya bahkan hampir sama namun jumlah penghuninya yang berbeda. Jika di Amerika dulu ia hanya makan sendiri dengan meja makan yang luas dan kursi-kursi kosong.

Eros?

Asisten pribadinya itu hanya sesekali menemaninya makan.

Di sini ia benar-benar merasakan atmostfer kekeluargaan. Ada canda dan tawa disela-sela menyantap makanan. Ada obrolan ringan yang menambah suasana lebih asik. Dia bisa merasakan sosok ibu yang sebenarnya disisi Arum. Bahkan boleh memanggilnya dengan sebutan bunda.

"Gimana Enzo kamu suka makanannya?" Tanya Arum disela-sela makan.

"Suka banget Bun. Apalagi sup-nya," jawab Enzo mengacungkan dua jempolnya.

"Alhamdulillah. Itu sup-nya ayah loh yang buat."

Mendengar kata ayah membuat alis Enzo terangkat. Ayah? Maksudnya papa Kai?
Arum langsung melirikkan matanya menunjuk suaminya yang hanya diam seolah tidak mendengar perkataan Arum. Pria itu hanya memberikan reaksi dehaman lalu meneguk segelas air yang ada di sisi piringnya. Enzo hanya terkekeh dan mengangguk. Tidak mau membuat papa Kai gengsi.

[3] Diary Aruna: Mentadabburi cinta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang