Hallo Readers sekalian.
Aku cuman mau kasi tahu kalau bab ini ada beberapa kata kasarnya di beberapa paragraf. Maap Yoo.
Tidak untuk ditiru yo bocil-bocil.
Awas kalau ngeyel.H A P P Y R E A D I N G GUYS
_________________________________________
"Waiting tresno jalaran soko kulino."
~ Diary Aruna: Mentadabburi Cinta ~
"Aaaah pusing banget sama soal-soal ini." Baim ngedumel di dalam kamarnya. Dia mengacak-acak buku di atas meja saking kesalnya karena tidak bisa mengerti maksud dari soal-soal matematika. Anak itu memang lemah kalau soal hitung-hitungan. Mana besok mau ulangan. Maka kacau sudah nilainya nanti dan dia akan kena marah oleh ayah.
Tok. Tok. Tok.
Seseorang mengetuk pintu kamar Baim dan membuat anak itu kesal waktu belajarnya diganggu.
"Siapa sih yang ngetuk-ngetuk?" Baim ngedumel.
Kemudian seorang perempuan dengan rambut panjang yang dicepolnya dibelakang kepala masuk dengan senyuman. Oh ternyata kakaknya. Menyebalkan.
"APA?"
Aruna menunjukkan nampan yang dia bawa yang di atasnya berisi segelas susu hangat rasa coklat kesukaan Baim dan beberapa biskuit sebagai cemilan. Gadis itu masuk dan menghampiri adiknya.
"Ni." Aruna meletakkan nampan tersebut di atas meja. "Inum ulu," gumam Baim.
"Kakak ngapain sih ganggu aja."
Jleb.
Aruna bisa mendengar berkat alat yang dipakai di telinganya. Rasanya sakit tapi dia sudah biasa.
Gadis itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengetikkam sesuatu.
Ada yang bisa kakak bantu?Setelahnya dia menunjukkan layar ponsel kepada Baim. Anak itu membacanya. Sejujurnya dia butuh bantuan untuk bisa memahami soal-soal yang rumit ini. Tapi percuma, toh kakaknya tidak akan bisa menjelaskan dengan baik. Dirinya pun tidak akan mengerti ucapan kakaknya yang bisu.
"GAK ADA. GAK USAH SOK PERHATIAN DEH. UDAH KELUAR SANA!" Bocah itu mendorong tubuh Aruna cukup kasar.
Aruna menghela napas dan akhirnya memutuskan untuk keluar.
Tapi Baim berpikir kembali. Sepertinya kakaknya bisa membantu kalau menjelaskan dengan ketikan. Bukankah barusan Aruna melakukannya.
"Eh tunggu dulu," cegat Baim. Untung saja Aruna masih diambang pintu.
Gadis itu menoleh."Mau jadi kakak yang berguna kan?"
Aruna mengangguk semangat.
Ini yang berperan sebagai kakak dan adiknya sebetulanya yang mana sih?"Ya udah sini bantuin."
Mata Aruna berbinar. Perlahan tapi pasti ia yakin Baim akan menerimanya sebagai sosok kakak disisinya.
Baim menunjukkan soal-soal mana yang ia tak paham lalu kakaknya memperhatikan sejenak dan mengangguk mengisyarakatkan bahwa ia memahami maksud dari soal yang ada. Kemudian Aruna mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu-semacam penjelasan yang jauh lebih mudah dimengerti dan ia tunjukkan pada adiknya.Begitu seterusnya.
Meski terkesan ribet harus berkomunikasi melalui ketikan hape tapi Baim cukup paham dengan penjelasan dari Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Diary Aruna: Mentadabburi cinta ✔️
RomantizmSeries ketiga dari "Bidadari Yang Tak Diinginkan." Mempunyai seorang adik menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Aruna. Namun, siapa sangka adik yang ia sayangi tak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Ibrahim atau biasa disapa Baim sangat memb...