15. Malam Pertama

241 17 41
                                    

~ Sedekat apapun seorang sahabat pasti ada saja rahasia yang ia simpan sendiri tanpa diketahui sahabatnya. ~

H A P P Y  R E A D I N G

______________________________________

''Kak Iyan Baim ikut ke rumah kakak ya,'' pinta bocah itu saat Ryan dan Aruna hendak pergi. Mulai malam inni keduanya akan tinggal bersama di rumah Ryan. Sebagai seorang istri sudah seharusnya Aruna ikut bersama suaminya bukan?

Ryan mengelus tengkuknya, dia ragu untuk menjawab permintaan Baim kali ini. Bukan RYan tidak mau membiarkan Baim ikut tapi hari ini adalah hari pertamanya tinggal bersama Auna. Ryan ingin waktunyya hanya untuk istrinya setidaknya untuk malam inni saja. Tapi ada ayah dan bunda juga di  sampingnya kini hendak mengantar mereka keluar. Ryan tidak enak  jika harus menolak.

''Eh bocah tengik gak ngerti situasi lu ya,'' protes Enzo, pria itu masih di sana. Rupanya dia juga akan berpamit.

Arum dan Kai yanng ada di  sana terkekeh.

''Baim,  jangan dulu ya sayang,'' kata Arum
''Eh mending lu ikut sama gue aja, mabar bareng kita malam ini.'' Enzo menaik turunkan alisnya meyakinkan Baim. Bocah tiga belas tahun itu terlihat berpikir.

''Atau kita jalan-jalan aja, mumpung malming nih. Gue traktir,'' bujuk Enzo sebisa mungkin.

''Baim kamu  gak usah kemana-mana, meding kamu  belajar gih di kamar,'' titah Kai.

''Ya elah belajar mulu, bosen Pa.''

''Tahu nih papa,'' Enzo ikut protes. ''Masa kecil itu harus dimanfaatin buat seneng-seneng jangan belajar mulu. Stress!''

Perkataan Enzo ada benarnya juga. Pikir Kai. Dulu saat Enzo masih kecil Kai terlu memaksanya belajar bahkan tidak membiarkannya beristirahat hanya agar nilai anak itu naik dan ketika sudah dewasa seperti ini Enzo malalh menjadi pria menyedihkan yang membenci Gerald--ayah kandungnya sendiri. Kai berbeda dari Gerald. Ia tidak ingin anaknya sendiri membencinya.

''Ya udah mending kamu ikut Enzo aja sana.''

Baim masih berpikir. Sudah lama rasanya ia tidak menginap di  rumah Ryan dan akhir-akhir ini ia tidak begitu dekat dengan kakak  iparnya itu tapi tawaran Enzo juga cukup menggiurkan.

''Ya deh aku ikut kak  Enzo tapi bener ditraktir ya?''

''IYE BAWEEL.'' Enzo mengacak-acak rambut Baim, gemas.

''Tapi kalian jangan sampai begadang loh ya,'' kata Kai.

''SIAAP!'' Keduaya kompak hormat di hadapan Kai. Mereka sudah seperti kakak adik sungguhan.

Dan di sisi lain Ryan merasa lega. Ada gunanya juga Enzo ada di sana.

''Ya sudah ayah, bunda, Ryan sama Aruna pamit ya,'' kata Ryan dan mencium tangan Kai serta Arum bergantian begitu pula dengan Aruna yang mendapat kecupan dari kedua orangtuanya khususnya Kai yang memeluk dan menciumnya cukup lam. Putrinya sekarang sudah  besar. Rasanya masih tidak tega melepasnya seperti ini.

''Baik-baik di sana  ya sayang. Turuti perintah suamimu, layani dia  dengan baik,'' pesan Kai  dengan bahasa isyarat. Aruna mengangguk dan sekali lagi mendapat kecupan dari ayahnya.

''Aruna,'' panggil Enzo dan gadis itu menoleh. Dengan bahasa isyarat Enzo menggodanya,''Jangan lupa buatin kita ponakan ya hihihihi.''

Mata gadis itu melebar dan pipinya memerah begitu pula dengan Ryan tapi pria itu rada jengkel juga dan melayangkkan tinju pada Enzo. Pria itu malah menjulurkan lidah, mengejeknya.

[3] Diary Aruna: Mentadabburi cinta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang