Akibat rotasi Bumi, Indonesia dan sekitarnya gelap gulita. Jika dilihat dari ketinggian sekian kaki di atas permukaan laut, saat gelap, kota-kota yang sudah dialiri listrik memunculkan tebaran titik-titik cahayanya macam bintang.
Kota Bandung yang ada di Indonesia merupakan ibukota dari Pulau Jawa bagian Barat. Isla tinggal di sana, rumahnya berada di gang-gang yang terbilang tak sempit juga tak besar. Rumahnya juga minimalis dengan penghuni hanya tiga orang saja.
Pada pukul tujuh malam ini, Isla duduk di atas kasur sambil baca-baca buku pelajaran kelas XI di pertengahan semester satu. Sebenarnya Isla adalah seorang pemalas, namun demi mendapatkan nilai bagus serta ranking di sekolah, mau tak mau ia harus berusaha untuk menjadi orang rajin. Kelas IX dan X tahun lalu ia pernah mendapatkan ranking satu, dan itu semua karena dia memaksakan diri untuk rajin.
Tatkala Isla sudah muak dengan segala kepeningan dalam otaknya setelah membaca buku Fisika, ia beranjak dari kasur untuk mengambil raport SMP dan SMA-nya. Lalu, ia kembali duduk di atas kasur. Membuka lembaran demi lembaran dari raport SMP hingga SMA dengan perlahan. Setelah ia mengamati cukup lama nilai-nilainya, kelereng mata Isla berguling menatap dua piala yang berdiri di atas permukaan lemari kayu seukuran kulkas di dapur. Piala hasil juara kelasnya.
Tiba-tiba Isla tersenyum kecut sambil menunduk menghadap nilai-nilainya ketika mengingat reaksi ayah dan mamanya yang biasa saja. Tak seperti orang tua orang lain yang kalau anaknya mendapat ranking akan heboh sambil memeluknya.
"Apa nilai gue kurang besar, ya?" monolognya sambil berkerut dahi.
Plakk
Isla menampar pipinya sendiri berharap sadar. "Lebay banget gue, gitu doang dipeduliin. Lagian lo udah gede, lo bukan anak TK lagi yang harus sampe dibuatin syukuran," gumam Isla seraya sambil menyimpan kembali raportnya ke tempat asal. Setelah itu, Isla memutuskan untuk ke kamar mandi lalu membaca novel di kasur sampai tertidur.
-'- -'- -'- -'- -'-
Isla, lebih tepatnya Isla Safitri anaknya bapak Hendra dan ibu Sofia--ekhmn, lupakan informasi terakhir yang tak penting itu.
Kalau kata Fadil, teman sekelasnya yang sok asik di SMA Dewantara, Isla itu bukan tipe perempuan yang ribetnya naudzubillah. Isla menurut Fadil, adalah perempuan paling apatis dan introvert. Fadil tak pernah mendapati gadis itu benar-benar peduli dengan orang lain ataupun dirinya sendiri.
Isla itu kurang kreatif mengolah ekspresi, apalagi bentukan wajahnya yang datar, mendukung sekali. Kadang orang lain yang melihat wajah Isla bisa dibuat salah paham. Mereka menyangkanya Isla selalu dalam keadaan tak bersahabat, namun menurut manusianya sendiri, dia merasa sedang biasa-biasa saja.
Isla tidak punya teman dekat, apalagi sahabat, dia hanya punya banyak pacar. Daftar namanya antara lain: buku, musik klasik, kamar, kasur, gawai, kesendirian, hewan jinak, dan alam. Gadis itu mencintai semuanya, sama rata.
Yang paling Isla benci adalah keramaian, pusat perhatian, dan berinteraksi dengan orang menyebalkan terlalu lama. Membuang banyak energi tak terlalu bagus menurutnya untuk hal yang seperti itu.
Membaca novel online dan offline menurut Isla itu sudah menjadi hobinya. Dia dapat menjadi lebih ekspresif ketika membaca novel. Isla menyukai hal yang berbau sejarah (terlebih sejarah perang) dan tentang astronomi yang mempelajari tentang alam semesta. Ia juga suka mendengarkan serta membaca sebuah mitologi, mitos, legenda, dan teori konspirasi.
Isla itu bukan perempuan cantik nan berbakat yang populer seperti female lead di novel-novel--meski sekolahnya saja sudah mirip sekolah dalam negeri halu (baca: novel atau wattpad). SMA Dewantara memang bukan termasuk sekolah yang elitnya selangit, tapi SMA Dewantara adalah gudangnya murid-murid berprestasi tingkat tinggi dan populer (baca: most wanted). Murid-murid yang populer rata-rata good looking sekali.
Kendati Isla bukan termasuk ke dalam jajarannya, namun kepintaran otak Isla tak perlu di ragukan. Dia adalah peraih ranking satu dua kali dari kelas 9 hingga kelas 10, dan dia berharap saat kenaikan ke kelas 12 nanti, dirinya akan mendapatkan lagi ranking satu.
Isla memang mendapat ranking pertama, namun kepintarannya tak sejauh hingga dapat mengikuti lomba semacam olimpiade. Dia merasa tak sepintar itu. Dia pernah mencoba lomba cerdas cermat dan berakhir gagal, memalukan.
Menurut bapak Hendra dan ibu Sofia, Isla itu anak aneh. Isla bisa dibilang terlalu betah di kamar hingga hampir tak pernah keluar rumah selain untuk ke sekolah. Apa yang dia butuhkan sudah gadis itu beli saat setelah pulang sekolah atau menitip pada kedua orang tuanya--kalau mereka pulang bekerja. Ya, bapak Hendra dan ibu Sofia sibuk bekerja, meninggalkan Isla sendiri dengan surga dunianya. Apakah Isla sedih? Tidak, ia jelas tak peduli.
Menurut Isla sendiri tentang dirinya dapat ia jabarkan dalam satu kata, menyedihkan. Dia tak punya teman dekat, tak punya adik ataupun kakak, dan tak pernah punya pacar manusia (karena semuanya benda mati kecuali tumbuhan dan hewan peliharaannya). Itu semua yang membuatnya menjadi penyuka kesendirian (autophile). Punya teman dekat dan pacar sefrekuensi hanyalah ada di dalam dunia halusinasinya.
Cita-cita Isla adalah dokter. Dan prinsip Isla, tidak memiliki hubungan dengan laki-laki lain, kecuali dengan cowok fiksi, apalagi sampai punya anak kelak. Keinginan Isla mutlak. Alasannya? Pertama, dia tidak ingin menguras tenaganya untuk mengurusi orang lain selain dirinya. Kedua, semua itu merepotkan terlebih jika suaminya kelak tidak sefrekuensi dengannya. Ketiga, tidak ada laki-laki yang benar-benar sesuai dengan tipe Isla sejauh ini. Keempat, Isla tak ingin terkekang dan ingin bebas. Dan yang terakhir, Isla tak suka berbagi kamar apalagi kasur dengan orang lain.
Aneh? Tentu saja. Bahkan kakak dan adik sepupunya yang mendengarkan curhatan Isla sontak memaki gadis itu. Mereka tidak tahu nurani dan otak Isla sembunyi ke mana. Isla benar-benar gadis tak manusiawi.
Yang Isla inginkan saat dewasa nanti hanyalah menyusuri setiap kota di Eropa sambil belajar. Kuliah di Harvard atau Oxford. Mendapatkan gelar doktor, atau bekerja di NASA. Pergi ke museum dan perpustakaan klasik terkenal. Mempelajari bahasa Belanda dan Prancis. Dan mengunjungi tempat-tempat misterius hingga indah di bumi.
Tahu, Isla sangat tahu jika keinginannya sangat kurang ajar dan terlalu banyak halusinasi. Bahkan mungkin jika para sepupunya--Alwi, Prima, kak Johan, dan kak Najwa, tahu mereka akan menabok Isla saking gemasnya dan mencap Isla sedang ngobat.
Satu lagi tentang Isla, dia tak akan pernah dekat dengan para sepupunya kalau saja mereka tak berniat mendekat pada dirinya. Sama halnya dengan berteman dekat, Isla tak akan mengakrabkan diri pada orang lain jika tak ada yang ingin akrab dengannya. Isla menjabarkan dirinya sebagai cermin yang memantulkan bayangan hasil refleksi apa adanya. Meski pada kenyataanya Isla takkan bisa membalas perbuatan jahat orang lain pada dirinya.
-'- -'- -'- -'- -'-
Noh Yuju as known as Isla Safitri
KAMU SEDANG MEMBACA
Isla & the Two-Faced Boy
Genç KurguSebenarnya, hidup Isla simple-simple saja. Menyendiri, baca buku, mendengarkan musik, belajar, dan melakukan hal lain yang dilakukan seorang introvert pada umumnya. Sampai Isla mendapatkan sebuah pesan aneh dari nomor anonim. Setiap Isla memblokir n...