Isla terkadang tak menyangka jika keinginannya untuk tidak menikah tak dikabulkan Tuhan. Ia bahkan sampai tertawa sendiri ketika mengingatnya. Tapi, meski begitu, Isla merasa tak pernah menyesal jika pada akhirnya harus menikah dengan Pargata.
Awalnya Isla mengira bahwa Pargata adalah laki-laki bermuka dua yang sifatnya akan berubah-ubah. Hal itu yang membuat Isla sangat ragu untuk membuka hatinya. Sebab Isla tak ingin menghadapi risiko diselingkuhi, tak ingin dikasari, tak ingin dikhianati, dan yang lainnya. Maka dari itu, sedari awal ia berusaha menutupi bahwa dirinya sudah mulai menyukai Pargata saat di mana pria itu sakit karenanya.
Ketika dirinya pergi ke Cambridge, Isla bahkan hampir sama tersiksanya oleh perasaannya sendiri meski tak kentara. Isla cukup pesimis kalau perasaan Pargata padanya masih sama. Otaknya yang logis selalu berpikir jika Pargata pasti akan lelah dan melupakannya. Pargata pasti akan menyerah untuk menunggu Isla yang sama sekali tak berharga jika di sandingkan dengan wanita sempurna lain di luar sana. Bagaimanapun juga, sedari awal, Pargata dengannya adalah hal yang sangat tidak serasi. Pargata sempurna, sedangkan Isla kelewat biasa saja.
Maka dari itu, saat mereka berdua tak sengaja bertemu setelah delapan tahun lamanya, Isla takut jikalau Pargata akan menganggapnya sebagai sosok asing. Jadi ia sama sekali tak ingin berharap lebih, meski rindu dan perasaannya seakan ingin meledak.
Namun saat mendapati pelukan dan pengakuan Pargata, ia sangat terkejut sekaligus tanpa sadar sesak di dadanya jadi menguap. Setelah delapan tahun ini, Pargata masih setia. Isla tak bisa tak menangis saat mengingatnya. Pargata tak seperti yang pernah Isla duga. Ia bahkan merasa Tuhan dan Pargata terlalu baik baginya. Ia tentu merasa sedikit berdosa karena selalu termakan omongan overthingking-nya.
Isla bersyukur menikah dengan Pargata. Laki-laki yang jauh lebih tinggi dari ekspetasinya. Selama menjalani pernikahan yang sudah berjalan kurang lebih hampir mendekati tiga bulan, Isla berusaha belajar banyak hal mengenai rumah tangga. Tentang bagaimana cara mengurus rumah, masak, melayani suami, dan bagaimana cara menjadi istri sekaligus ibu yang baik.
Isla sangat malu awalnya karena ia tak bisa apa-apa untuk menjadi seorang istri sekaligus ibu, bahkan sekedar memasak pun ia tak terlalu pandai. Selama ini, Isla hanya tahu belajar, bekerja, dan mengurus dirinya sendiri. Tapi, Pargata nyatanya sama sekali tak mempermasalahkan hal itu. Ia malah mengajaknya untuk belajar membangun rumah tangga bersama-sama. Mengajaknya kembali berproses bersama-sama seperti yang ditawarkannya sewaktu mereka masih remaja dulu.
Ya, Isla rasa sejauh ini tidak begitu buruk. Meski beberapa kali mereka berdebat karena hal sepele. Contoh seperti apa yang terjadi hari ini. Pargata tiba-tiba merajuk layaknya anak kecil membuat Isla kebingungan sendiri. Berulang kali wanita itu merenungi dan mencari apa kesalahannya. Tapi seingatnya, ia tak melakukan kesalahan fatal.
Wanita itu hanya bisa mengembuskan napas. Kebetulan hari ini Isla mendapatkan jatah liburannya, dan ia akan menggunakannya untuk membujuk Pargata.
-'- -'- -'- -'- -'-
Di sisi lain, pria yang sedang dipikirkan Isla tengah menatap laptop dengan wajah memberengut. Bahkan raut wajahnya tetap seperti itu sejak dirinya baru datang ke kantor. Pargata masih tetap duduk di kursi kerja sampai melewatkan jam makan siang dengan sengaja. Mood-nya entah kenapa hari ini benar-benar buruk. Dan Isla memperburuknya. Kemarin Isla pulang lebih lambat dari Pargata, dan pagi-pagi wanita itu sudah sibuk beres-beres rumah dan mengurus kucing-kucing. Pargata kesal karena Isla belum menciumnya kemarin dan hari ini. Bahkan tadi pagi pun Isla tak berinsiatif memasangkan dasi untuknya.
"ALDO!" teriak Pargata dengan alis menukik.
Tak lama kemudian, pintu ruangan kerjanya dibuka dengan buru-buru. Sang sekertaris lantas masuk menghampirinya dengan wajah sedikit was-was. "Ya, Tuan Muda?" tanya Aldo hati-hati.
![](https://img.wattpad.com/cover/332081505-288-k637475.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Isla & the Two-Faced Boy
Novela JuvenilSebenarnya, hidup Isla simple-simple saja. Menyendiri, baca buku, mendengarkan musik, belajar, dan melakukan hal lain yang dilakukan seorang introvert pada umumnya. Sampai Isla mendapatkan sebuah pesan aneh dari nomor anonim. Setiap Isla memblokir n...