Kesadaran Isla tertarik bangun. Dalam kondisi tidur terlentang di bawah selimut, gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali lalu menggosok-gosok mata sebelum menguap. Lengannya terjulur, meraba nakas guna mendapatkan gawai. Isla menekan tombol di gawainya hingga layar benda itu menyala. 05.45, Minggu. Ia menghela napas kasar seraya menyimpan kembali gawainya ke nakas.
Perlahan Isla bangkit dengan malas. Melakukan sedikit peregangan dengan mata yang masih sedikit menyipit. Setelah itu, Isla beranjak dari kasur. Memutar gagang pintu sekitar lima puluh derajat ke bawah. Dengan masih mengumpulkan nyawanya yang tersisa, Isla ke luar kamar menuju dapur saat rungunya mendengar suara logam beradu diiringi suara masakan bau harum.
Sekilas sebelum berbelok ke dapur, Isla melihat Ayah sedang menghisap rokok persis di ambang pintu. Lalu di dapur aku melihat Mama yang belum mandi sedang menuangkan masakan dari wajan ke wadah.
"Tumben masak," celetuk Isla sambil mengambil gelas di rak untuk mengisinya dengan air putih.
"Ngirit."
Setelah gelasnya terisi air dari dispenser, Isla meminumnya sekali teguk. "Masak apa?"
"Tuh, ati ampela sama jengkol. Kamu ga liat apa?" ucap Mama yang kini tengah mencuci piring di wastafel.
Isla sontak memasamkan wajahnya. "Ga suka ati."
"Ya udah sama jengkol aja."
Wajah gadis berambut pendek itu semakin murung dengan bibir sedikit tercebik. "Bau. Nanti kalau baunya ga ilang-ilang sampe besok gimana?"
"Ck. Ribet banget kamu mau makan aja. Kalau ga mau, tuh di kulkas ada nugget, nanti tinggal goreng sendiri."
"Iya," jawab Isla malas menatap punggung Mama.
Ketika kedua kalinya Isla minum, Mama selesai dengan cuciannya lalu pergi begitu saja. Gadis itu memutuskan untuk menggoreng nugget dari kulkas kala merasa perutnya berbunyi. Hanya lima biji yang Isla goreng. Beberapa menit kemudian, ia sudah duduk di meja makan kecil dengan sepiring nasi hangat, nugget goreng berwarna kecokelatan, serta satu sendok. Setelah makanannya habis, Isla menegak segelas air hingga tandas. Seiring dengan itu, Isla melihat Mama keluar dari kamar dengan dandanan yang sudah rapi siap bekerja.
Isla beranjak dari kursi meja makan, meletakan piring bekasnya di westafel. Berjalan ke ruang tamu, menemukan kedua orang tuanya hendak pergi. Ketika Isla baru saja duduk di sofa, mereka menasehati anaknya agar hati-hati di rumah, dan hanya dibalas deheman keras oleh sang empu. Lalu pintu tertutup, menyisakan Isla sendiri, dengan sunyi dan suara pagar lalu mesin motor. Mereka pergi.
Isla menghela napas ringan. Ia meraih remot guna menyalakan televisi. Pandangannya lurus ke depan, tempat di mana layar sedang itu berada menampilkan acara pagi. Namun perlahan tatapan Isla menjadi kosong saban sepersekian detik.
Ketika kembali, Isla malah mematikan televisi. Hingga layar hitam itu muncul, memantulkan bayangan dirinya karena cahaya. Sejenak Isla berhasil melupakan eksistensi Pargata dalam otaknya, meski sayangnya hanya hari ini, satu hari ini.
Kemudian Isla memutuskan untuk beranjak kembali ke kamarnya yang tak luas. Ia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang setelah membiarkan pintu kayu kamarnya tak menutup. Lengannya menjulur berusaha meraih gawai. Menyalakan lalu mengusap layar benda itu hingga pola kunci pengamannya terbuka. Ibu jarinya melayang di antara beberapa aplikasi hingga sidik jarinya menekan logo wattpad. Mungkin membaca novel online lebih baik ketimbang menonton acara gosip.
Sudah hampir sejam Isla membaca usai menemukan cerita yang bagus. Ia bangkit dari rebahnya, bersandar. Meratapi jam yang sedari tadi berdegup mengisi sunyi di dinding kamarnya. Jarum pendek terlihat menghunus ke angka setengah delapan, lalu jarum panjangnya berada di angka tujuh, dan jarum dengan warna berbeda berdetak tiap detik mengelilingi jam melingakar itu. Sudah terbayang di otaknya tentang sekenario apa yang harus dilakukannya di waktu mendatang. Membaca wattpad, belajar, menonton, dan mungkin belajar lagi? Atau ... membaca lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Isla & the Two-Faced Boy
Fiksi RemajaSebenarnya, hidup Isla simple-simple saja. Menyendiri, baca buku, mendengarkan musik, belajar, dan melakukan hal lain yang dilakukan seorang introvert pada umumnya. Sampai Isla mendapatkan sebuah pesan aneh dari nomor anonim. Setiap Isla memblokir n...