Senandung ketiga belas

292 62 4
                                    

"Gue mau nemenin lu makan. Tapi gak mau dibeliin ponsel."

"Loh, kenapa?"

"Lu tahu kan harga ponsel gak murah? Gue tahu elu banyak duit. Tapi gak usah buang-buang duit buat gue. Apalagi pake beliin ponsel segala. Lu bukan apa-apa gue, saudara bukan, abang gue bukan, pacar juga bu..."

"Apa aku ini memang bukan pacar kamu, Al?" Hangga tiba-tiba memotong ucapanku. "Kalau aku jadi pacar kamu, kamu mau aku beliin ponsel?"

Aku mengernyit mendengar pertanyaan Hangga yang cukup membingungkanku. "Maksudnya?"

"Kamu ndak tahu atau memang ndak peka?"

"Hah?"

"Kamu pikir kenapa selama ini aku mendekati kamu? Pindah ke sebelah rumahmu? Antar jemput kamu ke sekolah?"

Aku menatap Hangga nyaris tak percaya. Tiba-tiba saja aku merasakan otakku begitu jelas. Ya, ampun Al, kenapa elu bego banget sih? Kalau dipikir-pikir mana ada cowok yang bila menganggapku sekedar teman melakukan hal sebanyak itu?

Pindah kontrakan, antar jemput sekolah, minta ditemani makan, dan juga hal-hal lainnya yang selama ini Hangga lakukan.

"Elu...apa lu suka sama gue?" Aku yakin saat ini, tanpa melihat cerminpun rasanya wajahku pasti sudah memerah. Hangga tersenyum lebar melihatku yang terlihat salah tingkah begitu di depannya. Duh, Hangga. Tolong dong jangan bikin baper!

"Cah ayu, aku tresno mlarang sliramu," ucap Hangga lembut. Bibir dan matanya tersenyum secara bersamaan. Aku bengong.

"Hah? Artinya...apa?" tanyaku bego. Pertanyaanku tak urung membuat tawa Hangga tersembur keluar. Ia tertawa sampai bahunya terguncang dan air mata keluar. Aku cemberut, kenapa dia malah tertawa sih? Apanya yang lucu?

"Cah ayu, kamu mau kan jadi pacarku?" tanya Hangga dengan susah payah menghentikan tawanya, mungkin dia ngeri juga melihat tampangku yang cemberut begitu.

"Elu nembak gue sambil ketawa kayak gitu? Elu serius?"

"Maaf, aku ndak bermaksud tertawa. Tapi kamu tambah cantik kalau lagi malu begitu."

Kalau ada yang bilang orang pendiam itu menghanyutkan, rasanya mungkin benar. Hari ini aku membuktikannya. Hangga yang terkenal pendiam dan kalem, buktinya hari ini fasih banget melontarkan kalimat rayuan gombal padaku.

Entah sudah berapa kali aku dibuat salah tingkah dan malu-malu begini. Udah kayak apa aja pake salah tingkah segala. Ya ampun, Al. Ini cuma Hangga loh. Biasanya kan elu cuek aja kalo ada cowok sok-sokan ngomong manis sama elu. Dirga contohya. Tapi kenapa sama Hangga rasanya beda? Kenapa aku harus tersipu segala? Pikirku bingung. Bener-bener nyebelin!

"Al.."

"Apaan?"

"Kok, galak?"

"Terus gue mesti gimana? Ngebales gombalan lu gitu? Pake bahasa yang elu gak ngerti?"

"Kamu ndak ngerti aku tadi ngomong apa?"

"Nggak. Tadi kan gue nanya, apa artinya? Tapi elu malah ketawa!" Aku manyun. Hangga tersenyum.

"Tadi aku bilang, aku cinta sama kamu."

Lagi-lagi aku cuma bengong. Beneran Hangga ngomong kayak gitu?

"Al?"

"Ehm?"

"Gimana?"

"Apanya?"

"Soal pernyataan cintaku tadi. Jawaban kamu apa?"

"Elu maunya gue jawab apa?"

"Jawab...aku tresno kowe, kang mas Hangga."

"Idih, jijik."

"Kok, jijik?"

"Cringe tahu gak? Alay banget."

"Menurut kamu begitu?" Hangga menatapku kecewa. "Padahal itu dari lubuk hatiku yang paling dalam, Al. Aku sayang kamu, aku mau kita sama-sama terus. Aku tulus ngucapinnya."

Aku menggigit bibirku. Bingung harus bicara apa. Terus terang, aku merasa malu. Ini bukan pertama kalinya ada cowok nembak aku. Bilang suka sama aku. Tadi Dirga juga bilang suka sama aku, tapi perasaanku biasa saja. Namun saat Hangga yang mengatakannya, kenapa terasa berbeda?

"Ya udah. Ayo kita makan. Kamu temani aku makan, Al." Akhirnya Hangga menyerah setelah melihatku yang agak lama terdiam. Ia menghela napas panjang.

"Hangga..."

"Ehm?"

"Gue...gue juga suka sama elu."

Sekarang giliran Hangga yang diam membeku. "Kamu...serius, Al?"

"Kenapa sekarang jadi elu yang balik nanya sama gue? Ya iyalah, gue serius. Gue ngucapinnya gak sambil ketawa loh ini."

"Iya, aku tahu kok, cah ayu. Jadi...sekarang kita resmi pacaran ya, Al?"

Aku cuma mengangguk malu, bisa gak sih Hangga gak usah memperjelas kayak gitu? Membuatku tambah malu saja!

"Al?"

"Apa?"

"Karena sekarang kita sudah resmi pacaran, boleh ndak aku cium kamu? Sebagai tanda kalau kita beneran sudah resmi pacaran, Al."

Hah? Emang ada yang kayak gitu? Ciuman sebagai tanda resmi pacaran?

"Boleh ya, Al?"

"Boleh apaan?" Tiba-tiba sebuah suara berat terdengar. Reflek aku dan Hangga menoleh ke arah pintu. Di ambang pintu, berdiri Bang Timo, Bang Rino dan Bang Syahrul. Menatap kami berdua tajam.

Tiba-tiba saja tenggorokkanku terasa kering.

******


Bestie boleh tanya gak? Apa aplikasi tahun kalian di wattpad error seperti wattpad saya? Kenapa tahunnya jadi 1970 ya? Bukan 2023?

Ada yang tahu gak gimana cara memperbaiki tahun yang error begitu?

Thanks, bestie.

Salam sayang

Eykabinaya

Senandung cinta untuk Alyssa(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang