13. Sandiwara

3.6K 171 5
                                    

Velia tiba di apartemen sebelum matahari benar-benar tergelincir. Kedua tangan penuh belanjaan dan ia menolak dengan sopan bantuan yang ditawarkan oleh petugas apartemen. Lift naik, memberinya waktu merenungkan semua yang terjadi hari itu.

Dua hal yang menjadi tujuan Velia pergi, terpenuhi. Dari menjenguk Herry dan melunasi utangnya pada rentenir. Terlepas dari apa yang tengah ia alami, seharusnya ia merasa tenang sekarang. Andai tak ada pertemuan itu.

Peringatan dan ancaman Merita menggema di ingatan Velia. Hanya gema, tapi anehnya mampu membuat getar-getar itu datang lagi.

Percayalah. Hanya Tuhan yang tahu betapa aku tidak ingin bertemu Lucas.

Sayangnya, takdir berkehendak lain. Tak hanya sekadar mempertemukan, melainkan Velia diikat kembali oleh Lucas. Memang menyedihkan, tapi satu-satunya yang bisa membantu Velia adalah orang yang paling ingin ia hindari.

Lift berhenti bergerak. Velia membuang napas dan melangkah keluar. Dalam setiap jejak yang ia bawa, satu kenyataan membuatnya berniat mengambil risiko.

Velia hanya bisa berpegang pada Lucas. Hanya pria itu yang bisa menjadi penopang hidupnya. Ia bergantung dan tak bisa melepaskannya.

Terlepas dari itu, Velia sendiri yakin Lucas tak akan membiarkannya pergi. Apartemen mewah itu adalah bukti pertama. Lucas telah mengurungnya dengan cara istimewa.

Velia memasukkan kata sandi dan masuk. Tepat ketika ia menutup pintu, satu rengkuhan tiba-tiba memerangkap. Lucas muncul entah dari mana.

Kantung belanjaan terjatuh. Velia berseru kaget.

"Luc!"

Pelukan Lucas terasa sedikit menyakitkan. Ia memeluk lebih erat dari biasanya. Nyaris membuat Velia susah bernapas.

"Kau pergi ke mana, Ve?" tanya Lucas menderu. "Aku pulang dan tak menemukanmu."

Velia berusaha mendorong Lucas. Susah payah, ia merintih.

"Aku tidak bisa bernapas, Luc."

Pelukan Lucas melonggar, tapi ia tak benar-benar melepaskan Velia. "Maaf."

"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf. Aku tidak memberitahumu kalau aku pergi. Aku ..."

Velia membuang napas panjang dan tatapannya jatuh di lantai. Lucas mengikuti arah pandangnya.

"... belanja."

Wajah Lucas mengeras. Ada rasa tak nyaman yang membuat dadanya sesak beberapa saat. Ia terhimpit dan butuh membebaskan diri.

Lucas menangkup pipi Velia. Amat mendadak dan membuat mata Velia membelalak. Namun, ciuman Lucas adalah hal yang jauh membuat jantungnya tersentak.

Apakah Velia merasakannya? Bahwa untuk sedetik yang amat cepat, ada getar di jemari Lucas?

"Luc."

Velia terperangah. Entah karena ciuman atau kejujuran Lucas selanjutnya.

"Aku merindukanmu."

"Aku di sini, Luc," ujar Velia. "Kita baru beberapa jam tak bertemu."

Tatapan Lucas terasa berada. Velia jelas tahu itu. Ada sesuatu yang membuatnya menahan napas di dada dan teringat akan risiko yang harus ia ambil.

Lucas tak boleh mengetahui yang terjadi. Ia tak boleh mengetahui alasan Velia melakukan semua ini. Pun Velia mengingatkan diri untuk tidak bertindak gegabah agar Lucas tak curiga atau lebih parahnya, murka.

Ada peran yang harus Velia jalankan. Posisi aman yang menyadarkannya bahwa ancaman Merita tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Hanya sebatas wanita simpanan. Tak ada yang rugi bukan?

SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang