42. Luapan Rindu

3.3K 110 2
                                    

"Aku rindu."

Satu kalimat. Dua kata. Hanya perlu sekali tarikan napas untuk Lucas menyihir kesadaran Velia. Terpisah jarak dan tanpa saling menatap, tak menjadi penghalang untuknya membuat Velia membeku jiwa raga.

Panggilan telah berakhir. Layar ponsel Velia menggelap sebagai bukti bahwa sudah lumayan lama telepon selesai. Namun, beginilah Velia. Ia masih termenung dengan benak yang tak bisa berhenti memikirkan Lucas.

Velia menarik napas dalam-dalam. Sekarang tak ada lagi konsentrasi untuknya bekerja. Melainkan adalah jam yang menjadi fokusnya. Ia gelisah ketika merasa waktu berjalan begitu lambat.

Jam pulang kantor tiba. Velia bergegas tanpa memedulikan orang sekitar. Ia melesat menuju parkiran dan terburu-buru masuk ke dalam mobil.

Iwan menunggu Velia duduk dengan nyaman dan mengenakan sabuk pengaman sebelum melajukan mobil. Ia bertanya.

"Apa Nona ingin mampir ke suatu tempat dulu?"

Velia menggeleng. "Tidak dan tolong mengemudi lebih cepat."

"Baik."

Pada dasarnya tak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen. Walau demikian bukan berarti Velia bisa duduk tenang. Kenyataannya ia gelisah seraya memandangi ponsel dalam keragu-raguan. Ia ingin menghubungi Lucas, tapi khawatir bila menganggu istirahatnya.

Kesabaran Velia membuahkan hasil. Mobil melewati portal keamanan dan tak butuh waktu lama untuknya menjejakkan kaki di pelataran apartemen.

Velia bergegas. Ia menaiki lift dengan terburu dan memasukkan kata sandi secepat mungkin. Ketika masuk, ia berseru.

"Luc?"

Velia ke kamar demi meletakkan tas dan sepatu. Ketidakberadaan Lucas di sana membuatnya langsung keluar.

Ada samar suara yang Velia dengar. Berasal dari ruang menonton dan ternyata benar. Di sanalah Lucas berada.

Lucas berpaling ketika Velia muncul di ambang pintu. Ia tampak santai dalam balutan kaus putih dan celana panjang bewarna biru lau. Wajahnya terlihat cerah dan ia tersenyum.

"Kau sudah pulang?"

Velia mengangguk seraya menghampiri Lucas yang duduk di sofa panjang. Aroma segar yang terhirup membuatnya bisa menebak dengan mudah.

"Kau pasti sudah mandi sore."

Lucas tergelak. Ia membuka tangan demi menyambut kehadiran Velia.

"Tentu saja."

Velia menjatuhkan diri dalam pelukan Lucas. Keadaan itu dimanfaatkan dengan amat baik oleh paru-paru. Ia tarik aroma maskulin yang menguar dari tubuh Lucas, menikmatinya.

"Kau terlihat sudah sehat sekarang, Luc."

Pelukan terurai. Velia dan Lucas bertatapan dalam satu garis lurus. Mata keduanya berbinar dengan tangan Velia yang menyusuri wajah Lucas.

"Berkat perawatan seorang perawat terhebat di dunia," kata Lucas seraya memegang pinggang Velia. Ia nikmati sentuhan di wajah dan tak bisa menahan diri untuk menyatukan bibir mereka dalam satu ciuman sekilas. "Tentu saja aku sekarang sudah sehat."

"Aku harap kau memang benar-benar sudah sehat. Aku tidak ingin kau berpura-pura hanya agar bisa masuk kantor besok. Kalau kau sampai melakukan itu dan kau sakit lagi, aku tidak akan mau mengurusmu."

Lucas menyeringai dengan sorot menantang. "Kau meragukan kesehatanku, Ve?"

Velia mengerjap. Mata Lucas yang menyipit demi menatap padanya menghadirkan kebingungan. Ia mengangkat kedua bahu sekilas.

SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang