"Jadi memang benar?"
Lucas mengangkat wajah dengan kedua tangan bertahan di atas meja. Ia tatap Vlora dengan sorot serius.
"Rino meminta pemanggilan Velia?"
Vlora mengangguk. "Benar, Pak."
Persis pertanyaan berantai. Kebenaran tersebut justru menarik rasa penasaran lainnya. Kejanggalan terasa makin kuat sehingga membuat Lucas mengerutkan dahi.
Vlora diam. Ia tak mengatakan apa-apa ketika Lucas menimbang beberapa hal di benak.
Tak cukup dengan pemanggilan Velia. Rino bahkan mendesak bagian kepegawaian untuk melakukannya dalam waktu cepat.
Ada sesuatu yang tak kuketahui di sini.
Lucas jelas yakin bahwa belas kasih bukanlah sifat Rino. Ia tak akan lupa kemarahan pria paruh baya itu ketika Velia menabrak dirinya.
Keanehan kian terasa. Rino yang paling menginginkan pemecatan Velia dan sekarang melakukan hal sebaliknya.
Jadi apa? Mengapa Rino bersikeras memanggil kembali Velia?
Pertanyaan kian bermunculan dan memenuhi benak Lucas. Ia menggertakkan rahang dalam geram untuk ketidaktahuan.
"Maaf, Pak. Apa saya harus mencari tahu lebih lanjut?"
Lucas tersadar bahwa masih ada Vlora. Ia buru-buru menggeleng dan berkata.
"Tidak. Kau boleh keluar."
*
Metta kembali dipanggil Rino siang itu, tepatnya di jam istirahat. Satu tebakan muncul di benak dan ternyata dugaannya tepat.
"Bagaimana? Apa kata Velia? Kau sudah menghubunginya bukan?"
Pertanyaan Rino memberondong Metta bahkan sebelum wanita itu benar-benar duduk. Ekspresinya menunjukkan ketidaksabaran.
"Atau kau langsung mendatangi rumahnya? Keadaannya baik-baik saja?"
Bermaksud untuk bersikap peduli, nyatanya pertanyaan-pertanyaan itu membuat Metta berpikir sebaliknya. Sikap Rino tampak tak biasa.
"Saya memang sempat mendatangi kontrakan Velia walau saya tidak bertemu dengannya, Pak. Sepertinya dia baik-baik saja."
Rasa penasaran Rino akan respon Velia terjeda. Perkataan Metta membuat kerutan di dahinya muncul.
"Kau tidak bertemu dengannya? Kenapa? Apa dia sudah bekerja di tempat lain?"
"Velia belum bekerja di tempat lain, Pak. Hanya saja ..."
Metta menggeleng. Tentunya apa yang Velia lakukan sekarang tidak termasuk ke dalam pekerjaan sesungguhnya.
"... sekarang dia sudah pindah."
Rino butuh tiga detik untuk mencerna perkataan Metta. "Dia pindah?"
"Iya, Pak. Velia sudah tidak tinggal di kontrakannya yang lama."
Rino langsung teringat dengan tugas yang ia berikan pada Boy. Kepindahan Velia bukan hal bagus.
"Dia pindah ke mana?"
Lagi, Metta menggeleng. "Maaf, Pak. Saya tidak tahu ke mana Velia pindah."
Rino refleks memukul meja. Pun kembali bertanya walau kali ini dengan nada tinggi sehingga membuat Metta kaget bercampur takut.
"Kau tidak tahu? Bagaimana mungkin kau tidak tahu ke mana Velia pindah? Bukankah kau temannya?"
Metta meneguk ludah. Ketakutan dengan cepat menguasai ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY ROMANCE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Velia Angelica harus merasakan kehidupan yang berubah 180 derajat hanya dalam...