32. Bertahan

1.9K 111 7
                                    

Velia berlari. Ia terburu-buru ketika hari sudah menunjukkan pukul tujuh. Tak bisa diantisipasi, macet yang menjebak membuatnya terlambat tiba di apartemen.

Lift seolah berjalan lebih lambat dari biasa. Velia panik dengan kemungkinan buruk yang sedari tadi berputar-putar di benak.

Apa Lucas mencariku?

Velia melihat ponsel. Anehnya, tak ada satu pun pesan atau panggilan dari Lucas. Tak seperti biasa di mana pria itu akan selalu menanyakan keberadaannya.

Kegelisahan kian menjadi-jadi. Velia tak bisa tenang dan langsung menghambur keluar tatkala pintu lift membuka.

Velia memasukkan kata sandi dengan tangan gemetar. Ia segera masuk dan spontan menyerukan nama Lucas.

"Luc?"

Tak ada sahutan yang Velia dapat. Ia bergegas menuju ruang kerja, tapi kosong. Tak ada tanda-tanda keberadaan Lucas di sana.

Velia sekarang menuju kamar, tapi sama saja. Ruangan itu sunyi.

"Lucas belum pulang?"

Keanehan mengikuti Velia. Tatkala ia menaruh tas dan sepatu pada tempatnya, perasaan tak tenang hadir. Bahkan setelah mandi, ia justru kian gelisah. Lucas masih tak menghubungi.

"Di mana dia sekarang? Tak biasanya dia seperti ini. Belum pulang sampai semalam ini tanpa kabar sedikit pun?"

*

Bak kepala pelayan kerajaan Inggris abad pertengahan, Andreas menuang vodka ke gelas kecil Lucas dengan penuh kesopanan. Ia amat berhati-hati sehingga tak membiarkan setetes minuman pun menempel di dinding gelas.

Andreas tersenyum puas. Bagi pria itu, alkohol dan wanita adalah dua hal yang sepatutnya mendapat sentuhan sempurna.

Lucas tiba-tiba menyambar gelas dan meneguk isinya cepat. Kebanggaan Andreas serta merta menghilang. Tergantikan syok dan geram alamiah.

Agaknya Lucas tak bisa menghargai minuman itu layaknya Andreas. Jujur saja, perasaan Andreas jadi tersentil.

Namun, ada hal lain yang lebih menyentil Andreas ketimbang cara buruk Lucas dalam menikmati minuman. Sesuatu yang membuat Andreas mengernyit dengan kilat jahil di matanya.

"Tunggu," tahan Andreas ketika Lucas menyodorkan gelas kosongnya kembali. "Aku seolah terlempar ke masa lalu."

Lucas mengerjap. "Apa kau bilang? Terlempar ke masa lalu?"

"Aku ingat terakhir kali melihatmu seperti ini adalah ketika kau mendapati Velia telah pergi. Rumahnya di Surabaya kosong melompong di saat kau sedang dalam perjalanan bisnis pertamamu. Kau merasa ditipu dan menjadikan keberhasilan tender itu sebagai alibi untuk bermabukan."

Lucas tertegun. Agaknya sekarang bukan hanya Andreas yang terlempar ke masa lalu, melainkan dirinya pula.

Andreas memutar kursi. Posisi berubah dan sekilas tatap matanya beradu pada sekumpulan wanita di seberang sana.

Seringai Andreas terbit. Matanya mengedip. Sebagai balasan, ia dapati lambaian tangan.

"Apa hal itu terulang lagi sekarang?" tanya Andreas kembali pada topik pembicaraan. "Katakan padaku. Apakah Velia kabur lagi?"

Lucas menarik napas dalam-dalam sehingga pundaknya terangkat dramatis. Ia memutar-mutar gelas kosong dengan tatapan hampa.

"Velia tidak kabur. Lagi pula sekarang ia tak akan bisa kabur lagi dariku."

"Lantas? Kau punya masalah lain sehingga seperti ini?" desak Andreas penasaran. "Kau bukanlah tipe pria pesta yang suka bersenang-senang seperti ini. Kita berbeda, jadi terlihat aneh kalau kau menarikku ke kelab. Terlebih lagi di hari kerja."

SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang