21. Tersembunyi

2.3K 142 13
                                    

Tajam mata Lucas membidik Vlora. Sang sekretaris tampak sedikit gentar, tapi ia bertahan ketika kembali mendapat pertanyaan serupa.

"Kau serius dengan yang kau katakan?"

"Saya serius, Pak," jawab Vlora penuh keyakinan. "Saya yakin tidak salah mendengar."

Lucas tak mengatakan apa-apa lagi. Setidaknya selama dua tahun ini Vlora membuktikan bahwa perkataannya tak ada yang keliru.

"Baiklah."

Vlora memberikan satu anggukan singkat sebelum keluar dari ruang Lucas. Keheningan segera menyelimuti walau tak lama.

Lucas mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Tak menunggu lama, panggilannya diangkat.

"Sabtu besok?"

Sepertinya Lucas punya agenda yang cukup padat Sabtu besok. Dari menemani Velia belanja, makan malam dengan keluarga, dan bertemu dengan rekan kerja.

"Baiklah."

Panggilan berakhir di waktu yang tepat. Pintu kembali membuka, tapi bukan Vlora yang masuk. Melainkan adalah Andreas yang datang dan langsung mengambil posisi nyaman di sofa.

"Selamat siang, Luc."

Lucas menaruh ponsel di atas meja. "Kau datang lagi."

"Tentu saja. Kau tahu? Tak banyak orang beruntung memiliki teman yang perhatian sepertiku," kata Andreas cengar-cengir. "Ah, kau tidak keberatan bukan? Aku meminta sekretarismu yang cantik itu untuk membuatkan kita teh."

Andreas dan minuman. Apa pun jenis minumannya, itu tetap pertanda untuk satu hal pasti. Ia siap menghabiskan waktu Lucas dengan beragam celotehan dan pembicaraan.

Terlepas dari itu, ada sesuatu yang membuat tatapan Lucas berubah. Ia bangkit dengan sorot menuding.

"Sebenarnya kau memang ingin mengunjungiku sebagai teman yang perhatian ..."

Tawa Andreas sontak pecah. Penekanan Lucas di ucapannya membuat ia geli sendiri.

"... atau itu hanya alasan untuk bisa bertemu dengan Vlora?"

"Memangnya ada yang salah?" tanya Andreas di sela-sela tawa. "Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa kalian tak ada hubungan apa pun. Jadi kalaupun aku mendekatinya, itu tak ada urusannya denganmu."

Sekilas terlihat, memang. Hanya saja Lucas tahu sesuatu yang penting.

"Kau tidak berpikir bahwa aku buta bukan?"

Andreas mengerutkan dahi. "Buta?"

"Jelas sekali kau kembali ke Indonesia karena ingin membatalkan pertunanganmu," ujar Lucas seraya duduk di hadapan Andreas. "Kenapa? Bukankah selama ini kau memang menjalin hubungan dengan Nadine?"

Andreas menganga. "O-oh."

Di waktu bersamaan, pintu diketuk. Vlora masuk dan menyajikan teh sementara Andreas membuang napas dengan ekspresi geli. Setidaknya wanita itu datang tidak bertepatan dengan ucapan Lucas.

Teh tersaji di meja. Setelahnya Vlora segera permisi dengan tenang. Ia bersikap seolah tak menyadari bahwa Andreas terus menatapnya tanpa kedip.

"Aku dan Nadine tidak ada hubungan apa-apa," bantah Andreas kemudian seraya meraih cangkir teh. "Kami hanya anak muda yang saling menyenangkan satu sama lain."

Lucas tersedak. Ia buru-buru menaruh kembali cangkir teh.

"Aku benar bukan?"

"Benar, tapi Vlora berbeda dengan Nadine. Kau jangan mengganggunya. Juga jangan bersikap seolah kau menginginkannya, tapi justru bersikap sebaliknya."

SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang