Bola mata Velia membesar. Ucap yang Lucas layangkan sukses menerbitkan merah di pipi Velia. Berikut kaku dan jengah yang tak pernah gagal membungkam mulutnya.
Diam. Velia hanya bisa tertegun saat tatap Lucas kian lama kian berubah. Pun demikian pula dengan udara di sekitar mereka.
Tak ada satu kata terucap. Tak ada jawaban yang Lucas dapat. Hanya saja Lucas menganggap diam Velia sebagai alternatif kata 'ya'.
Lucas bisa membuktikan bahwa praduganya benar. Seolah bisa memprediksi masa depan, ia dapati jemari Velia menyambut uluran tangannya.
Sedikit demi sedikit, jarak terkikis. Celah semakin lama semakin menipis.
Dua tatap beradu. Satu garis lurus membuat mereka bertemu. Di satu singgah dalam hangat air yang terjatuh.
Bulir-bulir tercurah dan mendarat. Merembes, meninggalkan basah. Mencetak, membuat jejak pada tiap pakaian yang masih melekat.
Lucas mengerjap sekali. Tetes air yang menggantung di ujung bulu mata, jatuh. Pandangan jernih kembali, tapi anehnya sorot mata Lucas justru berubah penuh kabut.
Hitam membayang di balik kemeja putih Velia. Samar, tapi sukses menggoda. Berikut dengan lembut yang tercetak di baliknya.
Air terus mengalir dan membasahi. Lucas meneguk ludah. Jakun naik turun dan jantungnya mulai terpacu.
Velia menengadahkan kepala. Ia nikmati air yang terus tercurah dengan mata terpejam. Hanyut, layaknya ia larut dalam setiap aliran.
Mengalir. Merembes. Lantas meresap.
Tiap tetes memberi kesan yang menembus kulit dan menyentak hingga ke tulang. Ia tutupi pori dengan gelenyar. Pun menghadirkan setruman yang menyengat per titik saraf.
Bibir terbuka. Dada berdenyut dalam gelombang udara. Tekanan terus menimpa. Memberi desakan halus dalam atmosfer yang kian berubah.
Padahal tak ada yang terjadi. Tepatnya belum ada yang terjadi.
Lucas masih berdiri tanpa melakukan apa-apa. Demikian pula dengan Velia. Keduanya masih tertahan dalam jarak tak seberapa.
Sama sekali tak berarti. Tak sebanding dengan hasrat yang pelan-pelan menguar dari tubuh keduaya.
Bahkan tanpa ada sentuhan atau tatap menggoda, gairah antara mereka tak bisa ditampik begitu saja. Nyata. Apa adanya.
Bulu mata Velia bergoyang samar. Persis kepakan sayap burung yang mencoba terbang dalam siraman hujan.
Samar. Sempat kabur. Lalu jelas.
Lucas dengan tatap tajam penuh kabut membidik lekat pada Velia. Pada matanya. Pada bibirnya yang membuka. Pada payudaranya yang naik turun dengan amat kentara.
Kehangatan air kian terasa. Mungkin suhunya mengalami kenaikan atau justru sebaliknya. Mungkin adalah bara mereka yang kian menyala.
Lucas menggertakkan rahang. Jari naik dan ia angkat wajah Velia.
Sepucuk keranuman itu tak ubah mahkota bunga dalam rintik hujan. Cantik. Indah. Pun menyiratkan semua keelokan tak terkira.
Lucas menggeram samar. Getarannya merambat di dada. Hangat yang meningkat memberi sentilan pada jantung. Darah berdesir dan semua tanda menunjukkan diri.
Biarkan Lucas kembali meraba masa depan. Agaknya ia adalah cenayang yang yakin dengan satu ramalan. Yaitu, mandi kali ini akan menjadi kegiatan yang lebih lama dari biasanya.
Keberatan? Oh, tentu tidak. Sama sekali tidak. Justru Lucas akan menerima dengan senang hati.
Lucas akan membuktikan betapa ia adalah pria pengertian. Pun tak jadi masalah bila ia harus membantu Velia untuk membersihkan diri. Ia akan melakukannya dengan sukacita.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY ROMANCE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Velia Angelica harus merasakan kehidupan yang berubah 180 derajat hanya dalam...