3. Barter

5.9K 259 26
                                    

Sedikit kelegaan yang Velia dapatkan tatkala keadaan Herry kembali membaik tak berlangsung lama. Kenyataan menunggu di depan mata. Ada hari-hari yang harus ia lalui dengan uang yang tak sedikit. Sementara dirinya sekarang adalah seorang pengangguran?

"Kau sudah dipecat. Dan bukan olehku, tapi langsung dari atas. Aku tidak bisa melakukan apa pun."

Suara Rino mengiang di benak Velia. Ia berpikir dan berujung pada satu tanya. Apakah ia bisa mendapatkan kembali pekerjaannya bila meminta langsung pada sang pemilik perusahaan?

Ada kemungkinan. Alhasil itulah yang akan dilakukan Velia walau seberkas ragu terasa di hati.

Bisakah Velia menemui Lucas? Masih adakah wajahnya untuk menemui seseorang yang baru saja ditolak kemarin?

Velia tak ada pilihan lain. Hanya Lucas satu-satunya yang bisa membantu. Agaknya ia harus menanggalkan harga diri demi keberlangsungan hidup.

"Apa?!"

Seruan Metta menggema dalam sambungan telepon mereka. Velia menghubunginya ketika berada di dalam angkot, menuju ke kantor.

"Menemui pimpinan perusahaan?" tanya Metta lagi. Suaranya masih terdengar tak percaya dengan apa yang Velia katakan. "Kau ingin bertemu dengan Pak Lucas?"

Velia meneguk ludah. Mendengar Metta menyebut nama Lucas membuatnya merinding.

"Kau tau seperti apa pemimpin perusahaan kita? Semua orang takut pada dirinya, Ve. Tidak ada yang ingin berurusan secara langsung padanya."

Aku tahu. Aku lebih tahu hal itu dibandingkan siapa pun, tapi apa yang bisa aku lakukan? Semua masalah yang datang membuatku tidak punya pilihan lain. Hanya ini satu-satunya harapan agar aku mampu bertahan hidup.

Dua logika berperang, tapi hanya butuh waktu singkat untuk semua enyah dari pikiran. Velia tak akan mundur.

"Ini adalah satu-satunya harapan yang masih tersisa, Met. Aku tidak tahu harus melakukan apa."

Velia benar-benar terhimpit. Bukan hanya mengenai biaya hidup sehari-hari dan perawatan Herry, alih-alih kedatangan preman tadi. Tak bisa dibayangkan bila ia harus menjadi wanita pemuas nafsu mereka.

"Aku tahu, tapi tidak dengan cara itu," ujar Metta terdengar putus asa. "Kau belum tentu diterima lagi dan kau sudah mempermalukan dirimu sendiri."

Mata Velia terpejam dramatis. "Aku bahkan sudah tak ada rasa malu lagi. Ini kesempatan terakhirku, Met. Aku benar-benar terpojok."

Metta terdengar menghela napas panjang. "Walau demikian belum tentu kau bisa bertemu dengan beliau. Pak Lucas tentu saja akan sulit ditemui. Orang-orang harus membuat janji terlebih dahulu untuk bertemu dengannya."

"Aku tahu," kata Velia dengan suara bergetar. "Aku akan mencari cara untuk bisa menemui beliau."

Telepon berakhir tepat lima menit sebelum Velia tiba di tempat tujuan. Ia turun dan menyerahkan ongkos. Tatkala angkot berlalu, ia menengadah melihat kantor yang menjulang.

Velia melangkah. Sekilas melihat pada nama megah Greatech yang terpampang sebelum ia tersenyum pada satpam. Ia masuk tanpa hambatan sama sekali.

Suasana kantor masih ramai ketika Velia melintasi lobi. Berpura-pura bahwa kartu pengenalnya tinggal, ia pun berhasil melewati sistem pemindai.

Persis seperti satpam yang tersenyum padanya tadi, agaknya karyawan di sana pun belum mengetahui bahwa Velia baru saja dipecat pagi tadi.

Velia bergegas menuju lift dan menekan tombol angka yang akan mengantarkannya ke lantai teratas gedung itu. Tempat di mana pemilik perusahaan tempat ia bekerja berada.

SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang