Rino meremas ponsel. Perintah Merita membuatnya tak berkutik. Cepat dan tuntas, itu adalah dua hal mutlak yang harus diprioritaskan saat ini juga.
"Boy."
Rino segera menghubungi Boy. Persis Merita yang tak berbasa-basi, ia pun melakukan hal serupa.
"Aku akan membayarmu dua kali lipat. Aku ingin kau segera membereskan Velia sebelum akhir bulan ini."
Hanya itu. Setelahnya Rino mengakhiri panggilan dengan geram panik.
*
Sekilas embusan napas Velia turut membawa kelegaan di dada. Samar, ada seulas senyum yang melengkung di wajah. Tepat setelah panggilan yang ia terima berakhir.
"Bagaimana?"
Metta tak bisa menahan rasa penasaran yang mendera tatkala mengetahui bahwa adalah pihak rumah sakit yang menghubungi Velia siang itu. Berkenaan dengan Herry dan operasi, agaknya itu adalah berita bagus mengingat Velia tersenyum.
Velia mengangguk. "Semua lancar dan Herry akan dioperasi Minggu besok."
Sekarang bukan hanya Velia yang tersenyum dengan rasa lega, melainkan Metta pula. Sebagai orang yang mengetahui pasti masalah dan malang tersebut, tak heran bila Metta merasa demikian. Setidaknya ia tahu bahwa satu langkah telah memberi harapan baru untuk keduanya.
"Aku mendoakan yang terbaik untuk kalian. Semoga operasi Herry sukses dan dia bisa segera pulih kembali."
"Terima kasih, Met."
Rasa senang Velia tak berlangsung lama. Hanya berjarak beberapa menit dari kegembiraan akan operasi Herry yang sudah membayang di depan mata, satu pemikiran melintas di benak Velia. Amat cepat menukar kelegaannya dengan kebingungan lain.
"Hanya saja," lirih Velia tak yakin. "Aku tak tahu apakah aku bisa menemani operasi Herry nanti."
Metta mengerti kekhawatiran Velia. Tak perlu dijelaskan secara gamblang, ia jelas mengetahui apa pastinya yang membuat Velia ragu.
"Itu pasti operasi yang tak sebentar. Alasan apa yang harus aku katakan untuk mendapat izin keluar?"
Metta diam sejenak, berpikir. "Apa kau tidak bisa mengatakan kalau ada keluargamu yang sakit?"
"Dia tahu semua hal tentangku, Met. Termasuk keluargaku. Aku tak bisa membohonginya dengan alasan itu."
"Bagaimana kalau kau mengatakan ingin menjenguk dan menemaniku yang sedang sakit?" tanya Metta tak kehabisan akal. Sekarang ia tampak yakin dengan idenya. "Mungkin nanti dia akan percaya."
Velia ragu. Menilik dari sifat Lucas, ia tak yakin itu adalah alasan yang cukup. Namun, tak ada salahnya mencoba bukan?
"Akan kucoba."
Sayangnya semakin Velia memikirkan hal tersebut maka semakin tak yakin pula dirinya. Bukan tanpa sebab, melainkan sangat penuh risiko.
Di sisi lain, Velia pun menyadari bahwa tak mungkin dirinya mengabaikan operasi Herry. Ia tak mungkin sejahat itu dan membiarkan Herry berjuang seorang diri tatkala kilas masa lalu berputar-putar di benak.
Adalah Herry orangnya yang menemani Velia di masa terpuruk. Ialah yang menguatkan Velia tatkala ia ingin menyerah pada hidup. Herry yang menggenggam tangan dan mengajaknya untuk melangkah kembali dalam setapak yang tak bercahaya.
"Iwan."
Velia memejamkan mata tatkala lidahnya bergerak memanggil nama sang sopir. Iwan yang tengah serius pada jalanan di depan, melirik sekilas pada spion dalam.
"Ya, Non?"
Velia menyerah. Ia tak bisa mengabaikan rasa mengganjal di benak yang terus berperang dengan akal sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY ROMANCE 🔞🔞🔞 "Fin"
RomanceWARNING!!! 21+!!! Judul: SEXY ROMANCE Genre: Romantis Dewasa Erotis Suspense (18+) Status: Tamat Cerita Pertama dari Seri "SEXY" ********************************* "BLURB" Velia Angelica harus merasakan kehidupan yang berubah 180 derajat hanya dalam...